"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa seluruh tubuh Aranjo.
"Iya!" jawab Aranjo. Lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang.
"Kapan dan bagaimana kamu kembali?" tanya Ara.
"Entahlah! Ah... mungkin berkat bantuan teman-teman baru saya!" lanjut Aranjo bersemangat.
"Teman?" tanya Ara, tidak yakin akan apa yang didengarnya.
"Burung kecil dan siluman dengan rambut berwarna abu-abu!" jelas Ara dengan antusias.
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Aranjo, Ara yakin anak itu bermimpi. Tidak ada mahluk hidup di hutan kabut dan tidak ada satupun mahluk di alam langit dengan rambut berwarna abu-abu selain Kaisar.
Ara tidak perduli bagaimana Aranjo bisa kembali ke Paviliun, yang penting saat ini Aranjo baik-baik saja. Ara yakin sepertinya Aranjo dilindungi oleh penjaga hutan kabut tersebut, tentu karena Aranjo anak yang baik.
"Jangan keluar dari Paviliun selama beberapa hari kedepan!" pesan Ara.
Dirinya yakin Dewi Angin tidak berharap Aranjo kembali begitu cepat dan tanpa luka apapun. Dewa Malam tidak ada dikediaman tentu itu menjadi alasan bagi Dewi Angin berani mengirim Aranjo ke hutan kabut, tetapi Ara juga tidak yakin apakah Dewa Malam akan menghentikan tindakan istrinya.
Hari-hari terasa sangat lambat bagi Aranjo yang tidak diijinkan keluar dari Paviliun ini. Ara telah memasang batas di pintu Paviliun.
Aranjo yang merasa bosan duduk melamun di lantai Paviliun. Sayup-sayup Aranjo mendengar iringan musik yang meriah. Aranjo melompat berdiri dan berlari ke jendela memasang telinga. Sepertinya ada acara pernikahan dan Aranjo sangat ingin melihat keramaian itu.
Aranjo membuka jendela, Ara hanya menyegel pintu tidak jendela. Aranjo melompat keluar dari jendela Paviliun lalu berlari dan memanjat pohon di samping tembok tinggi yang mengelilingi kediaman Dewa Malam.
Aranjo melihat ke luar tembok dan seperti perkiraaannya ada rombongan iring-iringan yang membawa tandu pengantin. Aranjo memanjat tembok dan melompat keluar dari kediaman Dewa Malam. Aranjo sangat handal memanjat pohon dan melompat, kesehariannya selalu bermain memanjat pohon sendirian.
Aranjo mengikuti iring-iringan itu diam-diam dan iring-iringan itu berhenti di depan kediaman yang sangat megah, lebih megah dari kediaman utama Dewa Malam.
Aranjo kembali memanjat pohon yang tumbuh di depan tembok kediaman mewah itu dan mengintip ke dalam.
Tandu mewah di letakkan di depan pintu utama dan ada yang masuk ke dalam kediaman itu. Tidak lama, pelayan yang masuk tadi keluar dengan wajah yang sangat gelap lalu membuka tirai tandu dan mengatakan sesuatu.
Lalu tandu diangkat balik menuju gerbang keluar dan iring-iringan ikut keluar dari kediaman itu tanpa memainkan musik lagi. Apakah tidak jadi ada pesta pernikahan? Aranjo merasa sangat kecewa.
Di dalam kediaman itu, Dewa Archer, Sang Kaisar menatap keluar jendela melihat jelas Aranjo yang memanjat pohon dibalik dinding kediamannya dan mengintip ke dalam.
Walaupun Dewa Archer, Sang Kaisar terkenal sebagai Dewa tanpa perasaan atau Dewa berhati dingin hal itu tidak menutup niat para Dewi untuk berusaha melamarnya.
Bahkan lamaran selalu disertai dengan pesta pernikahan, berjaga-jaga jika dirinya bersedia maka pesta pernikahan akan langsung dilaksanakan. Namun sampai saat ini tidak ada satupun yang berhasil dan semua lamaran ditolak secara halus oleh pelayannya dan itu sangat melelahkan.
Kaisar menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuat ilusi seekor kupu-kupu berwarna cerah. Kupu-kupu itu terbang di sekitar Aranjo dan tentu sangat menarik perhatiannya. Aranjo mengejar kupu-kupu itu dan melompat masuk ke dalam kediaman mewah itu.
Aranjo berlari mengejar kupu-kupu itu yang terbang ke halaman belakang. Kupu-kupu itu masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di halaman belakang. Aranjo mengikuti kupu-kupu itu dan masuk ke dalam ruangan itu.
