Share

Part 7

"Hidup, mati, rezeki dan jodoh merupakan rahasia Ilahi yang tidak pernah bisa kita tebak begitu saja. Ada kalanya orang-orang yang sebelumnya tidak saling mengenal, tidak saling menyapa, tidak saling tahu satu sama lain namun akhirnya bersatu sebagai sepasang kekasih halal. Kita tidak pernah tahu bagaimana misterinya sebuah jodoh itu."

----------

          Hari ini adalah hari minggu, setelah lari pagi bersama kakanya Kanaya ikut belanja bunda dan mbok Ina dengan diantar Helga. Setelah sampai supermarket Kanaya dan Helga memilih menunggu di café yang berada di sebrang supermarket itu. Selama di dalam café Kanaya kelihatan cemberut dan hal itu tidak luput dari perhatian Helga sang kakak.

Was going on?” Helga mengangkat dagu Kanaya dan melihat wajah cemberut adiknya itu.

Nothing.” Kanaya menepis tangan kakanya itu.

“Adek ini kenapa?” Kanaya memonyongkan bibirnya, sebal. Memang kakaknya tidak peka dengan sekitar.

“Malas lah kak di sini.” Jawab Kanaya kesal.

Whay, makanannya nggak enak ya? Atau tempatnya nggak asyik?” Tanya Helga penasaran.

“Bukan, tapi aku nggak suka lah perempuan-perempuan itu pandang-pandan kakak macam singa mau menerkam mangsanya.” Kanaya memandang perempuan-perempuan di café itu yang menatap kakaknya bak singa kelaparan.

“Ohh cemburu nih critanya?” Goda Helga kepada adiknya.

“Cihhh… gak banget deh.” Kanaya memutar bola matanya malas melihat kakanya yang ternyata narsis abis.

          Setelah menunggu lama, Kanaya dan kakaknya segera kembali ke supermarket menghampiri bundanya yang sudah selesai berbelanja. Setelah dari supermarket mereka segera pulang ke rumah. Setelah sampai rumah Kanaya memilih berdiam diri di kamarnya, Kanaya gundah gulana memiikirkan perjodohan yang direncanakan ayahnya dan om Sam. Saking gundahnya Kanaya tidak menyadari kedatangan Helga yang entah berapa kali memanggil-manggil namanya.

“Nay…nay… KANAYA” Helga berkali-kali memanggil Kanaya sampai harus berteriak supaya Kanaya mendengar panggilanya.

“I-Iya kak.” Karena kaget Kanaya jadi tergagap menjawab panggilan kakaknya yang ternyata sudah di sampingnya.

“Ya Allah, kamu tau nggak, kakak udah panggil kamu berkali-kali tapi kamu nggak dengar, lagi mikirin apa sih?” Tanya Helga heran , karena tidak biasanya adiknya ini melamun.

“Kak…” Kanaya ragu ingin bertanya mengenai Dinnar anaknya om Sam, yang setau Kanaya dia sangat dekat dengan kakaknya.

“Hemmm.” Jawab Helga bergumam.

“Anaknya om Sam itu seperti apa sih kak?” Tanya Kanaya ragu.

“Ohh jadi kamu ngelamunin Dinnar barusan?” Helga tesenyum mengejek.

“Nggak lah kak.” Sanggah Kanaya.

“Terus, kenapa kamu tiba-tiba tanya tentang Dinnar?”

“Aku penasaran aja dia itu sosok yang seperti apa sehingga ayah kekeh pengen jodohin Naya dengan dia, kakak tau sendiri kan selama ini ayah fine-fine aja aku menolak lamaran dari anak teman-teman ayah.” Kanaya menjelaskan maksud pertanyanya tentang Dinnar.

“Naya pengen tau?” Tanya Helga dan dibalas anggukan oleh Kanaya.

“Nay tau kakak kan? Coba Nay cerita apapun tentang kakak?”

“Maksudnya?” Tanya Kanaya bingung dengan pertanyaan kakaknya.

“Maksud kakak, gimana Nay menilai kakak?” Jelas Helga.

Kanaya nampak berfikir sejenak….

Humble, baik, sayang keluarga, handsome pula dan yang pasti selalu melindungi Naya kapan dan dimanapun.” Kanaya mengemukakan penilaianya tentang kakanya yang memang selalu ada buat dia dan keluarga.

“Nah itu kamu tau.” Ujar Helga.

“Maksudnya?” Kanaya mengerutkan dahi bingung.

“Dinnar itu 11 Vs 12 sama kakak, sayangnya…….” Helga menjeda perkataanya dan membuat Kanaya penasara.

“Sayangnya?” Tanya Kanaya super duper penasaran karena Helga menjeda perkataanya cukup lama.

“Sayangnya dia lebih tampan dari pada kakak.” Helga mengedipkan sebelah matanya menggoda Kanaya.

“Ihhhh kakak.” Ucap kanaya sewot.

----------

          Tidak terasa siang telah berganti malam, di kediaman keluarga Agustaf terlihat mereka sedang bersiap-siap menuju ke kediaman  keluarga Naratama. Setelah menempuh perjalanan 45 menit akhirnya mereka sampai dan langsung disambut ramah oleh bunda Kayla. Bunda Kayla membawa mereka ke ruang keluarga dan di sana sudah ditunggu ayah Diga dan Helga.

