Nayyara berangkat dengan menggunakan mobil kantor agar bisa mengangkut semua barang yang akan ia bawa. Nayyara menuju pusat perbelanjaan yang berada tidak jauh dari kantor.
Sebenarnya Nayyara bisa saja meminta salah satu supir atau karyawan lain untuk berbelanja, tapi Nayyara memutuskan untuk pergi sendiri karena ia juga harus menyiapkan keperluan yang diperlukan untuk menyambut kedatangan orang tua Tama.
Berbekal catatan di ponselnya, Nayyara mencari semua kebutuhan yang diperlukan untuk Kavi dan istrinya. Ia juga membeli beberapa barang untuknya dan juga membeli sayuran serta daging, ayam dan bumbu-bumbu untuk persiapan memasak besok di rumah Tama.
Nayyara menelpon Tama untuk mampir sebentar memberikan bahan-bahan masakan yang sudah ia beli tadi.
"Abang dimana? Aku habis beli sayuran buat masak besok. Aku nitip sayurannya di tempat Abang, Sebelum ke rumah Pak Kavi," ujar Nayyara panjang lebar sambil membuka pintu mobil.
"Kamu belanja sendirian? Kenapa nggak minta temenin Abang,"Tama protes dan kaget
"Iya biasanya ada supir. Cuman ini awal bulan emang sibuk semua, ya udah ini gimana sayurnya mau ditaruh di mana?" Nayyara mendudukan dirinya dan memakai sabuk pengaman.
''Ya udah kamu ke hotel aja. Titip sama anak-anak, abang lagi sidak dulu, kalo udah selesai nanti abang ambil."
Nayyara mengendarai mobil dan menuju hotel milik Tama. Sesampai di hotel Nayyara langsung disambut para karyawan hotel. Sebagian karyawan hotel Tama mengetahui kalau Nayyara adalah kekasih Narotama bos mereka. Mereka menurunkan barang-barang yang akan dibawah Tama.
Tidak butuh waktu lama untuk menurunkan semuanya, Nayyara langsung pamit dan menuju rumah bosnya.
Nayyara membunyikan klakson tanda ingin dibukakan pintu pagar. Terlihat wanita mungil yang seumuran dengannya membuka pagar yang sangat besar.
"Makasih ya mba" Nayara tersenyum ramah
"Songong lu sama istri Bos!" Mike mendengus kesal
Mike merupakan sahabat Nayyara di kantor. Mike menjalin hubungan dengan bos sampai ke jenjang yang serius dan akhirnya mereka menikah. Walau dalam kisahnya Mike selalu di nomer duakan.
Nayyara memarkirkan mobil di halaman dan berhambur memeluk Mike melepaskan rasa rindu.
"Kangen banget aku sama kamu." Nayyara memeluk erat
"Sama aku juga Nay," Mike membalas pelukan Nayyara sambil mengelus punggung Nayyara
"Aku nganter keperluan Si Bos dan Bu Bos ni." Nayyara melepaskan pelukannya dan mengejek Mike dengan menyebutnya Bu Bos yang dibalas Mike dengan pukulan ringan di lengan atasn, lalu ia membuka pintu bagasi mobil.
"Kamu ko ga bilang-bilang si kan aku bisa ikut belanja," protes Mike
"Ogah belanja sama kamu mah sampe sore."
Nayyara menurunkan barang-barang.
"Udah Nay biar aja biar nanti ada mamang jali yang bawa," Mike menghentikan gerakan tangan Nayyara.
"Mampir dulu Nay, kamu tu dikirim kesini buat nemenin aku tau!" Mike menarik Nayyara masuk ke rumahnya. Nayyara hanya menurut dan mengikuti langkah Mike.
Di dalam ruang tamu yang megah dan mewah di dominasi warna putih, lampu kristal indah nan mewah menghiasi ruangan beserta figura-figura besar sebagai bingkai foto-foto kebersamaan Mike dan Kavi, beberapa lukisan yang indah dan unik tergantung di sudut-sudut ruang menampilkan kesan mewah dan artistik.
"Enak yah!" Nayyara duduk di sofa berwarna putih yang empuk.
"Gimana Ke tinggal di sangkar emas gini?" Naya mengedarkan penglihatannya keseluruh penjuru ruangan.
Mike tersenyum. "Semua hal pasti ada baik dan buruknya Nay."
Nay mengangguk
"Semoga kamu bahagia selalu ya Ke," Naya menggenggam dan mengelus punggung tangan Mike yang berada di sebelahnya.
Mike tersenyum "Dia udah mulai berubah Nay. Udah mulai menyadari keberadaanku."