Aranjo mencari sekeliling tetapi tidak menemukan kupu-kupu itu lagi. Aranjo melihat ke sekeliling ruangan dimana dirinya berada saat ini.
Ruangan ini adalah ruang baca yang penuh dengan gulungan-gulungan naskah yang tersusun rapi di lemari kayu yang tinggi.
"Kamu suka membaca?" tanya Dewa Archer yang masuk ke dalam ruang baca.
Aranjo melompat terkejut dan berbalik melihat asal suara yang sangat familiar.
"Teman...." seru Aranjo dan berlari menghampiri Kaisar.
"Kamu suka membaca?" tanya Kaisar kembali sambil menghindari Aranjo.
"Suka... Saya sangat suka membaca!" jawab Aranjo antusias.Kaisar berjalan melewati Aranjo dan terus berjalan ke bagian belakang ruang baca. Aranjo mengikutinya dengan berlari menyamakan dengan langkahnya yang panjang.
Kaisar membuka pintu yang ada di bagian belakang ruang baca. Saat pintu terbuka, Aranjo mengintip dan melompat girang saat melihat apa yang ada dihadapannya.
Taman indah dengan kolam air hangat di tengah-tengah, sangat luas dan indah, pohon persik tumbuh banyak di halaman itu. Aranjo berlari mengelilingi taman itu lalu melepaskan sepatunya dan merendam kaki mungilnya ke dalam kolam air hangat itu.
Kaisar menghampirinya dan berkata "Kamu bisa datang kapan saja, silahkan baca semua buku yang ada di ruang baca dan berendam sesukamu!"
Aranjo menatap tidak percaya terhadap apa yang baru diucapkan siluman itu.
"Benarkah?" tanya Aranjo ingin memastikan ulang hal tersebut.
Kaisar tidak menjawabnya melainkan berbalik dan berjalan kembali ke ruang baca tadi. Kolam air hangat itu memiliki kemampuan untuk memulihkan tubuh dan sihir bagi yang berendam di dalamnya.
Awalnya kolam ini hanya ada satu di alam langit dan itu berada di halaman kediaman Kaisar Langit, tidak semua Dewa atau Dewi dapat bebas berendam di sana. Dengan kekuatannya Kaisar memindahkan sebagian kolam itu ke halaman di kediamannya.
Aranjo memegang sepatunya dan berlari mengikuti siluman itu masuk kembali ke ruang baca.
Kaisar berhenti di depan meja kerjanya dan mengeluarkan sebuah jam pasir menggunakan sihirnya. Aranjo sibuk memakai sepatunya kembali dan melihat jam pasir yang diletakkan siluman itu di atas meja.
"Ingat untuk membalikkan jam pasir ini saat kamu tiba dan pastikan kamu kembali ke tempatmu saat jam pasir ini habis!" ujar Kaisar sambil membalikkan jam pasir itu lalu berjalan meninggalkan ruang baca.
Jam pasir itu memiliki kekuatan untuk memperlambat waktu dan setelah jam pasir itu habis maka kekuatannya juga sirna dan waktu kembali berjalan normal.
Aranjo menatap kepergian siluman itu untuk sesaat lalu memperhatikan jam pasir itu dan mengingat semua pesan siluman itu. Lalu Aranjo mulai memeriksa setiap gulungan naskah itu dan dirinya sangat senang semua naskah sangat berguna mulai dari ilmu sastra, ilmu pengobatan sampai dengan ilmu sihir.
Aranjo mengambil beberapa gulungan dan duduk di kursi meja baca lalu mulai membaca gulungan-gulungan itu. Banyak hal baru yang dipelajarinya dan itu memperluas pengetahuannya. Aranjo tidak lupa terus melihat ke arah jam pasir dan saat jam pasir habis, Aranjo segera berlari kembali ke Paviliun setelah merapikan kembali semuanya.
Saat kembali ke Paviliun, Aranjo memeriksa waktu dan dirinya hanya pergi selama setengah jam padahal waktu yang dihabiskan di ruang baca itu terasa sangat lama. Aranjo sungguh senang memiliki teman dengan kekuatan sihir yang hebat.
