Untuk mengusir kegelisahan di dalam hatinya, Ruster mulai berusaha menyesuaikan diri di mana posisinya saat ini. mengikuti teman dunia maya untuk berdiri melihat sekumpulan orang berdansa dengan gila di bawah lampu kedap kedip dan suara memekikkan telinga.
Melihat lampu yang kedap kedip. lamunan Ruster mulai ke masa lalu. masa ia belum mengenal teman yang kini bersama dengan dirinya.
Ruster masih ingat, Ketika para pria yang mencoba mendekati dirinya. wajah para pria yang mengetahui umur dan latar keluarga yang penuh banyak beban tanggungan. langsung memilih mundur mendadak tanpa pamit.
Satu demi satu pria mulai meninggalkan Ruster dengan alasan tidak jelas, selain yang pergi tanpa pamit. Ruster tahu apa yang di pikiran para pria yang kabur dari dirinya dan tidak ingin menjalani hubungan serius. karena para pria mana yang sanggup menanggung beban berat seperti itu. sehingga pergi adalah jalan yang di pilih para pria yang berekonomi pas-pasan atau yang ringan tangan.
Di antara semua pria itu, Ruster tetiba teringat dengan mantan pacar pertama. yang juga melakukan hal sama dengan pria lain. bukannya menemani dan berjuang bersama-sama dengan dirinya.
Mantan pacar lebih memilih pergi tanpa kabar sedikitpun maupun penjelasan. bahkan mengucapkan kata perpisahan saja tidak ada. karena Ruster tahu, pria itu sudah tidak menginginkan dirimya lagi.
Sejak orang tua mantan pacar menunjukkan sikap permusuhan untuk dirinya, sejak pertama kali bertemu. Ruster tahu diri, ia tahu keluarga mantan pacarnya dari kelas sosial berbeda dengan dirinya.
"Aku tidak sudih punya menantu dari keluarga miskin," ucap ibu mantan pacar Ruster.
Mantan pacar Ruster segera memutuskan Ruster karena ancaman ibunya dan sejak itu hubungan keduanya kandas di tengah jalan.
Mengetahui Ruster sudah putus dengan pria kaya raya, ibu Ruster selalu mendesak Ruster untuk mencari pria lebih kaya lagi. agar tidak di campakkan seperti ini.
Merasa tertekan dengan semua permasalahan yang menimpahnya, Ruster langsung mencurahkannya isi hatinya pada sahabatnya bernama Vio yang ia kenal di dunia maya sekaligus salah satu owner klub malam di tempat ini dan tempat lain. tepatnya di negara lain dan ada di Los Angels juga. Vio yang kasihan dengan niat busuknya, mengajak Ruster untuk mencari jodoh di club malam miliknya untuk membuktikan kepada hatter yang bermulut iri dan calon suami. selain itu, Vio mempunyai maksud menjual sahabat dunia mayanya ke pria yang berani membelinya dengan harga tinggi dengan sengaja mengatakan kata-kata manis untuk memancing Ruster.
Ruster yang terpancing dengan perkataan Vio yang menyakunkan, kini berada di klub malam milik Vio.
Untuk Vio kata teman atau sahabat, tidak ada di benak Vio yang merupakan seorang mucikari. yang di inginkan Vio hanya uang dan uang.
Kini Ruster dan Vio berada di tengah kerumunan para pengunjung yang asik menari, menegak minuman keras dan bercumbu membuat pipi Ruster merona merah padam. Seperti buah tomat masak. karena ia tidak pernah menginjakkan kaki ketempat ini sebelumnya. bukan ia kuper atau sebagainya, salahkan saja nasibnya yang merupakan wanita yang gila kerja karena tanggung jawab untuk membiaya semua kehidupan keluarganya. yang membuatnya sedikit punya teman dan waktu untuk diri sendiri. sehingga Ruster menghabiskan setengah masa mudanya demi kerja dan kerja.
"Vio, lebih baik kita pulang saja!" bisik Ruster yang tidak nyaman dengan keandaan di dalam club malam yang merupakan milik Vio yang sungguh bising dan tercium aroma alkohol pekat. yang tidak sesuai dengan gaya kehidupannya dan kepalanya juga sedikit pusing dengan suara musik yang super nyaring yang terus berputar bersama dengan lampu kedap kedip yang tidak bisa di sesuaikan oleh matanya.