“Ayo duduk dulu.” Bunda Kayla menyuruh mereka duduk.

“Gimana bang udah sehat?” Tanya Marta pada Diga.

“Alhamdulillah, udah mendingan.” Jawab ayah Diga.

“Ida, tolong panggil Kanaya ya, bilang om Sam sudah dating.” Bunda Kayla menyuruh Ida memangil Kanaya yang masih berada di kamarnya.

“Iya bunda.” Jawab Ida dan langsung menuju kamar Kanaya.

Setelah beberapa menit kemudian Ida kembali dari kamar Kanaya “Maaf bun mbak Kanaya-nya lagi shalat isya.” Ida memberi tahu bahwa Kanaya sedang shalat Isya.

“Ya sudah, Ta bantuin yuk ke dapur.” Bunda Kayla mengajak tante Marta ke dapur menyiapkan makan malam.

----------

Kanaya Naratama

          Aku ingin melaksanakkan shalat isya ketika mbak Ida ke kamarku dan hendak member tahuka bahwa om Sam dan keluarga sudah datang. Kemudian aku menyuruh mbak Ida bilang ke bunda kalo aku sedang shalat Isya.  Setelah shalat isya aku  bergegas bersiap untuk ke bawah menemuui om Sam dan keluarga.

          Dengan perasaan gugup aku berjalan menuruni tangga, ku lihat om Sam duduk di samping seorang pemuda yang sedang sibuk dengan gawaynya. “Mungkin itu anaknya om Sam” batin ku dalam hati. Setelah sampai di ruang keluarga aku segera menghampiri om tampanku itu yang masih asyik mengobrol dengan ayah.

Assalamualaikum om tampan.” Aku mengucapkan salam dan  langsung berjalan menghampiri om Sam, tidak ku hiraukan tatapan ayah, kak Helga dan tentu saja pemuda itu yang ku lihat sedikit terkejut melihatku.

Waalaikumsalam my little princes.” Om Sam menjawab salamku dan langsung menarikku ke dalam pelukanya.

“Ommm, I’m no little princes you know!” Aku sebel sama om Sam setiap kali dia menganggapku little  princes

You always be my little princess .” Om Sam mengeratkan pelukanya.

“Ehemm… om doang nih yang dipeluk?” Tante Marta berdehem dan aku pun segera melepaskan pelukanya.

“Eh tante.” Ujarku sembari menghampiri tante Marta yang baru datang membawa minuman.

Setelah tante meletakan miuman, aku segera memeluk tante Marta dan cipika cipiki tentunya.

“Nay kenalin ini anak-anak tante.” Tante Marta menunjuk anak laki-laki yang duduk di sebelah om Sam, terlihat dia  tersenyum ke arahku.

“Hai kenalin aku Alvaro.” Dia berdiri memperkenalkan diri, ketika ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tiba-tiba om Sam menepis tanganya pelan.

“Kanaya tidak salaman dengan sembarang orang.” Ujar om Sam tertawa pelan.

“Papa” Geram anak om Sam yang ku ketahui bernama Alvaro itu.

“Lho Dinnar mana?” Tanya tante Marta sambil memandang sekeliling mencari sesorang.

“Lagi ke kamar mandi tan, biasa gugup mau ketemu calon istri.” Celetuk kak Helga yang langsung aku balas dengan pelototan mata.

“Nay, kenalin ini Dinnar, anak pertama tante.” Tante Marta mengenalkan sesorang yang baru saja masuk ke ruang keluarga dan terlihat dia tidak asing buat ku.

Degg!

          Jatungku seperti berhenti berdetak saat melihat sosok laki-laki tampan berwajah kebule-bulean itu. Sekilas kita saling bertatapan dan terlihat dari raut wajahnya dia juga terkejut sama seperti ku. Seulas senyum terbit di bibirnya, yang langsung membuat hatiku semakin gundah gulana.

“Kamu.” Aku bergumam lirih sangat lirih, hinga tidak ada satu pun yang mendengar akan tetapi aku yakin dia tau maksud gumamanku itu karena ku lihat di tersenyum.

“Hai, Alfizam Dinnar Agustaf.” Dia memperkenalkan dirinya, dan aku balas dengan senyuman, karena malu aku menunduk dan segera duduk di sebelah ayah.

           Beberapa saat kemudian, setelah semua berkumpul, ayah memulai pembicaraan.

“ Kanaya seperti apa yang sudah kamu ketahui, ayah dan om Sam ingin menjodohkan kamu sama Dinnar. Ayah cuma ingin memilihkan yang terbaik, tapi ayah juga tidak akan memaksakan kamu buat menerima perjodohan ini.” Ayah berucap lembut sembari menggenggam taganku.

“Iya kita tidak akan memaksa kalian, keputusan berada di tangan kalian.” Ujar om Sam ragu-ragu.

          Seketika suasana menjadi hening, aku bingung ingin menjawab apa. Ku lihat satu persatu orang yang ada di ruangan ini, mereka terlihat harap-harap mendengar jawabanku. Aku menghelai nafas bersiap member jawaban.

Bersambung…….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status