Dixon menyadari bahwa aku berperilaku aneh. Dia merentangkan tangannya di belakang sofa dan menungguku makan. Hidangan sudah ditata selama beberapa jam dan sedingin es. Makanan itu tidak terasa di mulutku dan aku memakannya perlahan.Aku mencoba kesabarannya. Dia bangkit dan berdiri di depanku, berkata dengan dingin dan lembut, "Caroline, apa yang kamu inginkan?"Aku meletakkan sendok ku dan menatapnya. Aku melihat bahwa dia sedang mengamati setiap hidangan di atas meja.Dixon tiba-tiba bertanya, "Apakah kamu memasak ini?"Dia terdengar aneh. Aku berdiri dan mulai bersih-bersih sambil berkata, "Aku bertanya padamu pada siang hari apakah kamu akan pulang untuk makan malam. Kamu menjawab ya, jadi aku membuat hidangan yang kamu suka dengan gembira."Dixon tiba-tiba mengerutkan kening dan bertanya, "Apa niatmu?"Aku menghentikan yang kulakukan dan menatapnya. Matanya sedingin es dan aku tidak bisa menemukan satupun kehangatan yang pernah ada di matanya.Aku ingin mengatakan sesuatu tetapi
Aku punya waktu kurang dari tiga bulan lagi. Apalagi yang bisa kulakukan?Hidupku akan segera berakhir tetapi aku belum pernah jatuh cinta. Aku ingin berkencan dengan Dixon Gregg.Bahkan jika dia hanya berbohong padaku, aku akan sangat senang.Ngomong-ngomong, aku tidak pernah disayangi atau diperlakukan sebagai sesuatu yang berharga dan penting sepanjang hidupku. Aku tidak pernah mengalami cinta. Itulah sebabnya aku sering cemburu pada Gwen dan itulah mengapa aku berpegangan pada Dixon seolah-olah aku dirasuki.Bahkan jika dia menyiksaku, aku akan menerimanya dengan rela.Antara Dixon dan aku, aku terlalu tidak penting.Aku merendahkan diri dan tidak pernah menolak.Dixon tidak pergi seperti biasanya. Setelah mandi, dia duduk di sofa dengan laptopnya untuk bekerja.Aku bangun dan mengenakan gaun tidurku, lalu bertanya kepadanya, "Apakah kamu akan beristirahat di sini hari ini?"Penglihatanku sangat bagus dan aku bisa melihat dokumen di laptopnya. Itu semua adalah dokumen yang telah di
Gwen tampak seperti baru saja melihat hantu ketika melihatku. Dia mulai berteriak gila-gilaan dan menghancurkan barang-barang. Dixon memeluknya ketika melihat itu.Dada Dixon selalu hangat dan menenangkan.Gwen perlahan-lahan menjadi tenang saat terus menggumamkan nama Dixon. Dan pria itu, suamiku, menghiburnya, "Tidak apa-apa. Aku di sini. Dia tidak akan melakukan apapun padamu."Kelembutan sesaat Dixon adalah miliknya. Dia menoleh ke arahku dan menanyakan ku dengan dingin, "Apa yang kamu lakukan di rumah sakit? Cepat, pulang."Dia selalu menyuruhku pulang di depan Gwen.Aku berpaling dari kelembutan yang Dixon berikan pada Gwen. Saat itu, Gwen memanfaatkan pengaruh Dixon dan menyiramkan secangkir air mendidih ke wajahku. Aku berteriak kesakitan dan mundur dengan panik. Aku menabrak beberapa benda dan saat hendak jatuh, seseorang memegang tanganku.Aku menatapnya tanpa daya. "Dixon."Tatapannya bertentangan ketika dia menatapku. Kemudian, dia memelototi Gwen dan membawaku ke unit gawa
Aku bermimpi. Itu terjadi di villa Shaw. Orang tuaku dan Dixon ada di sana. Mereka berbincang dengan akrab tentang pesta ulang tahunku ke-23.Aku berdiri di dekat sofa mendengarkan Dixon berbicara. Suaranya hangat dan lembut. "Carol menyukai warna merah. Mari kita hiasi tempat itu dengan mawar merah. Aku akan bermain piano nanti."Mata Dixon dipenuhi dengan kehangatan dan kelembutan. Matahari di luar jendela menyinari dirinya, membuatnya tampak lebih tampan dan hangat. Aku ingin menjangkau untuk menyentuh tulang alisnya. Namun, jari-jariku menembusnya dan ke udara. Aku meneriakkan namanya dengan keras, panik. Namun, dia tidak menjawab. Aku menangis histeris dan semua yang ada di depanku memutih.Mataku terbuka lebar dan kulihat aku berada di kamar rumah sakit. Aku masih mengenakan gaun berwarna cerah yang aku pakai sebelumnya. Dixon berdiri di samping dengan ekspresi dingin di wajahnya.Rasanya aku tidak bisa menerima pria dingin di depanku setelah melihat Dixon Gregg yang hangat dan l