"Santai, Rus. kita baru sampai, masa pulang sih?" gerutu Vio menahan kekesalan.
"Tapi," ragu Ruster yang mempererat rangkulan tangannya di lengan Vio yang sedari terkekeh renyah. yang menertawakan kebodohan Ruster yang asli benar-benar bodoh dan juga pertama kalinya juga, Vio menemukan wanita sebodoh ini dalam sejarah hidupnya.
"Vio, pulang yuk!" rengek Ruster kesekian kalinya. ia benar-benar tak bisa menyesuaikan diri dengan klub malam milik Vio yang semakin malam dengan tarian pengunjung semakin mengila. yang di yakini Ruster, bukan pacar baik-baik yang ia dapat, melainkan pacar seorang mafia atau penjahat yang di buru oleh pemerintahan dan negara lain.
"Santai deh…. kita baru sampai disini masa pulang sih? lagian aku bosnya, tidak ada yang berani macam-macam padamu," jelas Vio dengan rencana licik berputar di otaknya. yang sedang berpikir mau menjual Ruster kepada siapa malam ini, karena ia tidak ingin rugi banyak. Mengingat Ruster masih virgin dan pasti harganya yang di patok pasti super mahal.
Membayangkan jumah uang yang akan di dapat saja, Vio tertawa super kencang dalam hati hingga tidak bisa menahan senyumannya yang terpancar di bibir jahatnya.
"Gak, aku takut, ini bukan tempat aku. Tepatnya bukan dunia aku yang aku jalani!" balas Ruster yang berbalik dan melangkah ingin pulang tanpa Vio. tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang membawa gelas minuman yang berjalan tergesah-gesah untuk mencari kembarannya yang entah kemana. Hingga minuman tersebut tumpah mengenai kemejanya yang putih bersih.
"Maaf tuan!" ucap Ruster dengan menatap pria yang sedang menundukkan kepala untuk membersihkan jas mahalnya dengan sapu tangan yang terlihat kusam.
"Oh..shitttt.. kau buta atau apa?" umpat pria itu pelan.
"Maafkan temanku, tuan!" timpal Vio menghampiri Ruster yang ketakutan dan kebinggungan. karena makian pria itu yang mendadak yang mengejutkan Ruster.
Pria itu mengangkat kepalanya, keningnya mengernyit dalam menatap tajam ke arah Ruster dengan tatapan membunuh. Karena berani-beraninya mengotori jas mahalnya yang puluhan juta dollar. lebih tepatnya, jas yang ia pakai merupakan jas milik kembarannya dan di pastikan akan kena bom besar oleh pemilik jas tersebut. setelah kembarannya tahu apa yang terjadi dengan jas kesayangannya. Yang lagi dan lagi berakhir di tong sampah pada haru selanjutnya.
Deg
Ruster terpukau memperhatikan wajah pria itu sangatlah tampan dengan rahang di tumbuhi jambang tipis. yang lebih menarik pehatian adalah warna matanya yang seolah mengisap jiwa orang untuk masuk ke dalam dan menguncinya.
warna mata yang sebiru lautan tapi menakutkan dan sekaligus membuat setiap wanita akan meleleh hanya karena tatapannya. Tepatnya ia menyukai warna mata pria itu yang berbeda dengan warna biru para pria umumnya. termasuk warna mata mantannya.
"Apa kau tidak punya mata? lihat jas puluhan juta kau kotorin?" Kata pria itu pada Ruster dengan kata kasar.
"Sekali lagi maaf tuan, temanku baru pertama kali ke club saya. Dia grogi sekali, harap di maklumi. namanya juga orang kuper yang keluar dari kampung," timpal Vio gugup karena ia tahu siapa pria di depannya. pria yang desas desus merupakan mafia kelas atas. keluarga Van Diora yang penuh kutukan dan rumornya memiliki batu permata bernama pandora Heart yang bisa memutar balikkan waktu yang mengubah nasib lawannya menjadi melarat.
Vio tidak ingin pria di depannya mengubah nasibnya menjadi pengamen karena kesalahan Ruster. Sehingga ia memutar otak jahatnya dengan cepat. Agar selamat dari amukkan dari keluargan Van Diora.
"Pertama kali?" ulang pria itu dengan tatapan tidak percaya dan mencibirnya. ia sungguh tidak percaya dengan bualan mucikari di depannya. bgaimana pria itu bisa percaya dengan Vio. ia sudah cukup lama mengenal Vio dengan julukkan tukang bohong.
