Share

3.

“Benar-benar tidak bisa di ajak bercanda sedikitpun,” batin Vio mencibir kelakuan Romeo yang suka mengacam wanita lemah seperti dirinya.

Sedangkan Ruster melihat Vio lalu ke pria asing yang memperkenalkan diri sebagai Romeo Van Diora.

"Untuk apa?" tanya Ruster heran.

"Bukankah kau ingin mencari jodoh seperti halnya diriku kebetulan mencari wanita untuk mendampingi hidupku mendatang. Agar aku tidak akan melewati masa tua dengan sendirian di panti jompo," balas Romoe dengan gombalan buayanya. Untuk segera menjerat Ruster secepatnya dan menyelesaikan misi.

"Wah...ini kebetulan tak terduga, rupanya Tuhan sudah menunjukan jalan untuk kalian berdua dalam waktu yang sangat cepat," timpal Vio yang mengeluarkan sikap senang karena uang. Bukan karena kebahagian temannya yang sebentar lagi akan menjadi jalang untuk kedua kembar yang bernafsu binatang yang sudah menghancurkan masa depan para wanita jalang.

"Vio!" protes Ruster yang menatap sahabatnya itu yang dari tadi banyak berbicara hal yang menurutnya sungguh memalukkan dirinya yang seolah-olah seperti seorang jalang yang di perjual belikan di meja perjudian.

Vio mendekati Ruster. Kemudian pelan berbisik di telinga Ruster yang kini sudah ia jual kepada pria bernama Romeo Van Diora.

"Ini kesempatan langka, pria ini sangat tampan dan terlihat mapan. kau harus buktikan pada tetangga sialanmu itu, kau wanita yang menarik dan laku di mata pria yang masih muda dan kaya raya. sekalian perlihatkan pada ibumu, kau berhasil mendapatkan pria yang akan jadi calon suami. jerat dia dengan pesonamu,” nasehat Vio yang menyesatkan dan sekaligus menjerumuskan Ruster ke dalam penderitaan.

"Tapi….!" protes Ruster yang penuh keraguan dan entah kenapa ada ketakutan dalam hatinya. yang mengatakan jangan terlibat semakin jauh dengan pria asing di depannya. yang akan mendatangkan malapetaka untuknya di masa depan.

"Aku harus pulang, suamiku menunggu dirumah!" Kata Vio mengecup pipi Ruster dengan kecupan manis. Sebagai salam perpisahan dan sekaligus untuk kabur.

 "Tolong jaga sahabatku ini tuan tampan," Kata Vio yang di balas anggukan oleh Romeo. yang seolah-olah mereka baru kenal satu sama lain.

"Vio!" panggil Ruster menatap sahabatnya itu yang berlalu pergi sambil mengangkat satu tangannya ke atas.

Ruster menghela nafasnya, menatap malu pada pria di hadapannya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.

"Bisa ikut aku?" ajak Romeo yang di balas anggukan Ruster. rencana mau menolak ajakan Romeo, sepertinya sia-sia. karena Ruster terpesona pada ketampanan Romeo dengan mata sebiru lautan yang menjeratnya.

Melihat Ruster berjalan dengan melamun, Romeo  langsung meraih tangan Ruster dengan menggenggamnya secara erat menimbulkan perasaan aneh yang mengalir di dalam tubuh Ruster yang pertama kali bersentuhan dengan pria yang lebih muda darinya.

Romeo mengajak Ruster masuk ke dalam lift menuju lantai atas. kesalah satu ruangan super VVIP yang sering di pesan dalam urusan hal lain. Ruangan yang biasa ia dan kembarannya gunakan untuk menyiksa para jalang yang di kirim oleh saingan bisnisnya untuk membunuh mereka atau dengan tujuan tak baik.

"Masuklah!" kata Romeo dengan suara ramahnya.

Ruster melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam dan mata almondnya memperhatikan sekeliling ruangan, dari sini ia bisa menatap ke lantai dasar melalui jendela kaca besar di dalam ruangan.

Ruster melihat lautan manusia yang menari dengan pakaian erotis dan para pria yang memeluk lebih dari satu wanita di atas pangkuan.  Bahkan ada yang melakukan pesta sex tanpa malu sama sekali di depan publik.