Ditutupi oleh lapisan salju yang tebal, Kota Wu begitu indah hingga hampir tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku berkeliaran di jalan di antara banyak toko yang dilapisi salju, mengenakan gaun emas dengan mantel panjang putih bersih. Anting-anting perak halus yang aku pakai hari itu sangat cocok dengan riasanku.Itu adalah kota yang sibuk. Berdiri di antara kerumunan yang bergegas ke segala arah, aku merasa seperti orang luar. Aku menatap semua orang yang lewat, sementara angin dingin membawa butiran salju dan mendarat di wajah, rambut, dan pakaianku. Namun, aku tidak merasa kedinginan sama sekali. Mungkin aku mati rasa. Mungkin aku punya sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan. Aku mulai mengikuti pria berpenampilan biasa-biasa saja di jalan.Sementara dia berdiri disana merokok sendirian, aku mengumpulkan semua keberanianku dan mendekatinya dengan kartu bank ku di tangan. Aku membuka mulut untuk berbicara dan suaraku terdengar rendah hati. "Apakah kamu ingin berkencan dengank
Aku tetap diam sementara Dixon terus menatapku, menunggu jawaban.Aku segera turun dari bus begitu berhenti di stasiun berikutnya. Aku lega melihat dia tidak ikut. Aku naik taksi kembali ke tempatku sebelumnya untuk mengambil mobil dan menyetir sendiri kembali ke rumah.Villa mewah itu tampak sangat kosong. Aku duduk di sofa, tidak bisa berkonsentrasi pada hal lain selain apa yang dikatakan Dixon. "Aku masih berhutang pernikahan padanya."Sejujurnya, Dixon memang berutang pernikahan pada Gwen.Tiga tahun lalu, Gwen dan Dixon hampir sama-sama menyerah.Bahkan jika dia menolak tiga juta dan bersikeras tinggal di Kota Wu tepat di sisi Dixon, Dixon akan putus dengannya.Tampaknya tidak ada benar dan salah dalam kasus mereka.Dixon seharusnya memberi Gwen pernikahan besar tiga tahun lalu.Aku hanya menggantikan Gwen dan sudah waktunya untuk mengembalikan semuanya seperti semula.Sementara aku melamun, Summer Jacobs menelepon.Dia adalah temanku, dan Tuhan tahu bahwa aku tidak punya banyak t
Telah turun salju selama berhari-hari. Kota Wu berkilauan di bawah cahaya kota dengan semuanya tertutup oleh salju putih bersih. Kami berdiri berhadapan di jalan sempit, bayangannya membentang panjang dan tipis di tanah di bawah kami. Dia bisa dengan mudah disalah artikan sebagai karakter yang keluar dari manga. Dia mendengar apa yang aku katakan dan tercengang. Dia menatapku dengan rasa ingin tahu tetapi tidak mengatakan apa-apa tentang bagaimana aku memanggilnya. Dia hanya bertanya kepada aku, "Di mana kamu tinggal, Nona Kecil?""Villa keluarga Shaw..."Begitu aku menjawab, aku ingat bahwa Dixon belum pernah kesana sebelumnya, jadi aku memberitahu dia alamatnya dengan terburu-buru. Dia memberiku senyum tipis dan melepas syal untuk melilitkannya di leherku, kehangatan tubuhnya masih tersisa.Aku mendengar dia berkata, "Ayo pergi. Aku akan mengantarmu pulang."Senyumannya membuatnya semakin tampan...Tampaknya mata dan alisnya dilukis hanya untuk menambah karismanya.Aku melangkah untu
Aku ingin berkencan dengan seseorang. Sebenarnya, aku ingin dicintai. Aku sangat putus asa sehingga aku bahkan akan puas dengan seseorang yang berpura-pura mencintaiku.Karena aku tidak punya banyak waktu tersisa.Aku tidak berniat membuang-buang waktuku yang berharga untuk hal-hal yang tidak berharga.Aku tersenyum padanya dan berkata, "Itu bukan urusanmu."Aku kembali ke mobilku dan mulai mengemudi lagi. Yang mengejutkanku, Dixon membuka pintu dan melompat masuk saat mobil bergerak, yang merupakan aksi yang sangat berbahaya. Aku menginjak rem dengan kuat dan berteriak padanya, "Kamu gila? Kamu bisa terluka!"Tidak ada sedikitpun rasa takut di wajahnya. Aku menatapnya dengan tatapan dingin. Aku baru saja akan menyuruhnya keluar dari mobilku ketika dia berkata, "Apakah kamu masih mencintaiku?"Kedengarannya seperti pertanyaan tetapi aku pikir dia tahu jawabannya.Sungguh orang yang tidak tahu malu! Dalam tiga bulan, dia akan menikah dengan orang lain, namun dia duduk di mobilku dan ber