“Yang benar saja, zaman gini ada yang pertama kali?" Lanjut pria itu dengan nada mengejeknya.
"Benar tuan, temanku mau cari jodoh disini. Siapa tahu di beruntung mendapatkan pangeran berkuda putih yang mempunyai wajah tampan dan kaya raya seperti anda,” balas Vio spontan yang menawarkan Ruster untuk di jual kepada Romeo malam ini, karena malam ini ia kehabisan wanita yang bersedia melayani Keluarga Van Diora.
"Vio!" Ruster merona menahan malunya dengan menyenggol bahu Vio dengan gerakkan yang mencurigan bagi Romeo. seperti sebuah isyarat dalam transaksi perjanjian.
Pria itu menyipitkan matanya, menyelusuri tubuh Ruster tanpa di sadari oleh Ruster. senyum kecilnya terlihat di sudut bibir pria itu dengan senyuman mencibir. Karena ini bukan pertama kalinya, ia mengalami hal seperti ini di klub malam dan tempat gelap lainnya. sekaligus mendapatkan sasaran seperti yang di katakan oleh Raven berapa hari lalu.
"Namaku Romeo Van Diora," ucap Romeo yang menyodorkan tangannya pada Ruster, untuk memperkenalkan dirinya secara terang-terangan. untuk melihat reaksi Ruster yang di anggap Romeo sedang menyamar menjadi seseorang yang mengincar pandora Heart milik keluarganya yang sekarang entah ada di mana batu terkutuk tersebut.
Vio langsung melirik Ruster dengan memberi kode. agar secepatnya untuk menerima perkenalan dari Romeo Van Diora.
merasakan susah untuk menolak, Ruster bersuara untuk memperkenalkan dirinya kepada pria tampan di depannya.
"Ruster Heart," balas Ruster menyambut tangan Romeo Van Diora dengan sedikit canggung dan ketakutan.
sikap Ruster yang seperti itu memancing kesalah pahaman Romeo yang semakin mendalam dengan mengira Ruster telah takut terbongkar niat busuk untuk menipunya dengan menjadi wanita berwajah polos tanpa dosa.
“Wanita bodoh, akan ku bongkar tabiat busukmu dan akan ku kuliti pelan-pelan. Sebelum kau mendapatkan Pandora heart,” batin jahat Romeo yang mentapi Ruster dengan niat busuknya.
Melihat Ruster menetralkan nafas, Romeo mulai bersuara.
"Senang mengenalmu Ruster,” ucap Romeo dengan memperlihatkan senyuman yang beracun untuk mengait target agar bisa menuntaskan kebutuhan biologisnya. Tepatnya untuk mencari tahu, apakah wanita ini mata-mata yang di utus oleh musuh keluarganya untuk mendapatkan Pandora Heart yang merupakan warisan keluarga Van Diora atau ada niat lain. seperti para jalang sebelumnya.
"Dan aku, Vio Shark." Timpal Vio tersenyum lebar dengan maksud meminta honor dari Romeo dengan mengedipkan satu matanya sebagai kode meminta 3M. karena mengedipkan sebanyak 3x.
Romeo menatap wajah Vio dengan tatapan geli di sertai dengan ancaman.
"Benar-benar serakah wanita ini, sampai menjual teman sendiri," batin Romeo yang mencibir mucikari bernama Vio Shark yang masih berpura-pura mengenalkan diri. padahal sudah berapa kali mereka melakukan hubungan kerjasama di bawah kekuasan keluarga Van Diora.
"Ok, boleh kah aku bicara pada temanmu ini Vio?" Kata Romeo dengan mengedipkan salah satu matanya. Yang menandakan setuju dengan transaksi kali ini. Yang merupakan barang bagus dan memuaskan.
Vio semakin senang dengan menarik senyuman bibirnya ke atas. yang menandakan harus di bayar tunai dan bukan dengan kredit.
Romeo menajamkan matanya yang menajam kepada Vio. Nyali Vio menciut, ia hanya main-main dengan candaan saja. Udah mendapatkan tatapan mengancam menakutkan seperti ini.