Aranjo melewati hari-harinya dengan sangat gembira, dirinya akan pergi diam-diam saat Ara membantu di kediaman utama.Aranjo akan menghabiskan waktunya dengan membaca atau berendam di kolam air hangat yang ajaib.Walaupun waktu yang dihabiskan di sana cukup lama namun tidak pada kenyataannya, semua berkat jam pasir itu. Namun Aranjo tidak pernah bertemu dengan siluman itu lagi, sesekali siluman akan memberikannya catatan yang berisi pertanyaan.Hal itu untuk melihat apakah Aranjo benar-benar memahami bacaannya. Aranjo akan menulis jawaban dari pertanyaan itu, tidak sulit baginya. Aranjo akan memberikan separuh makanan enak yang dimilikinya dan meletakkannya di atas meja baca itu. Itu sebagai tanda terima kasih kepada temannya."Esok akan diadakan cara ulang tahun ayahmu!" ujar Ara saat mereka makan malam di Paviliun."Ya, pesta itu pasti sangat meriah, terlihat bagaimana sibuknya pelayan kediaman utama untuk mempersiapkan acara besok ," ujar Aranjo samb
Helene berdiri dari duduknya dan dengan suara lantang berkata, "Aranjo, cepat sajikan teh itu sebelum dingin!"Ucapan Helene seakan tamparan bagi Aranjo, dirinya yakin Helene ataupun Halley yang meminta pelayan itu menariknya ke kediaman utama. Dan sekali lagi dirinya terjebak dalam perangkap yang mereka buat. Apapun yang dikatakannya untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya berada di aula ini sudah tidak berguna, Aranjo harus siap menerima hukumannya nanti."Salam Dewa Malam dan Dewi Angin. Apakah Dewi muda ini putri sulung Anda?" tanya salah satu Dewa yang hadir.Aranjo menunduk dan perlahan mundur, tetapi Helene menghampirinya dan memegang lengannya.Dewa Malam bangkit dari duduknya dan berkata, "Benar."Aranjo hanya menunduk tidak berani menatap ke arah ayah ataupun ibunya. Saat ini dirinya yakin dirinya berada dalam masalah besar."Kakak Aranjo, bagaimana jika kakak memainkan sebuah lagu untuk menambah kemeriahan acara ulang tahun ayah?" tany
Aranjo merasakan angin kencang, tubuhnya mundur ke belakang dan menahan pandangan dengan tangannya. Aranjo tidak ingin debu masuk ke dalam matanya.Roh-roh jahat yang sedari tadi mengikuti Aranjo langsung menghilang saat merasakan kehadiran Griffin.Seketika angin kencang tidak lagi berhembus namun Aranjo merasakan sesuatu berada di hadapannya. Aranjo menurunkan tangannya dan perlahan membuka matanya.Aranjo terlompat kebelakang dan jatuh terduduk, mata Aranjo membelalak melihat mahluk di hadapannya."Tolong jangan makan aku! Diriku tidak memiliki banyak daging dan jika kamu memakan diriku aku yakin kamu akan tersedak!" ujar Aranjo sambil terus mundur kebelakang.Aranjo menatap lurus ke arah mahluk itu, dirinya pernah membaca gulungan mengenai mahluk seperti di hadapannya. Binatang spiritual agung yang jarang terlihat, konon hanya ada satu Griffin di setiap masa dan saat mereka mati akan berubah menjadi abu. Griffin berikutnya akan terlahir dari abu Gri
Aranjo lalu duduk di tepi sungai, lalu menggulung roknya ke atas dan mulai membersihkan ikan-ikan itu. Sebagai Dewi yang memiliki kekuatan sihir rendah, dirinya hanya dapat menciptakan ruang kecil untuk menyimpan benda-benda miliknya.Tidak dapat menampung banyak barang, lain halnya dengan mereka yang memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi, mereka akan mampu menciptakan ruang yang luas untuk menyimpan benda-benda berharga.Aranjo mengeluarkan pisau dan bumbu bakar yang telah diraciknya, lalu meminta Griffin mengumpulkan kayu bakar. Setelah ikan bersih, Aranjo membawanya ke tempat dimana kayu bakar ditumpuk.Memilih batang kayu yang kurus dan membersihkannya menggunakan pisau lalu menusuk ikan yang telah dibumbui.Sudah waktunya menyalakan api, kemampuan sihirnya belum mampu untuk mengendalikan unsur inti bumi yakni air, udara, api dan tanah. Aranjo menatap Griffin dan bertanya, "Bisakah kamu menyalakan api?"Griffin mendekatkan paruhnya ke tumpukan rant
