“Benar-benar tidak bisa di ajak bercanda sedikitpun,” batin Vio mencibir kelakuan Romeo yang suka mengacam wanita lemah seperti dirinya.
Sedangkan Ruster melihat Vio lalu ke pria asing yang memperkenalkan diri sebagai Romeo Van Diora.
"Untuk apa?" tanya Ruster heran.
"Bukankah kau ingin mencari jodoh seperti halnya diriku kebetulan mencari wanita untuk mendampingi hidupku mendatang. Agar aku tidak akan melewati masa tua dengan sendirian di panti jompo," balas Romoe dengan gombalan buayanya. Untuk segera menjerat Ruster secepatnya dan menyelesaikan misi.
"Wah...ini kebetulan tak terduga, rupanya Tuhan sudah menunjukan jalan untuk kalian berdua dalam waktu yang sangat cepat," timpal Vio yang mengeluarkan sikap senang karena uang. Bukan karena kebahagian temannya yang sebentar lagi akan menjadi jalang untuk kedua kembar yang bernafsu binatang yang sudah menghancurkan masa depan para wanita jalang.
"Vio!" protes Ruster yang menatap sahabatnya itu yang dari tadi banyak berbicara hal yang menurutnya sungguh memalukkan dirinya yang seolah-olah seperti seorang jalang yang di perjual belikan di meja perjudian.
Vio mendekati Ruster. Kemudian pelan berbisik di telinga Ruster yang kini sudah ia jual kepada pria bernama Romeo Van Diora.
"Ini kesempatan langka, pria ini sangat tampan dan terlihat mapan. kau harus buktikan pada tetangga sialanmu itu, kau wanita yang menarik dan laku di mata pria yang masih muda dan kaya raya. sekalian perlihatkan pada ibumu, kau berhasil mendapatkan pria yang akan jadi calon suami. jerat dia dengan pesonamu,” nasehat Vio yang menyesatkan dan sekaligus menjerumuskan Ruster ke dalam penderitaan.
"Tapi….!" protes Ruster yang penuh keraguan dan entah kenapa ada ketakutan dalam hatinya. yang mengatakan jangan terlibat semakin jauh dengan pria asing di depannya. yang akan mendatangkan malapetaka untuknya di masa depan.
"Aku harus pulang, suamiku menunggu dirumah!" Kata Vio mengecup pipi Ruster dengan kecupan manis. Sebagai salam perpisahan dan sekaligus untuk kabur.
"Tolong jaga sahabatku ini tuan tampan," Kata Vio yang di balas anggukan oleh Romeo. yang seolah-olah mereka baru kenal satu sama lain.
"Vio!" panggil Ruster menatap sahabatnya itu yang berlalu pergi sambil mengangkat satu tangannya ke atas.
Ruster menghela nafasnya, menatap malu pada pria di hadapannya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.
"Bisa ikut aku?" ajak Romeo yang di balas anggukan Ruster. rencana mau menolak ajakan Romeo, sepertinya sia-sia. karena Ruster terpesona pada ketampanan Romeo dengan mata sebiru lautan yang menjeratnya.
Melihat Ruster berjalan dengan melamun, Romeo langsung meraih tangan Ruster dengan menggenggamnya secara erat menimbulkan perasaan aneh yang mengalir di dalam tubuh Ruster yang pertama kali bersentuhan dengan pria yang lebih muda darinya.
Romeo mengajak Ruster masuk ke dalam lift menuju lantai atas. kesalah satu ruangan super VVIP yang sering di pesan dalam urusan hal lain. Ruangan yang biasa ia dan kembarannya gunakan untuk menyiksa para jalang yang di kirim oleh saingan bisnisnya untuk membunuh mereka atau dengan tujuan tak baik.
"Masuklah!" kata Romeo dengan suara ramahnya.
Ruster melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam dan mata almondnya memperhatikan sekeliling ruangan, dari sini ia bisa menatap ke lantai dasar melalui jendela kaca besar di dalam ruangan.
Ruster melihat lautan manusia yang menari dengan pakaian erotis dan para pria yang memeluk lebih dari satu wanita di atas pangkuan. Bahkan ada yang melakukan pesta sex tanpa malu sama sekali di depan publik.
“Benar-benar dunia malam yang menakutkan,” batin Ruster yang berharap ia tidak di perkosa di dalam ruangan ini akibat kebodohannya mengikuti perkataan Romeo. yang merupakan pria yang ia kenal pertama kali.
Romeo melihat ke arah Ruster yang berdiri di depan kaca besar.
"Dari luar sana, mereka tidak bisa melihat keberadaan kita disini!" Kata Romeo yang duduk di atas sofa panjang dengan kedua kaki terbuka lebar dan hendak mengeluarkan ponsel menghubungi kembarannya. tapi langsung di undurkan sebentar, karena ingin melihat lebih jauh jalang bernama Ruster yang kini di depannya.
Tok tok tok
Suara ketikan lembut berbunyi tiga kali.
“Masuk,” ucap Romeo dengan nada malasnya.
Ruster mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka, memperlihatkan dua wanita yang hanya mengenakan bikini transparan yang sudah menampakkan bagian atas dan bawah. Yang masuk membawa beberapa botol minuman dan gelas.
"Letakkan di atas meja dan pergi dari hadapanku!” perintah Romeo yang memberikan uang tips pada mereka dengan cara melemparkan berapa lembar uang kertas ke wajah dua jalang yang menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.
"Apa anda tidak mau sekalian kami servis tuan?" rayu salah satu wanita jalang yang berhasil memungut uang tersebut.
"Tidak perlu!" Kata Romeo dingin dan sekaligus ia jijik bersentuhan dengan para jalang bekas orang lain. Kecuali bekas kembarannya akan lain cerita.
