Share

Part 4

"Bertanggung jawab dan bersungguh-sungguhlah dengan apa yang dimulai, bersungguh-sungguh memang berat pada awalnya. Tapi akan menyenangkan jika kita sudah mencintai apa yang kita lakukan."

-----------

          Sesuai rencana hari ini aku pergi ke kampus untuk menyerahkan berkas-berkas untuk melamar menjadi dosen. Ditemani tane Marta aku menuju kampus dan setelah semua beres aku menemui bu Ratna yang merupakan dosen mata kuliah sebelumnya atau dosen yang akan aku gantikan.

Assalamualaikum.” Aku mengetuk pintu ruangan bu Ratna.

Waalaikummsalam, bu Kanaya ya?” Tanya bu Ratna.

“Iya bu.” Jawabku sopan.

“Silahkan duduk dulu.” Bu Ratna menyuruhku duduk di sofa yang ada di ruangganya.

“Perkenalkan saya Ratna, dan ini berkas-berkas berkaitan dengan mahasiswa yang saya ajar.” Bu Ratna memperkenalkan namanya kemudian memberikan setumpuk berkas berkaitan dengan mahasiswa yang diajarnya.

“Baik bu.” Aku membaca beberapa berkas tersebut.

            Terjadi keheningan untuk sesaat ketika aku membaca sekilas berkas-berkas itu satu persatu. Hingga bu Ratna  yang memecahkan keheningan itu dengan mengajukan pertanyaan kepada ku.

“Maaf bu, kalo boleh tanya bu Kanaya umurnya berapa ya? kok keliatanya masih muda banget.” Tanyanya.

“ Masak sih bu padahal usia saya sudah seperempat abad lho.” Jawabku sembari tersenyum.

“Yang bener bu, kirain baru 19 tahun berarti udah berkeluarga dong?” Tanyanya lagi.

“Doanya saja, bu.” Dalam hati aku mengamini perkataan bu Ratna itu, ya usiaku memang sudah melewati angka 25. Namun entahlah jodohku masih nyangkut dimana.

          Saat aku dan bu Ratna sedang asyik  ngobrol tiba-tiba ada dua dosen masuk ke ruangan bu Ratna dan langsung menghampiriku duduk di sofa.

“Hai, kamu dosen baru yang akan menggantikan bu Ratna ya?” Tanya seorang laki-laki berkacamata tebal yang baru saja masuk.

“Iya.” Jawabku singkat.

“Perkenalkan nama ku Hendra Wijaya, dosen manajemen SDM, ruangan ku di samping ruangan ini. So, kalau perlu bantuan jangan sungkan buat minta tolong okey!”. Ujarnya.

“Kalau aku Nadin Pratiwi panggil aja Nadin.” Giliran seorang peremuan yang bernama Nadin memperkenalkan namanya.

“Perkenalkan nama saya Kanaya Naratama, panggil aja Kanaya.”  Aku memperkenalkan diriku pada Hendra dan Nadin.

“Uhhukkk” Tiba-tiba bu Ratna tersedak minumanya.

What..! Kanaya Naratama adiknya Helga Naratama?.” Tanya bu Ratna yang kemudian ikut duduk di sofa.

“Bu Ratna kenal sama kakak saya?” Tanyaku saat bu Ratna sudah duduk di sofa.

“Ya kenal, dia sahabat suami ku, tapi kok aku nggak tau ya kalau Helga punya adik perempuan setau aku malah adeknya dia itu Dinnar sama Varo.” Terangnya, Dinnar dan Alvaro itu anak-anaknya om Sam dan tante Marta.

          Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan bu Ratna karena selama ini kak Helga dan anak-anak om Sam memang sangat dekat dan setatusku sebagai putri keluarga Naratama memang harus dirahasiakan.

          Setelah  selesai berbincang- bincang aku segera pamit sama bu Ratna karena tante Marta sudah menunggu di parkiran.

“Saya pamit dulu ya bu, soalnya saya sudah ditunggu.” Pamitku pada bu Ratna.

“Iya, jangan lupa hari senin kamu sudah mulai ngajar masih ada waktu satu minggu buat mempersiapkan materi.” Pesanya sebelum aku berjalan menuju pintu.

“Siap bu dosen cantik.” Balasku sembari memberi hormat ala-ala militer gitu.

Good luck dosen imutt.” Bu Ratna mencubit kedua bibiku dengan gemas.

“Awww, ibu sakit.” Keluhku dan hanya di balas tawa bu Ratna.

          Aku, Nadin dan Hendra keluar dari ruangan bu Ratna, Nadin mengantarkan ku sampai ke parkiran sedangkan Hendra kembali ke ruanganya untuk bersiap-siap mengajar. Saat aku dan Nadin berjalan melewati lorong kampus, tiba-tiba terlihat sebuah mobil sport melintasi halaman kampus dan menjadi pusat perhatian penghuni kampus khususnya kaum hawa. Karena penasara aku bertanya pada Nadin yang juga sedang asyik memperhatikan mobil yang sedang parkir itu.