“Benar-benar tidak bisa di ajak bercanda sedikitpun,” batin Vio mencibir kelakuan Romeo yang suka mengacam wanita lemah seperti dirinya. Sedangkan Ruster melihat Vio lalu ke pria asing yang memperkenalkan diri sebagai Romeo Van Diora. "Untuk apa?" tanya Ruster heran. "Bukankah kau ingin mencari jodoh seperti halnya diriku kebetulan mencari wanita untuk mendampingi hidupku mendatang. Agar aku tidak akan melewati masa tua dengan sendirian di panti jompo," balas Romoe dengan gombalan buayanya. Untuk segera menjerat Ruster secepatnya dan menyelesaikan misi. "Wah...ini kebetulan tak terduga, rupanya Tuhan sudah menunjukan jalan untuk kalian berdua dalam waktu yang sangat cepat," timpal Vio yang mengeluarkan sikap senang karena uang. Bukan karena kebahagian temannya yang sebentar lagi akan menjadi jalang untuk kedua kembar yang bernafsu binatang yang sudah menghancurkan masa depan para wanita jalang. "Vio!" protes Ruster yang menatap sahabatnya itu
"Kau perawan?" tanya Romeo yang di balas anggukan Ruster dengan wajah semakin merah padam. Pertanyaan Romeo sungguh membuat Ruster malu setengah mati. karena di tanya secara tetiba seperti itu. Romeo mengangkat satu alisnya ke atas, wanita di depannya ini membuatnya tertarik dan sekaligus penasaran. tepatnya ia bergairah untuk menikmati wanita yang masih bersih, sehingga tidak perlu capek-capek memakai perlindung rudal yang ukurannya menyiksa rudal dirinya yang ukuranya di atas pelindung itu. "Kenapa kau ingin mencari jodoh disini, apa karena kau ingin punya kekasih atau lebih dari pada itu? seperti.... aku harap kau bisa menebaknya?" tanya Romeo dengan nada introgasinya di sertai dengan nada cibirannya yang menyelidiki di mulai dari sekarang. seperti yang ia lakukan kepada korban sebelumnya yang rata-rata mengaku ingin mencari suami di klub malam milik Vio. tapi kenyataanya berbeda dengan yang di mulut. "Aku ingin mencari pendamping hidup bukan
Setelah diam cukup lama, wanita paruh baya itu mulai bersuara. "Sayang, siapa pria ini?" tanya wanita paruh baya itu kepada putrinya yang kebinggungan entah dari mana harus menjelaskannya semua ini kepada ibunya. Romeo mengulurkan tangannya pada wanita itu. "Saya kekasih Ruster dan sebentar lagi akan menjadi menantu anda," Romeo memperkenalkan siapa dirinya kepada ibu Ruster yang semakin terkejut. Ibu Ruster terkejut dengan apa yang di katakan oleh Romeo. kemudian, menyambut tangan Romeo, lalu mempersilahkan Romeo masuk ke dalam ruang tamu. Ruster berjalan masuk kedalam. di iringi dengan Ibu Ruster menatap putrinya dan pria yang baru pertama kali bertamu kerumahnya. Karena selama ini Ruster tidak pernah mengajak pria untuk menemuinya. "Apa karena kena aku desak, maka ia mulai terbuka untuk memperkenalkan pacarnya?" batin ibu Ruster. "Namamu siapa?" tanya ibu Ruster pada Romeo yang duduk di hadapanya. "Romeo Van Di
"Di mana Raven," tanya Romeo yang berjalan dengan langkah lebar memasuki ke dalam rumah sebesar istana. "Tuan Raven ada di dalam ruang kerja," balas Jimmy yang menutup pintu utama. “Ternyata sudah pulang,” gumam Romeo yang bergegas ke ruangan kerja untuk mencari keberadaan Raven yang merupakan kembarannya. Pintu di buka sangat perlahan, Romeo menatap sang kakak yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumennya. Mimik wajahnya selalu terlihat datar, tampan dan berkarisma. Serta aura dingin mengelilingi tubuhnya. "Kenapa kau tidak masuk?" ucap Raven melirik pada Romeo yang setengah tubuh bersandar di tiang pintu. Romeo menyunggingkan senyumnya melangkah mendekati kakaknya dan duduk di seberang meja dengan tangan bersedekap di dada. "Ada apa?" tanya Raven yang menutup dokumennya. ia menatapi adiknya dengan tatapan heran dan curiga. karena tidak biasanya Romeo senyum-senyum sendiri seperti ini. "Aku menemukan wanita yang cocok u
“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya. “Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu