Share

For Love Or Money
For Love Or Money
Penulis: Veraazuera

White Gown

Seorang wanita di dalam kamar hotel yang terbilang mewah. Terlihat dari dalam gedung menjulang tinggi itu tengah mematri dirinya saat berada di depan kaca yang cukup besar. Kaca tersebut mampu memperlihatkan seluruh tubuhnya yang di baluti gaun putih nan cantik.

Riasan make up yang di poles pada wajahnya, terkesan natural. Menambah ke anggunan pada wanita itu. Bak ratu yang akan bersanding dengan sang pangeran.

Venna mencoba memutar tubuhnya di depan cermin di selingi senyuman yang begitu mengembang diraut wajah. Bagaimana tidak, setiap orang pasti bahagia pada hari pernikahannya. Apalagi lelaki itu orang yang di cintai dan mencintainya.

Ceklek...

Terdengar suara pintu di buka oleh gadis sebaya Venna. Yang tidak lain ialah Gina-Sahabat dekatnya. Tempat ia berbagi keluh kesah. 

Dari sorotan mata Gina dapat dibaca. Jika dia sebagai sahabat ikut larut dalam kebahagiaan Venna. Gina berdecak kagum atas apa yang di lihat oleh matanya.

Ia mengayunkan langkah mendekati Venna. Sambil melebarkan tangan untuk mendekap Venna kedalam pelukan hangatnya.

"Kau cantik sekali, Venna! Benar-benar cantik." Gina mengendurkan pelukan mereka. Seiring kepala yang menggeleng pelan.

"Ah...bisa saja kau ini," timpal Venna. Ia pun terkekeh.

"Apa kau tidak lihat?" Gina memutar tubuh Venna dan berhenti saat tatapan Venna tepat di depan kaca besar di hadapannya."Lihatlah bagaimana gaun ini membaluti tubuhmu. Begitu pas dan cantik. Warna putihnya sebagai lambang dari cinta suci kalian."

"Aku turut bahagia." Tambah Gina.

"Terima kasih..kau selalu mendukung apa yang aku pilih, Gina." Ujar Venna.

"Aku akan selalu mendukungmu. Jika itu membuat kau bahagia." Gina menghelus lembut punggung Venna."Ah... aku sampai lupa. Apa kau sudah siap? semua orang telah menanti mu diluar sana."

"Hemm..Sudah!" Venna mengangguk.

"Mari, kita keluar." Ajak Gina.

Merekapun keluar dari kamar pengantin. Melangkah menuju tempat ijab kabul. Semua orang yang dilewati Venna dan Gina, mereka terpana akan kecantikan pengantin yang berjalan. Gaun yang panjang bagian belakangnya menyentuh karpet merah yang dilewati Venna. Senyum diraut wajah Venna tidak sama sekali memudar. Seolah menyapa semua tamu undangan yang berdecak kagum atas kecantikannya.

Di tambah seorang pengantin lelaki di depan sana tidak hentinya menatap Venna. Cinta yang bersambut indah dan langit yang begitu cerah sungguh membuat pernikahan mereka begitu bahagia. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Saat kaki Venna hendak menapaki satu anak tangga menuju kursi yang khusus untuk dia duduki bersama pengantin pria dan kursi lainnya untuk wali, lalu kursi untuk dua orang saksi di sana sudah tersusun rapi.

Dan tangan pengantin pria hendak menyambut tangan Venna. Tiba-tiba-- 

Keriiinggg...keringg...

Bunyi dering ponsel begitu jelas terdengar. Menghentak gendang telinga Venna begitu jelas. Wajah yang di benamkan ke bantal empuk, seedikit bergeser. Saat tangannya mencoba meraih benda pipih miliknya dia atas nakas.

Mata yang tampak terpejam, seketika menyeringit saat sinar matahari menyentuh kedua matanya. Terasa perih. Tentu saja, tidur terlalu larut malam membuat dia masih di hinggapi rasa kantuk.

Entah siapa yang berani mengganggu dia dari mimpi indah dalam lelapnya, yang pasti membuat dia begitu kesal di pagi hari ini.

Dengan malas, Venna menempelkan ponsel itu di daun telinganya. Masih dengan mata yang tertutup rapat. Sama sekali gadis itu tidak penasaran dengan sipemanggil tersebut.

"Hallo.." suara serak Venna bangun tidur begitu jelas oleh lawan bicaranya.

"Cepatan ke cafe. Lagi banyak pengunjung. Jam segini masih saja tidur!"

"Mengganggu mimipi indah ku saja...Ah!!" sunggut Venna.

Venna yang mendengar suara ocehan dari lawan bicaranya hanya berdecit. Tanpa menanggapi ocehan itu, ia mematikan sambungan panggilan tersebut. Meletakan kembali gawai pipih di atas nakas kembali. 

Tidak lagi ingin berada diatas tempat tidur, ia menjauhkan selimut dari tubuhnya. Belum tentu mimpi indah itu terulang lagi. Dari pada membuang waktu ia langsung menuju kamar mandi.

Ada hal yang harus ia lakukan. Menuruti perintah sahabat yang memintanya segera berada di sana.

Venna wanita berusia 23 tahun memiliki rambut pirang lurus, bermanik mata cokelat, kulit putih bersih itu memiliki sebuah cafe. Cukup terdengar di kalangan penikmatnya, itu bagian yang ia punya. Tanpa mengganggu kehidupan baru sang papa tercinta. Yang telah menikah setelah meninggalnya mama. 

Venna memilih hidup mandiri. Papanya yang menikah tanpa meminta restu, membuat Venna meradang amarah. Terlebih papa yang lebih mempercayai ibu sambungnya itu. Sifat munafik sang ibu sambung membuat dia setengah mati membenci wanita tersebut.

Papanya-Venna tetap menyayangi dia. Bahkan meminta dia untuk tinggal bersamanya. Mama sambung yang tidak memiliki hati baik, membuat Venna enggan di antara mereka.

Venna lebih memilih tinggal di Appartemen yang ia tempati saat ini, itu salah satu peninggalan dari mamanya. Tempat ia berteduh dari guyuran hujan, panasnya terik matahari, dan berpulang dari lelahnya berkerja.

Tempat ternyaman baginya. Tidak ada yang akan mengusik dia. Tidak akan ada tatapan sinis dari mama tiri. Atau dia yang akan di marahi oleh papanya. Karena ulah mama tiri yang suka ambil muka. Baik di depan, busuk di belakang. Mendingan seperti buah pisang! busuk dari luar, tetapi isinya bagus dan masih enak di makan.

Setelah berada setengah jam di dalam sana. Ia bergegas mendekati meja rias. Sedikit memoleskan make up tipis di wajah cantiknya itu.

Saat bola matanya memandangi dirinya sendiri dari pantulan cermin, Venna menghentikan gerakannya seketika. Mimpi yang begitu indah masih terngiang jelas di dalam pikirannya. Seulet gaun yang ia kenakan begitu indah.

"Hemmmm...andaikan itu kenyataan, pasti aku orang yang paling bahagia di sunia ini. Tapi..entah kapan!" desah Venna.

Mengingat kekasihnya masih berjuang keras menggeluti pekerjaannya sebagai karyawan dari salah satu perusahan. Membuat dia harus bisa bersbar. 

Sebenarnya, Venna tidak mempermasalahkan posisinya di kantor tersebut. Dia merasa posisi sebagai sekretaris itu cukup baik dari pada Cleaning Servis. 

Lagian dia tidak menuntut harta yang lebih. Dan juga tidak meminta yang mempersulit kekasihnya itu. Tidak harus pernikahan yang mewah, Mas kawin berupa berlian. 

Sesanggupnya saja bagi Venna. Tetapi kekasihnya-lah ingin membuat pesta mewah. Berdalih ingin membuat Venna bahagia. Sebab pernikahan itu sekali seumur hidup.

Membuat gadis itu lebih sabar menunggu lama lagi. Cinta yang ia rasakan membuat dia menginginkan hidup berdampingan dengan lelaki yang dicintai dan mencintainya. Lelaki yang telah meluluhkan hatinya. Perhatiannya selama ini, cukup membuat Venna merasa nyamana.

Drrrtttt...drrrtttt...

Satu panggilan masuk kembali di ponselnya. Ponsel itu tidak lagi mengeluarkan nada bunyi yang nyaring. Sebab sang pemilik ponsel telah  mengantinya dengan nada getaran.

Tersenyum manis di bibirnya. Saat Venna melihat nama yang tertera dilayar ponsel tersebut. "Love" nama alay itu terbaca oleh Venna. Nama yang ia tulis sebagai sebutan dari nomor kekasihnya itu.

"Ekhemm...." Venna memberi deheman.  Sambungan itu telah tersambung dengan baik. Namun orang diseberang sana masih asyik dengan pembicaraannya. 

Semakin Venna mendengarkan pembicaraan mereka, semakin ia kesal. Entah di sengaja atau tidak menghubunginya. Membuat Venna langsung mematikan panggilan tersebut.

"Sangat menyebalkan!!" Gerutu Venna.

Venna beranjak dari meja riasnya saat ia rasa telah selesi berdandan cantik. Tujuan utamanya saat ini yaitu cafe. Gina-sahabatnya meminta dia segera berada disana. 

Mungkin dia sedikit kerepotan dalam melayani pelanggan. Bunyi High Heels yang berbenturan di lantai terdengar saat ia melangkahkan kakinya keluar Apartemen menuju parkiran.

Bersambung..

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Novia aryani
Dikirain beneran
goodnovel comment avatar
Rendi Herman Pelangi
ternyata mimpi toh,,,owalah..
goodnovel comment avatar
Az Zidan
Lah? mimpi? kukira beneran 🤦🏼‍♀️☹️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status