"Bertanggung jawab dan bersungguh-sungguhlah dengan apa yang dimulai, bersungguh-sungguh memang berat pada awalnya. Tapi akan menyenangkan jika kita sudah mencintai apa yang kita lakukan."
-----------
Sesuai rencana hari ini aku pergi ke kampus untuk menyerahkan berkas-berkas untuk melamar menjadi dosen. Ditemani tane Marta aku menuju kampus dan setelah semua beres aku menemui bu Ratna yang merupakan dosen mata kuliah sebelumnya atau dosen yang akan aku gantikan.
“Assalamualaikum.” Aku mengetuk pintu ruangan bu Ratna.
“Waalaikummsalam, bu Kanaya ya?” Tanya bu Ratna.
“Iya bu.” Jawabku sopan.
“Silahkan duduk dulu.” Bu Ratna menyuruhku duduk di sofa yang ada di ruangganya.
“Perkenalkan saya Ratna, dan ini berkas-berkas berkaitan dengan mahasiswa yang saya ajar.” Bu Ratna memperkenalkan namanya kemudian memberikan setumpuk berkas berkaitan dengan mahasiswa yang diajarnya.
“Baik bu.” Aku membaca beberapa berkas tersebut.
Terjadi keheningan untuk sesaat ketika aku membaca sekilas berkas-berkas itu satu persatu. Hingga bu Ratna yang memecahkan keheningan itu dengan mengajukan pertanyaan kepada ku.
“Maaf bu, kalo boleh tanya bu Kanaya umurnya berapa ya? kok keliatanya masih muda banget.” Tanyanya.
“ Masak sih bu padahal usia saya sudah seperempat abad lho.” Jawabku sembari tersenyum.
“Yang bener bu, kirain baru 19 tahun berarti udah berkeluarga dong?” Tanyanya lagi.
“Doanya saja, bu.” Dalam hati aku mengamini perkataan bu Ratna itu, ya usiaku memang sudah melewati angka 25. Namun entahlah jodohku masih nyangkut dimana.
Saat aku dan bu Ratna sedang asyik ngobrol tiba-tiba ada dua dosen masuk ke ruangan bu Ratna dan langsung menghampiriku duduk di sofa.
“Hai, kamu dosen baru yang akan menggantikan bu Ratna ya?” Tanya seorang laki-laki berkacamata tebal yang baru saja masuk.
“Iya.” Jawabku singkat.
“Perkenalkan nama ku Hendra Wijaya, dosen manajemen SDM, ruangan ku di samping ruangan ini. So, kalau perlu bantuan jangan sungkan buat minta tolong okey!”. Ujarnya.
“Kalau aku Nadin Pratiwi panggil aja Nadin.” Giliran seorang peremuan yang bernama Nadin memperkenalkan namanya.
“Perkenalkan nama saya Kanaya Naratama, panggil aja Kanaya.” Aku memperkenalkan diriku pada Hendra dan Nadin.
“Uhhukkk” Tiba-tiba bu Ratna tersedak minumanya.
“What..! Kanaya Naratama adiknya Helga Naratama?.” Tanya bu Ratna yang kemudian ikut duduk di sofa.
“Bu Ratna kenal sama kakak saya?” Tanyaku saat bu Ratna sudah duduk di sofa.
“Ya kenal, dia sahabat suami ku, tapi kok aku nggak tau ya kalau Helga punya adik perempuan setau aku malah adeknya dia itu Dinnar sama Varo.” Terangnya, Dinnar dan Alvaro itu anak-anaknya om Sam dan tante Marta.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan bu Ratna karena selama ini kak Helga dan anak-anak om Sam memang sangat dekat dan setatusku sebagai putri keluarga Naratama memang harus dirahasiakan.
Setelah selesai berbincang- bincang aku segera pamit sama bu Ratna karena tante Marta sudah menunggu di parkiran.
“Saya pamit dulu ya bu, soalnya saya sudah ditunggu.” Pamitku pada bu Ratna.
“Iya, jangan lupa hari senin kamu sudah mulai ngajar masih ada waktu satu minggu buat mempersiapkan materi.” Pesanya sebelum aku berjalan menuju pintu.
“Siap bu dosen cantik.” Balasku sembari memberi hormat ala-ala militer gitu.
“Good luck dosen imutt.” Bu Ratna mencubit kedua bibiku dengan gemas.
“Awww, ibu sakit.” Keluhku dan hanya di balas tawa bu Ratna.
Aku, Nadin dan Hendra keluar dari ruangan bu Ratna, Nadin mengantarkan ku sampai ke parkiran sedangkan Hendra kembali ke ruanganya untuk bersiap-siap mengajar. Saat aku dan Nadin berjalan melewati lorong kampus, tiba-tiba terlihat sebuah mobil sport melintasi halaman kampus dan menjadi pusat perhatian penghuni kampus khususnya kaum hawa. Karena penasara aku bertanya pada Nadin yang juga sedang asyik memperhatikan mobil yang sedang parkir itu.
“Ada apa sih?” Tanya ku pada Nadin.
“Apa?” Tidak faham dengan pertanyaan ku Nadin malah balik bertanya.
“Itu.” Aku menunjuk segerombolan mahasiswi-wahasiswi yang tengah asyik memperhatikan mobi sport yang pengemudinya masih di dalamnya.
“Ohh biasa pangeran kampus.”
“Pangeran kampus?” Tanyaku tidak mengerti maksud ucapan Nadin.
“Besok kamu juga tau, karena kamu bakal ngajar kelas mereka.” Ujarnya santai.
“Ohhhh.” Karena tidak begitu tertarik aku hanya ber oh saja.
Aku segera melanjutkan langkahku menuju parkiran depan dan tentunya masih diantar Nadin yang masih senantiasa ngedumel gak jelas karena gak bisa lihat pangeran kampus. Saat sampai di parkiran aku melihat tante Marta sudah di parkiran, akupun segera menghampirinya.
“Tante maaf ya, tante udah nunggu lama ya?”
“Tante juga baru aja keluar kok, gimana udah beres?”
“Udah dong, besok senin udah mulai ngajar.” Jawabku girang.
“Oh ya tan kenalin ini Nadin, dia dosen di sini juga.” Aku memperkenalka Nadin kepada tante Marta.
Tante Marta dan Nadin saling berkenalan dan mengobrol singkat. Setelah dari kamus tante Marta ingin langsung mengantarkanku pulang ke rumah tapi aku menolak karena jam baru menunjukan pukul 11:15, itu artinya kalo aku pulang nggak ada temen di rumah kecuali mbok Ina. Selain menjadi ART, mbak Ida dan mbak Nina juga bekerja di restorannya bunda jadi kalo jam kerja mereka bekerja di restoran.
Karena belum pengen pulang akhirnya aku minta tante Marta mengantarkan ku ke kantor kak Helga. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga, Tante Marta tidak bisa mengantarkan ku sampai ke dalam karena dia ada keperluan. Setelah kepergian tante Marta aku segera masuk ke dalam perusahaan, karena tidak tau dimana ruangan kak Helga maka aku segera bertanya pada resepsionis yang sedang berjaga.
“Mbak mau tanya,kalo ruagnganya pak Helga di mana ya?” Tanyaku pada dua resepsionis itu.
“Maaf, apa mbak sudah buat janji sama pak Helga?” Tanya resepsionis yang bernama Ayu.
“Belum sih mbak.” Jawabku.
“Maaf mbak kalau belum buat janji pak Helga tidak bisa ditemui.” Ujarnya.
“Mbak bisa tolong telfon ke ruanganya nggak.” Pintaku pada resepsionis itu.
“Eh emang situ siapa nyuruh-nyuruh kita buat telfon ke ruangannya pak Helga?” dengan sinisnya resepsionis bernama Lia itu bertanya padaku.
“Saya adiknya pak Helga.” Jawabku singkat.
“Nggak usah nggaku-ngaku deh mbak, pak Helga itu gak punya adik cewek.” Ujarnya sinis.
Karena malas berdebat, aku hanya mendengarkan celotehan-celotehan dari resepsionis itu. Saat mereka sedang berceloteh ria, tiba-tiba datang seseorang.
“Ada apa ini ribut-ribut.” Seorang lelaki berpakaian kantor rapi bertanya.
“Siang pak.” Kedua resepsionis itu menyapa dengan ramah
“Ayah, kok ayah sudah ke kantor sih, kan ayah baru pulang kemarin seharusya ayah istirahat di rumah, lagian ayah ngapain sih ke kantor kan udah ada kak Helga kan..” Aku ngomel ke ayah karena seharusnya ayah tidak pergi ke kantor.
“Naya, ayah gak papa, ayah cuma mau ambil berkas aja kok. Kamu kok ada disini, bukanya tadi ke kampus ya?”
“ Udah beres kok yah, terus ini mau ketemu kak Helga, tapi katanya kak Helga gak bisa ditemui sembarang orang” Jelasku sambil melirik resepsionis menyebalkan itu.
“Lain kali kalo nona cantik ini datang kesini, biarkan sesukahati masuk dan ketemu siapa pun.” Ayah berbicara ke pada resepsionis itu lalu ayah merangkulku meninggalkan menja resepsionis..
Aku dan ayah segera menuju ke lantai 10 dimana ruangan ayah dan kak Helga berada. Aku segera menuju ruangan kak Helga, sedangkan ayah masuk ke ruanganya.
Bersambung……..
"Allah selalu mempunyai sekenario terindah untuk hamba-Nya. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas dalam menanti, bersyukur atas semua kebaikan dan ujian yang Allah berikan pada kita."---------- Tidak terasa sudah satu minggu aku tinggal di Indonesia bersama keluarga ku, banyak sekali momen-momen yang ku dapatkan dan tentunya belum pernah aku rasakan sebelumnya, seperti saat ini. Kalo dulu, malam minggu aku habiskan buat nonton drakor di apartemen, kali ini malam minggu aku gunakan buat quality time bareng keluarga. Malam ini aku, bunda dan kak Helga ngobrol asyik di ruang keluarga, mulai dari kerjaan sampai kenapa kak Helga masih ngebetah ngejomblo. Saat aku dan kak Helga sedang seru-serunya ngobrol tiba-tiba ayah keluar dari kamar dengan raut wajah yang kelihatan serius. Sejak pertemuanya dengan om Sam tadi siang ayah jadi kelihatan sedikit berubah, entah apa yang s
"Wanita yang layak kamu pilih: Lihatlah bagaimana dia menjaga malunya, bagaimana ia menutup auratnya tatkala lengannya tersingkap ia akan merasa khawatir ada yang melihatnya. Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia."----------Alfizam Dinnar AgustafMalam minggu kali ini aku nggak bisa out bereng teman-teman ku, kalau biasanya malam minggu aku menghabiskan waktu buat ngumpul di rumah sahabat-sahabatku atau traveling bareng bang Helga. alam minggu kali ini aku dan Alvaro harus stay at home buat dengenrin curhatan mama. Udah satu minggu mama tinggal di Indonesia dan selama satu minggu pula akuk dan Varo nggak bisa pulang ataupun keluar malem. Selama satu minggu ini aku juga nggak bisa nongkrong bareng bang Helga, biasanya sepulang dari kantor aku sama bang Helga sering main ke bengkelnya Rendy tapi semenjak adiknya bang Helga pulang, dia jadi sering nemenin adiknya. Aku belum pernah bertemu sama adik
"Hidup, mati, rezeki dan jodoh merupakan rahasia Ilahi yang tidak pernah bisa kita tebak begitu saja. Ada kalanya orang-orang yang sebelumnya tidak saling mengenal, tidak saling menyapa, tidak saling tahu satu sama lain namun akhirnya bersatu sebagai sepasang kekasih halal. Kita tidak pernah tahu bagaimana misterinya sebuah jodoh itu."---------- Hari ini adalah hari minggu, setelah lari pagi bersama kakanya Kanaya ikut belanja bunda dan mbok Ina dengan diantar Helga. Setelah sampai supermarket Kanaya dan Helga memilih menunggu di café yang berada di sebrang supermarket itu. Selama di dalam café Kanaya kelihatan cemberut dan hal itu tidak luput dari perhatian Helga sang kakak.“Was going on?” Helga mengangkat dagu Kanaya dan melihat wajah cemberut adiknya itu.“Nothing.” Kanaya menepis tangan kakanya itu.“Adek ini kenapa?” Kanay
"Jika ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu."----------“Ayah, bunda, Om, tante, sebelumnya Kanaya minta maaf, bukannya Kanaya menolak perjodohan ini. Tapi beri Naya waktu, Naya butuh waktu buat memutuskan ini semua. Naya ingin menikah sekali seumur hidup, jadi Naya mohon beri Naya waktu, ya.” Pinta Kanaya memohon ke pada Ayah dan Sam. Dinnar yang sedari tadi tegang menunggu jawaban Kanaya seketika tersenyum lega karena mendengar jawaban Kanaya.Seenggaknya Kanaya tidak menolak perjodohan itu lebih tepatnya belum memutuskan buat menerima atau menolak perjodohan itu. Ya Dinnar pun sadar diri , dirinya hanya seorang mahasiswa dan usianya juga masih labil. Dinnar pun yakin, Kanaya tidak akan setuju dengan perjodohan ini.“Baiklah ayah akan memberi waktu satu minggu buat kalian berfikir.” Ujar Diga, ia memahami