"Alhamdulillah. Semoga ini awal yang baik ya Ke."
Nayyara bersyukur rumah tangga sahabatnya sudah menemukan titik terang.
Bi Ras, salah satu asisten rumah tangga di rumah Mike membawakan dua gelas minuman dan kudapan untuk mereka.
Nayyara menikmati kudapan yang dibawa oleh Bi Ras. Setelah puas mengobrol yang entah ke mana arah tujuannya, Nayyara berpamitan dan kembali ke kantor.
Nayyara berdiri dari duduknya," aku pamit ya Ke, aku takut suamimu marah-marah."
"Bentar banget si Nay belum juga sejam, lagian mana perna dia marahin kamu, " Mike memukul lengan Nayyara pelan.
"Pernah tau, serem kalo udah marah!" Nayyara terkekeh
"Udah jangan bahas itu lagi."
Mike tersipu malu mengingat kejadian memalukan saat suaminya marah-marah mencarinya padahal dia tertidur di gazebo di belakang rumah.
"Hahaha, muka kamu merah tuh udah kaya udang rebon," Nayyara tertawa puas.
"Udang rebon? Bau dong!" Protes Mike.
"Udah ah tar aku ga pulang-pulang," Nayyara mengambil tas dan memakainya di bahu.
"Sana-sana" ucap Mike ketus sambil mengikuti langkah Nayyara dari belakang lalu menutup pintu rumahnya, setelah melihat mobil yang dikendarai Nayyara keluar dari halaman rumahnya.
Sesampainya di kantor Nayara berpapasan dengan Nura yang habis mengantar tamu dari bosnya Pak Fatir. Nura tersenyum kepada Nayyara
"Wah abis jalan-jalan ya Nay? Ko ga ajak-ajak aku kan mau ikut!"
Entah menyindir atau sok akrab dari perkataan Nura terhadapnya.
Nayyara yang lelah hanya melirik dan meninggalkanya.
"Ih sombong banget lu, Pa Pranoto udah lengser, liat aja seberapa lama Elu bertahan tanpa backupan." Nura merutuki sikap Nayyara.
Rupanya di belakang ada Khalingga yang mendengarkan ucapan Nura.
"Memangnya ada hubungan apa dia dengan Papa?" gumam Khalingga pelan
Khalingga menghampiri Kavi ke ruangan untuk mencari tahu hubungan Papanya dan Nayyara
"Vi skeretatis lu lama amat baliknya dari luar?" tukas Khalingga menyelidiki dan duduk di sofa.
Kavi menghentikan pekerjaan dan meletakan kacamatanya "Dia abis beli barang-barang buat keperluan meeting di luar kota, paling dia lama di rumah ga boleh pulang sama Mike."
"Mike bini lu? Dia kenal bini lu?" Khalingga menyandarkan bahunya
"Iya dia temenan bahkan sahabatan, bini w udah paling seneng ketemu dia, dulu aja di panggil kembar, tapi menurut w beda si kalo Nayyara tipe tertutup pake banget, tapi mike humble banget. Mike temennya banyak, Nayyara temennya itu-itu aja. Cuman mike lebih sering bareng Nayyara, anaknya ga neko-neko kalo kata Mike, "aku nyaman banget sama Nay, dingin-dingin empuk." bhuahaha Kavi tertawa mengingat kata-kata mike
Uhuk- uhuk terdengar suara Naya terbatuk-batuk seperti tersedak.
"Orangnya keselek no, lu omongin." tunjuk Khalingga ke arah pintu yang tertutup.
"Hahahah, gua rasa bini w juga keselek." Kavi masih tertawa sambil menggeleng-geleng kepalanya.
BERSAMBUNG
.
.
.
.
.
yeeee ketemu lagi sama Nayyara udah ada ngesip seseorang ga nih...??
maaf ya kalo up nya dikit-dikit
Alon-alon asal kelon.. Hehehe
Jangan lupa tinggalin jejaknya yah.
klik LIKE ketik KOMEN jangan lupa love sama bintang 5 nya.
Tiba saat jam pulang kantor Kavi dan Khalingga keluar dari ruangan.Kavi mendekati meja sekretarisnya, "Nayyara kamu besok jadi izin?"Nayyara bangkit dari duduknya,"jadi Pak, sudah ada janji.""Emang ga bisa dibatalin?" terlihat senyuman Kavi yang sulit diartikan.Baru Nayyara ingin menjawab tiba-tiba terdengar suara batuk dari seseorang.Uhuk-uhukMereka bertiga kompak menoleh kesumber suara batuk.