Kedua wanita itu pun berlalu pergi, sekilas melirik Ruster dengan tatapan sinis yang mencemoh.
"Duduk lah disini," perintah Romeo dengan menepuk sofa di sampingnya dengan jemari lentiknya yang seperti wanita. hanya saja ukurannya lebih besar dari jemari tangan wanita.
Ruster menghampiri Romeo dengan sikap anggun dan duduk di samping pria itu dengan hati was-was.
"Berapa umurmu?" tanya Romeo yang mula basa basi mencari topik pembicaraan karena ia tidak mungkin langsung menyerang secara mendadak yang akan merugikan dirinya pada akhirnya.
"Sebentar lagi 31 tahun," Jawab Ruster dengan nada gugup memainkan jari tangannya yang banyak kapalan di mana-mana. Bahkan kukunya juga tidak secantik kuku wanita lainnya.
Mata Romeo menurun ke arah jari tangan Ruster yang terlihat kasar untuk ukuran wanita jalang.
"Kau pernah pacaran sebelumnya?" tanya Romeo mata menyelidiki jemari tangan Ruster yang banyak kapalan. seingin tahu, wanita ini kerja apa sampai mempunyai kapalan sebanyak itu di jemari.
"Tidak!" balas Ruster singkat dan padat, sekaligus tidak berani mengatakan ia punya mantan pacar yang melarikan diri. bisa-bisa pria ini akan kabur setelah tahu ia punya mantan di masalalu. bagaimanapun caranya, Ruster berpikir untuk mendapatkan pria di depannya untuk membalas omongan orang padanya yang selalu menghinanya tanpa berhenti. tepatnya semakin menjadi-jadi kian hari.
"Tidak?" ulang Romeo dengan nada kerasnya. Seakan tertawa terbahak-bahak mencibir.
"Umurmu sudah hampir 31 tahun dan menurutku kau lumayan cantik untuk memikat hati pria dan kau mengatakan tidak pernah pacaran, kau pasti bercanda!" cibir Romeo terkekeh renyah. dengan mata menatapi Ruster dengan tatapan mencemohnya. kemudian meraih rambut ruster yang bergelombak seperti samudera dan mengecupnya. dengan mata yang masih menatap Ruster dengan lekat dan tajam.
"Aku berkata jujur," balas Ruster yang masih mengelak dan rona merah sudah terlihat di wajahnya yang bersemu merah.
"Kau perawan?" tanya Romeo yang di balas anggukan Ruster dengan wajah semakin merah padam. Pertanyaan Romeo sungguh membuat Ruster malu setengah mati. karena di tanya secara tetiba seperti itu. Romeo mengangkat satu alisnya ke atas, wanita di depannya ini membuatnya tertarik dan sekaligus penasaran. tepatnya ia bergairah untuk menikmati wanita yang masih bersih, sehingga tidak perlu capek-capek memakai perlindung rudal yang ukurannya menyiksa rudal dirinya yang ukuranya di atas pelindung itu. "Kenapa kau ingin mencari jodoh disini, apa karena kau ingin punya kekasih atau lebih dari pada itu? seperti.... aku harap kau bisa menebaknya?" tanya Romeo dengan nada introgasinya di sertai dengan nada cibirannya yang menyelidiki di mulai dari sekarang. seperti yang ia lakukan kepada korban sebelumnya yang rata-rata mengaku ingin mencari suami di klub malam milik Vio. tapi kenyataanya berbeda dengan yang di mulut. "Aku ingin mencari pendamping hidup bukan
Setelah diam cukup lama, wanita paruh baya itu mulai bersuara. "Sayang, siapa pria ini?" tanya wanita paruh baya itu kepada putrinya yang kebinggungan entah dari mana harus menjelaskannya semua ini kepada ibunya. Romeo mengulurkan tangannya pada wanita itu. "Saya kekasih Ruster dan sebentar lagi akan menjadi menantu anda," Romeo memperkenalkan siapa dirinya kepada ibu Ruster yang semakin terkejut. Ibu Ruster terkejut dengan apa yang di katakan oleh Romeo. kemudian, menyambut tangan Romeo, lalu mempersilahkan Romeo masuk ke dalam ruang tamu. Ruster berjalan masuk kedalam. di iringi dengan Ibu Ruster menatap putrinya dan pria yang baru pertama kali bertamu kerumahnya. Karena selama ini Ruster tidak pernah mengajak pria untuk menemuinya. "Apa karena kena aku desak, maka ia mulai terbuka untuk memperkenalkan pacarnya?" batin ibu Ruster. "Namamu siapa?" tanya ibu Ruster pada Romeo yang duduk di hadapanya. "Romeo Van Di
"Di mana Raven," tanya Romeo yang berjalan dengan langkah lebar memasuki ke dalam rumah sebesar istana. "Tuan Raven ada di dalam ruang kerja," balas Jimmy yang menutup pintu utama. “Ternyata sudah pulang,” gumam Romeo yang bergegas ke ruangan kerja untuk mencari keberadaan Raven yang merupakan kembarannya. Pintu di buka sangat perlahan, Romeo menatap sang kakak yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumennya. Mimik wajahnya selalu terlihat datar, tampan dan berkarisma. Serta aura dingin mengelilingi tubuhnya. "Kenapa kau tidak masuk?" ucap Raven melirik pada Romeo yang setengah tubuh bersandar di tiang pintu. Romeo menyunggingkan senyumnya melangkah mendekati kakaknya dan duduk di seberang meja dengan tangan bersedekap di dada. "Ada apa?" tanya Raven yang menutup dokumennya. ia menatapi adiknya dengan tatapan heran dan curiga. karena tidak biasanya Romeo senyum-senyum sendiri seperti ini. "Aku menemukan wanita yang cocok u
“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya. “Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R