Aranjo tidak lagi ingin terkena masalah, jadi dirinya menuruti perkataan Dewi Angin dan tidak menginjakkan kaki ke kediaman utama.Namun, tidak semua hal berjalan sesuai dengan kehendaknya. Keesokan harinya adalah hari terakhir di mana Aranjo berada di alam langit.***Di Kota Danzou, tepatnya di gubuk kumuh. Gemuruh petir menyambut kelahiran seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Dukun yang membantu kelahiran sangat terpukau dengan kecantikan bayi mungil itu.“Seorang bayi perempuan, Nyonya!” ujar Dukun itu sambil membersihkan dan membungkus bayi kecil itu.Nyonya Ji mengulurkan tangannya dan menyambut bayi yang sudah dibalut selimut lembut. Tidak masalah bayi ini perempuan ataupun laki-laki. Dirinya baru dapat hamil setelah berusia senja dan itu merupakan berkat paling indah yang diterimanya.Nyonya Ji memeluk bayi itu, dan melihat bayinya memiliki rupa yang begitu rupawan.“Aku akan panggilkan Tuan Ji!” Dukun itu keluar dari kamar unt
Aranjo tidak lagi peduli dengan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Ingatannya telah kembali, rasa benci dan marah menguasai dirinya.Aranjo menatap Ara dan bertanya, "Mengapa kamu kemari? Tidakkah hal itu akan membuat dirimu dalam masalah?""Kaisar mengijinkan aku mengunjungi dirimu! Namun, tidak bisa terlalu lama!". jelas Ara."Ka-isar...!" ujar Aranjo dan teringat kepada teman silumannya yang ternyata adalah Sang Kaisar. Selama ini, Aranjo selalu menganggap siluman itu adalah temannya, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.Temannya itu tidak hanya tidak membelanya, tetapi juga menjatuhkan hukuman yang begitu keji."Apakah... Apakah teman yang kamu bilang membantumu keluar dari hutan kabut adalah Kaisar?" tanya Ara.Ara teringat, dulu Aranjo pernah menceritakan teman yang ditemuinya di hutan kabut. Siluman dengan rambut perak, hanya Sang Kaisar yang memiliki tampilan seperti itu di seluruh alam.Aranjo mengangguk, dan berkata, "D
"Kerajaan kalian menyerang salah satu desa pemukiman kami! Anggap saja ini balasan dan peringatan untuk Raja kalian!" jawab Sang Jenderal.Semua mata prajuritnya menatap penuh hasrat pada wanita yang ada di hadapannya. Jenderal melihat jelas hal itu dan mengerti, karena dirinya juga sangat terpengaruh akan kehadiran sosok cantik ini.Sang Jenderal melepaskan jubah miliknya dan meletakkan jubah itu di atas kepala wanita itu dan mengikatnya di bawah leher."Siapa namamu?" "Aranjo!"Aranjo, nama yang asing, tetapi enak di dengar. Jenderal tidak bisa menyerahkan wanita ini ke penjagaan prajurit, jadi dirinya yang akan menjaga wanita itu dan membawanya sebagai hadiah untuk Sang Raja.Jenderal mengangkat tubuh Aranjo dan mendudukkannya di atas kuda putih, lalu Jenderal juga naik dan duduk di belakangnya."Kita kembali!" seru Sang Jenderal kepada prajuritnya. Semua prajurit patuh dan menaiki kuda masing-masing untuk kembali ke Kerajaan Qiyang."Apakah kamu akan menyerahkan diriku kepada Raj
Aranjo mencium dalam Sang Jenderal. Tangan Aranjo yang awalnya memeluk leher pria itu berpindah ke belakang kepala Sang Jenderal. Aranjo menarik lembut rambut panjang yang terikat ke belakang kepala pria itu.Sang Jenderal dengan Aranjo yang berada dalam gendongannya, berjalan ke arah meja tadi. Lalu, mendudukkan wanita itu di atas meja. Sang Jenderal membuka kaki Aranjo dan berdiri di antara kedua kaki itu.Sang Jenderal melepaskan ciumannya, akal sehat yang tinggal sedikit kembali mengingatkan dirinya, bahwa dirinya telah berkeluarga dan wanita itu adalah hadiah untuk Raja.Aranjo merasa kehilangan saat pria itu melepas ciumannya. Perlahan Aranjo membuka mata dan menatap ke arah Jenderal yang berada tepat di hadapannya. Wajah Sang Jenderal terlihat ragu, di samping hasrat yang telah menggelora.Aranjo mendekatkan wajahnya dan dirinya kembali mengulum bibir tipis Sang Jenderal. Ciumannya tidak dibalas, pria itu hanya berdiri membeku. Aranjo tidak peduli, dir