Mereka lalu masuk ke dalam lift menuju lantai 56. Sesampainya di lantai yang dimaksud, mereka disambut oleh resepsionis lalu mempersilahkan mereka masuk dengan mudah. Sedangkan ada beberapa pengunjung yang tidak diperbolehkan masuk karena pakaian mereka tidak sesuai standar aturan.Pasalnya untuk wanita tidak boleh mengunakan sendal biasa dan pria tidak boleh mengunakan kaos saja."Kita duduk di luar aja."Ajak Tama sambil mengedarkan pandangan mencari tempat yang kosong. Karena ini hari kerja jadi masih ada beberapa meja kosong.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, Tama terus tersenyum bahagia, seperti anak kecil mendapatkan mainan kesukaannya. Sedangkan Nayyara hanya menahan malu karena kejadian tadi masih berputar-putar di kepalanya.Tama masih fokus mengendarai mobil, lalu melirik Nayyara, "Kamu cepet belajar yah?" tanya Tama dengan senyum lebar nan bahagia.Nayyara makin tersipu malu, mendengar Tama membahas kejadian tadi. "Apaan sih?!" Nayyara menjawab yang disertai pukulan ke bahu Tama.Bukanya merasa sakit Tama malah tertawa "Hahaha".Sedangkan Nayyara cemberut dan menata
Sepanjang perjalanan, Nayyara bersikap seolah tak terjadi apa-apa padanya, ia masih bisa tersenyum dan tertawa."Kamu jangan berpikir yang macem-macem ya..." Suara Tama lirih, lalu meraih tangan Nayyara dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi memegang stir."Menurut kamu, apa mungkin aku ga memikirkannya?" Suara Nayyara terdengar datar sambil menatap lurus kedepan.Tama menepikan mobilnya lalu menatap Nayyara."Itu bukan masalah yang besar," dengan suara lembut Tama menenangk
Mereka menuju Kota Bunga menggunakan minibus, dengan formasi Nayyara duduk di depan bersama driver, sedangkan di kursi belakang diisi Mike dan Kavi. Sesekali Kavi menanyakan masalah pekerjaan, tapi lebih sering Mike yang mengajak Nayyara berbicara."Nay, kamu serius sama Tama?" Kata-kata Mike bagaikan tombak yang dilemparkan ke dadanya.Sepersekian detik Mike menangkap wajah murung Nayyara dengan matanya.Nayyara terdiam sambil sedikit meremas udara di tangannya. Menarik nafas panjang dan menghempaskannya
Mike dan Kavi melanjutkan perjalanan mereka untuk berlibur. Sedangkan pekerjaannya dialihkan kepada Khalingga yang didampingi oleh Nayyara.Khalingga sudah menghubungi Nayyara untuk bertemu di lokasi pada sore nanti. Ia ingin memastikan suasana bukit pada malam hari.Nayyara yang sudah di lokasi lebih dulu, memilih duduk di sebuah batu besar yang berada di bawah pohon yang sangat rindang dan teduh.Ia menatap lurus kedepan menikmati lukisan alam yang menakjubkan jajaran perbukitan yang didominasi warna hijau dari tumbuhan dan pepohonan, terselip juga pemukiman-pemukiman yang memberikan kesan tersendiri, serta hembusan angin yang mampu mengibas-ngiba
Hari ini Nayyara dan Khalingga masih harus memastikan satu hal. Yaitu kompetitor di sekitar bukit setidaknya walaupun tempat baru tapi harus memiliki daya tarik tersendiri dari tempat lain.Sebelum berangkat, Nayyara menyempatkan diri untuk berolahraga pagi menikmati udara yang sejuk di Kota Bunga. Nayyara sedikit berlari-lari kecil setelah keluar hotel.Ketika ia menoleh ke kiri, ia menangkap sosok pria bertubuh atletis yang sangat mencolok dari lainnya. Ya, pemilik tubuh itu sudah tidak asing bagi Nayyara. Dia adalah Khalingga.Terlihat Khalingga sedang berbicara kepada penjual makanan yang juga tinggal di sekitar lokasi tersebut.
Tama sangat senang melihat sang pemilik hatinya sudah berada di hadapannya. Ia kemudian meraih tangan mungil Nayyara seraya membawanya untuk menuju restoran yang berada di dalam hotel."Makan dulu, yuk..." ajak tama kepada wanita yang sedang ia genggam tangannya."Nanti aja, Bang. Kita kan harus mengantar orang tua Abang ke bandara."Nayyara ingat bahwa hari ini orang tua tama akan kembali ke kampung halaman."Kemarin Abang salah info," cengir Tama mengingat kesalahanya.