"Percayalah, jika dia ditakdirkan untukmmu, sejauh apapun dia melangkah, sesulit apapun ia kamu raih. Allah akan memudahkan jalanmu untuk memilikinya."----------Kanaya Naratama Setelah berpamitan dengan kak Helga, aku segera menuju ruanganku dan sekali lagi memeriksa jadwal mengajarku. Hari ini aku mengajar tiga kelas, kelas pertama dimulai jam 8 dan itu artinya kelas dimulai 5 menit lagi. Di hari pertama mengajarku ini, aku mengisi kelas dengan perkenalan dan melanjutkan presentasi hasil penelitian yang sebelumnya diberikan bu Ratna. Setelah selesai mengajar dua kelas, aku kembali ke ruanganku untuk mempersiapkan materi mengajar kelas selanjutnya. Tepat pukul 12 siang Nadin menghampiriku buat makan dan shalat dzuhur. Aku dan Nadin pun segera ke kantin kampus untuk makan siang.“Abis ini ada jam ngajar ya?” Tanya Nadin pada ku.u
"50.000 tahun sebelum kita diciptakan, Allah sudah menentukan siapa jodoh kita. Sedekat apapun kalau Allah mengatakan kita tidak berjodoh, kita tidak akan mungkin bersama. Sejauh apapun kita klau Allah katakan kita berjodoh, kita pasti akan berjumpa dengan cara terindah yang sudah Allah rencanakan."-----------Kanaya Naratama Setelah memperkenalkan diri ke pada mahasiswak/i ku, aku mulai mengabsen satu per satu mahasiswa yang berjumlah 30 orang. Hingga tiba aku memanggil nama yang tidak asing bagiku.“Alfizam Din…..” Aku menggantungkan ucapanku mengingat-ingat sesuatu.“Alfizam Dinnar Agustaf, kok namanya mirip ya sama anaknya om Sam, jangan-jangan……” batinku dalam hati.“Alfizam Dinnar Agustaf.” Panggilku lirih namun masih didengar oleh si empunya nama, buktinya dia tunjuk atap dan tersenyum manis.
"Jika kamu adalah perjalanan paling jauh untukku, semoga ujungnya berakhir indah, ya."----------Kanaya NaratamaEh? Pencuri?Tapi dia seperti nggak asing deh, aku pandangi orang yang berjalan mendahului ku itu, walaupun cuma bagian belakang yang bisa ku lihat, aku sudah tau siapa dia."Alfizam." Gumam ku lirih."Al, ada perlu ya?" Tanyaku, aku pun menghentikan langkahku. Al hanya diam dan terus melangkahkan kakinya. Aku berlari kecil menyusul langkahnya yang panjang-panjang. Aku hampir lupa kalau Al kan gak ngomong sama sembarang orang, dan tante Marta juga pernah bilang kalo dia itu dingin kayak es batu."Hei Al terimakasih tapi aku bisa sendiri kok." Aku berusaha menarik tas laptopku kembali, tapi Al sama sekali gak bergeming, aku sudah menarik kuat-kuat tasku tapi percuma saja."Al, sebenarnya kamu mau apa sih?" Tanyaku kesal. Tuh kan n
"Salah satu kelebihan mu terletak pada kebaikan hatimu & senyum tulus mu."***** Kanaya menatap kesal orang-orang di sekitarnya yang tengah fokus memperhatikan seseorang dengan tatapan lapar plus nakal. Ya, siapa lagi kalo bukan orang yang sedang bersamanya yang menjadi pusat perhatian kaum hawa yang tengah berkunjung ke pusat perbelanjaan itu."Dia artis bukan sih? Tampan banget.""Cowok gue tuh.""Itu pemilik pusat perbelanjaan ini." Ujar seorang karyawati yang sedang melayani pembeli."Ganteng banget, tubuhnya sexi banget, pengen ku jadiin simpanan." Para ibu-ibu pun tak kalah terpesona dengan Dinnar, sampai tidak ingat suami di rumah."Kalu yang begitu, gue mau jadi sugar baby nya." Ujar seorang cewek berpakaian puti abu-abu, yang membuat hati dan telinga Kanaya panas. Saat Kanaya larut dalam kekesalannya, tiba-tiba seseorang membisikan