Share

Married With My Sister's Fiance
Married With My Sister's Fiance
Penulis: Ifah Zah

Chapter 1

"Mama mohon, Nak! Menikahlah dengan Alfa! Jangan sampai keluarga kita dan keluarga Narendra merasa malu karena kakakmu yang tiba-tiba lari!" pinta Viana.

"Nada gak bisa menikah dengan Kak Alfa, Ma! Nada gak cinta sama dia!" tegas Nada.

"Kamu harus mau, Nada! Atau Papa gak akan mengakuimu sebagai anak Papa lagi!" geram Gunawan.

Nada tertawa sumbang. Tak dianggap sebagai anak katanya? Padahal yang berbuat hal memalukan itu ada Nadia. Dia hanyalah korban keegoisan keluarganya yang selalu mementingkan kebahagiaan Nadia dan Fandi dibanding dirinya. Sedangkan pada Nada? Ia dianaktirikan.

"Pernikahannya akan dimulai nanti jam empat sore, jadi jangan melakukan hal konyol yang bisa mempermalukan kami!" cetus Gunawan.

Gadis berjilbab itu mendengus kesal.

"Baik. Nada penuhi permintaan kalian!" ujar Nada dingin.

Ia keluar dari kamar Nadia menuju ke kamarnya sendiri dengan wajah datar, meninggalkan kedua orang tuanya. Para asisten rumah tangga yang berada di lantai bawah sampai takut melihatnya.

Viana tersenyum getir. Dia paham akan perasaan Nada yang selalu diperlakukan tak adil oleh Gunawan. Bagi Gunawan, Nada adalah anak pembangkang. Nada selalu menentang apa yang orang tuanya inginkan. Lain halnya dengan Fandi dan Nadia. Kedua kakaknya selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Apa pun yang dia inginkan selalu dituruti. Sedangkan dirinya selalu diminta mengalah. Seperti kali ini, dia diminta mengalah lagi padahal Nadia yang berbuat kesalahan.

Nada menjerit histeris di kamarnya yang kini jarang ia tempati. Sejak sang ayah menentang keinginan dirinya untuk menjadi seorang dosen, ia memutuskan keluar dari kediaman Gunawan dan memilih tinggal di apartemen yang tak jauh dari kampus tempatnya mengajar.

Sebenarnya, sejak ia tamat dari bangku SD, ia tak lagi tinggal di rumah. Saat kedua kakaknya masuk di sekolah bertaraf internasional, ia memilih masuk pesantren. Karena ayahnya tidak mau membiayai dirinya, ia pun menabung sedikit demi sedikit dari uang sakunya agar bisa hidup layak di lingkungan pesantren. Viana juga sengaja mengirimkan uang untuknya tanpa sepengetahuan Gunawan agar ia tak kekurangan selama hidup di pesantren. Saat masuk universitas, ia juga menolak kuliah di luar negeri dan memilih kuliah di Jakarta di salah satu universitas Islam jurusan Kimia hingga jenjang magister. Semua biaya kuliahnya berasal dari hasil keringatnya dan beasiswa, bukan dari sang ayah.

Nada kecewa pada orang tuanya karena tidak pernah memahami keinginannya, tetapi sebagai seorang anak, ia harus tetap berbakti pada mereka. Meskipun itu berarti ia harus menyimpan rasa sakit akibat diabaikan.

'Maaf, Nadia pergi meninggalkan kalian. Nadia belum siap menikah dengan Alfa. Sampaikan permohonan maafku pada Alfa.

Nadia'

Nada tersenyum kecut saat ia mengingat isi surat Nadia.

"Belum siap menikah katanya? Cih! Udah pacaran lima tahun, udah tunangan sejak enam bulan yang lalu, dan dengan semangat luar biasa dia teriak siap nikah. Eh, giliran undangan udah disebar ke mana-mana malah lari!" dengus Nada.

Suara ketukan pintu mengejutkannya. Masih dengan perasaan kesal, ia membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?" tanyanya datar.

"Maaf, Nona. Para pegawai salon yang diminta untuk merias Anda sudah datang," kata salah satu asisten rumah tangganya.

Nada menghela napasnya dalam-dalam.

"Baiklah. Suruh mereka masuk ke sini!"

"Baik, Nona. Permisi!"

Nada hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, mereka yang dimaksud sudah datang dan langsung ia minta untuk masuk ke kamarnya.

"Nona, Anda ingin perawatan wajah dan tubuh sebelum dirias? Anda masih memiliki banyak waktu sebelum acara dimulai," tawar salah satu terapis salon.

Waktu menunjukkan pukul 09.00. Nada pikir waktunya masih panjang sebelum akad nikah dilaksanakan. Ia pun mengangguk.

"Baiklah. Silakan Anda buka pakaian Anda!"

Nada menurut. Meskipun ini adalah pernikahan yang dipaksakan, ia tetap harus tampil sempurna di hadapan banyak orang, bukan?

Gadis itu perlahan melepas pakaiannya satu per satu dan ia memakai selembar sarung batik untuk menutupi tubuhnya. Ia menjalani serangkaian treatment untuk wajah terlebih dahulu, lalu untuk tubuhnya. Ia begitu menikmati apa yang dilakukan para terapis itu sambil sesekali berbincang dengan mereka.

"Baiklah, Nada! Persiapkanlah dirimu menjadi Nyonya Narendra junior!" batin Nada.

***

Narendra benar-benar geram atas sikap Nadia, sang mantan calon menantu. Ia meluapkan kekesalannya pada Alfa yang berani berniat menikahinya. Sejak awal Alfa dan Nadia berhubungan, Narendra memang tidak setuju. Ia lebih menyukai Nada yang menjadi menantunya. Pria paruh baya itu begitu terpikat dengan sosok Nada Inayah Gunawan. Gadis itu cantik, cerdas, good attitude, dan yang pasti shalihah. Ia sangat jauh berbeda dengan Nadia yang kata Gunawan begitu membanggakan, tetapi akhlaknya berbanding terbalik dengan Nada.