“Benar-benar dunia malam yang menakutkan,” batin Ruster yang berharap ia tidak di perkosa di dalam ruangan ini akibat kebodohannya mengikuti perkataan Romeo. yang merupakan pria yang ia kenal pertama kali.

Romeo melihat ke arah Ruster yang berdiri di depan kaca besar.

"Dari luar sana, mereka tidak bisa melihat keberadaan kita disini!" Kata Romeo yang duduk di atas sofa panjang dengan kedua kaki terbuka lebar dan hendak mengeluarkan ponsel menghubungi kembarannya. tapi langsung di undurkan sebentar, karena ingin melihat lebih jauh jalang bernama Ruster yang kini di depannya.

Tok tok tok 

Suara ketikan lembut berbunyi tiga kali.

“Masuk,” ucap Romeo dengan nada malasnya.

Ruster mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka, memperlihatkan dua wanita yang hanya mengenakan bikini transparan yang sudah menampakkan bagian atas dan bawah. Yang masuk membawa beberapa botol minuman dan gelas.

"Letakkan di atas meja dan pergi dari hadapanku!” perintah Romeo yang memberikan uang tips pada mereka dengan cara melemparkan berapa lembar uang kertas ke wajah dua jalang yang menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.

"Apa anda tidak mau sekalian kami servis tuan?" rayu salah satu wanita jalang yang berhasil memungut uang tersebut.

"Tidak perlu!" Kata Romeo dingin dan sekaligus ia jijik bersentuhan dengan para jalang bekas orang lain. Kecuali bekas kembarannya akan lain cerita.

Kedua wanita itu pun berlalu pergi, sekilas melirik Ruster dengan tatapan sinis yang mencemoh.

"Duduk lah disini," perintah Romeo dengan menepuk sofa di sampingnya dengan jemari lentiknya yang seperti wanita. hanya saja ukurannya lebih besar dari jemari tangan wanita.

Ruster  menghampiri Romeo dengan sikap anggun dan duduk di samping pria itu dengan hati was-was.

"Berapa umurmu?" tanya Romeo yang mula basa basi mencari topik pembicaraan karena ia tidak mungkin langsung menyerang secara mendadak yang akan merugikan dirinya pada akhirnya.

"Sebentar lagi 31 tahun," Jawab Ruster dengan nada gugup memainkan jari tangannya yang banyak kapalan di mana-mana. Bahkan kukunya juga tidak secantik kuku wanita lainnya.

Mata Romeo menurun ke arah jari tangan Ruster yang terlihat kasar untuk ukuran wanita jalang.

"Kau pernah pacaran sebelumnya?" tanya Romeo mata menyelidiki jemari tangan Ruster yang banyak kapalan. seingin tahu, wanita ini kerja apa sampai mempunyai kapalan sebanyak itu di jemari.

"Tidak!" balas Ruster singkat dan padat, sekaligus tidak berani mengatakan ia punya mantan pacar yang melarikan diri. bisa-bisa pria ini akan kabur setelah tahu ia punya mantan di masalalu. bagaimanapun caranya, Ruster berpikir untuk mendapatkan pria di depannya untuk membalas omongan orang padanya yang selalu menghinanya tanpa berhenti. tepatnya semakin menjadi-jadi kian hari.

"Tidak?" ulang Romeo dengan nada kerasnya. Seakan tertawa terbahak-bahak mencibir.

"Umurmu sudah hampir 31 tahun dan menurutku kau lumayan cantik untuk memikat hati pria dan kau mengatakan tidak pernah pacaran, kau pasti bercanda!" cibir Romeo terkekeh renyah. dengan mata menatapi Ruster dengan tatapan mencemohnya. kemudian meraih rambut ruster yang bergelombak seperti samudera dan mengecupnya. dengan mata yang masih menatap Ruster dengan lekat dan tajam.

"Aku berkata jujur," balas Ruster yang masih mengelak dan rona merah sudah terlihat di wajahnya yang bersemu merah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kartika Li
Hai.. mampir baca novel ku ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status