“Ada apa sih?” Tanya ku pada Nadin.

“Apa?” Tidak faham dengan pertanyaan ku Nadin malah balik bertanya.

“Itu.” Aku menunjuk segerombolan mahasiswi-wahasiswi yang tengah asyik memperhatikan mobi sport yang pengemudinya masih di dalamnya.

“Ohh biasa pangeran kampus.”

“Pangeran kampus?” Tanyaku tidak mengerti maksud ucapan Nadin.

“Besok kamu juga tau, karena kamu bakal ngajar kelas mereka.” Ujarnya santai.

“Ohhhh.” Karena tidak begitu tertarik aku hanya ber  oh saja.

Aku segera melanjutkan langkahku menuju parkiran depan dan tentunya masih diantar Nadin yang masih senantiasa ngedumel gak jelas karena gak bisa lihat pangeran kampus. Saat sampai di parkiran aku melihat tante Marta sudah di parkiran, akupun segera menghampirinya.

“Tante maaf ya, tante udah nunggu lama ya?”

“Tante juga baru aja keluar kok, gimana udah beres?”

“Udah dong, besok senin udah mulai ngajar.” Jawabku girang.

“Oh ya tan kenalin ini Nadin, dia dosen di sini juga.” Aku memperkenalka Nadin kepada tante Marta.

          Tante Marta dan Nadin saling berkenalan dan mengobrol singkat. Setelah dari kamus tante Marta ingin langsung mengantarkanku pulang ke rumah tapi aku menolak karena jam baru menunjukan pukul 11:15, itu artinya kalo aku pulang nggak ada temen di rumah kecuali mbok Ina. Selain menjadi ART, mbak Ida dan mbak Nina juga bekerja di restorannya bunda jadi kalo jam kerja mereka bekerja di restoran.

          Karena belum pengen pulang akhirnya aku minta tante Marta mengantarkan ku ke kantor kak Helga. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga, Tante Marta tidak bisa mengantarkan ku sampai ke dalam karena dia ada keperluan. Setelah kepergian tante Marta aku segera masuk ke dalam perusahaan, karena tidak tau dimana ruangan kak Helga maka aku segera bertanya pada resepsionis yang sedang berjaga.

“Mbak mau tanya,kalo ruagnganya pak Helga di mana ya?” Tanyaku pada dua resepsionis itu.

“Maaf, apa mbak sudah buat janji sama pak Helga?” Tanya resepsionis yang bernama Ayu.

“Belum sih mbak.” Jawabku.

“Maaf mbak kalau belum buat janji pak Helga tidak bisa ditemui.” Ujarnya.

“Mbak bisa tolong telfon ke ruanganya nggak.”  Pintaku pada resepsionis itu.

“Eh emang situ siapa nyuruh-nyuruh kita buat telfon ke ruangannya pak Helga?” dengan sinisnya resepsionis bernama Lia itu bertanya padaku.

“Saya adiknya pak Helga.” Jawabku singkat.

“Nggak usah nggaku-ngaku deh mbak, pak Helga itu gak punya adik cewek.” Ujarnya sinis.

          Karena malas berdebat, aku hanya mendengarkan celotehan-celotehan dari resepsionis itu. Saat mereka sedang berceloteh ria, tiba-tiba datang seseorang.

“Ada apa ini ribut-ribut.” Seorang lelaki  berpakaian kantor rapi bertanya.

“Siang pak.” Kedua resepsionis itu menyapa dengan ramah

“Ayah, kok ayah sudah ke kantor sih, kan ayah baru pulang kemarin seharusya ayah istirahat di rumah, lagian ayah ngapain sih ke kantor kan udah ada kak Helga kan..” Aku ngomel ke ayah karena seharusnya ayah tidak pergi ke kantor.

“Naya, ayah gak papa, ayah cuma mau ambil berkas aja kok. Kamu kok ada disini, bukanya tadi ke kampus ya?”  

“ Udah beres kok yah, terus ini mau  ketemu kak Helga, tapi katanya kak Helga gak bisa ditemui sembarang orang” Jelasku sambil melirik resepsionis menyebalkan itu.

“Lain kali kalo nona cantik ini datang kesini, biarkan sesukahati masuk dan ketemu siapa pun.” Ayah berbicara ke pada resepsionis itu lalu ayah merangkulku meninggalkan menja resepsionis..

          Aku dan ayah segera menuju ke lantai 10 dimana ruangan ayah dan kak Helga berada. Aku segera menuju ruangan kak Helga, sedangkan ayah masuk ke ruanganya.

Bersambung……..

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
tau tu resepsionis ngeseli aja sok berkuasa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status