Narendra dan Gunawan adalah sahabat baik. Mereka selalu bersama sejak mereka masih kecil hingga usia mereka yang sudah lewat dari setengah abad ini. Mereka pun pernah membuat perjanjian bahwa bila mereka memiliki anak yang berbeda jenis kelamin, mereka akan menjodohkan kedua anaknya.

Tania, istri Narendra muncul dengan tergopoh-gopoh setelah mengangkat telepon dari Viana di dapur.

"Mas, pernikahan itu tetap akan berlangsung. Tapi, yang jadi pengantinnya itu Nada."

Narendra tersenyum sumringah. Ia menengok sang putra yang tercenung karena mendengar ucapan sang ibu.

Nada? Batin Alfa bertanya-tanya. Gadis berjilbab itu adiknya Nadia dan dia ingin menggantikan kakaknya? Alfa memang pernah bertemu beberapa kali, tetapi kesannya pertamanya tentang gadis itu adalah jutek, tanpa ekspresi. Ia sedikit tersinggung saat ia memperkenalkan diri pertama kali justru ia menerima penolakan jabat tangan. Geram? Tentu saja. Ia yang berparas tampan ditolak berjabat tangan oleh seorang gadis membuatnya selalu kesal setiap kali bertemu hingga sekarang. Kini ia akan menikahi gadis itu. Sebuah seringai terbit di wajahnya. Ia akan membuat gadis itu bertekuk lutut di hadapannya.

"Gimana menurut kamu, Alfa?" tanya Tania lembut.

"Gak masalah kok, Bunda. Daripada semuanya kacau. Bukankah itu malah membuat kita malu? Nada juga gadis yang manis," timpal Alfa.

"Baguslah kalau begitu. Pernikahan kalian akan tetap berlangsung sesuai rencana," ujar Narendra.

"Benar, Nak! Bunda udah gak sabar banget liat Nada. Dia itu calon menantu idaman Bunda!" jerit Tania.

"Calon menantu idaman?"

"Iya dong, Alfa. Bunda sama ayah sebenarnya lebih berharap kamu sama Nada daripada Nadia," celetuk Tania.

Alfa mendengus. Ia memilih duduk di sofa ruang tamu sambil mengusap kasar wajahnya. Ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Ia kembali membaca sebuah pesan Whatsapp dari Nadia.

'Maafkan aku, Sayang. Aku belum siap menikah sama kamu.'

Alfa berdecih. Padahal gadis yang sudah menjalin hubungan dengannya selama lima tahun itu yang paling semangat soal pernikahan. Ia hanya menuruti saja keinginannya. Ia mencoba menelepon Nadia, tapi hasilnya tetap sama. Ponselnya tidak aktif.

Kini ia harus menerima kenyataan bahwa Nada yang akan bersanding di pelaminan bersamanya. Gadis yang tidak ia cintai, atau mungkin belum bisa ia cintai.

***

"Saya terima nikahnya Nada Inayah Gunawan binti Gunawan Adiwijaya dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan perhiasan emas seberat 150 gram dibayar tunai!" ucap Alfa lantang sambil menjabat erat tangan Gunawan.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!" ucap dua orang saksi dengan lantang.

"Alhamdulillah!" seru para hadirin.

"Baarakallahu lakumaa wa baaraka 'alaikumaa wa jama'a baina kumaa fi al-khair"

Alfa menunggu sang istri dengan dada berdebar. Ia terus menundukkan kepala sambil meremas kedua tangannya. Bahunya ditepuk hingga ia menoleh pada sang bunda yang tersenyum penuh arti.

"Pandangi istri kamu! Cantik, kan?" bisiknya.

Alfa memperhatikan Nada yang melangkah dengan anggun menuju ke arahnya. Matanya tak berkedip melihat wajah cantik Nada dengan polesan natural sang MUA.

Nada mengambil tangan suaminya lalu mengecupnya dengan kesungguhan. Begitu juga dengan Alfa yang langsung memajukan bibirnya untuk mengecup kening istrinya. Mereka kelihatan gugup setelah melakukannya. Setelah itu, mereka bertukar cincin dan melakukan sungkeman dengan kedua orang tua dan mertua mereka untuk memohon ridha dan restunya agar pernikahan mereka selalu dilimpahi keberkahan dari Allah, terlepas dari rasa terpaksa yang ada di hati mereka.

Setelah acara akad nikah, mereka langsung melakukan resepsi di tempat yang sama, yaitu hotel milik keluarga Narendra. Resepsi dengan konsep perpaduan adat Bugis dan Sunda membuat para tamu terpukau dengan suasananya.

Pukul 21.00 acara berakhir. Alfa dan Nada diminta untuk beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuk mereka. Alfa berjalan lebih dulu disusul Nada beserta dua orang dari Wedding Organizer untuk membantu melepaskan pakaian pengantin mereka.

Alfa yang selesai lebih dulu langsung membawa pakaian gantinya ke kamar mandi. Sedangkan Nada masih harus melepas jilbabnya dan pakaian pengantinnya. Sepuluh menit kemudian Alfa keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah berpakaian lalu keluar begitu saja dari kamar. Ia membiarkan Nada yang baru selesai melepaskan gaunnya untuk membersihkan diri.

Setengah jam berlalu. Nada yang sudah bersiap untuk tidur masih menunggu Alfa yang tak kunjung kembali. Ia memilih membaringkan tubuhnya di ranjang king size itu dan tak lama kemudian matanya terpejam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status