“Aku tahu, lagian aku juga tidak mau hidup dalam kemiskinan!” balas Ardi kentus.
Lala yang lega, langsung bergegas pergi dari hadapan Ardi.
Ardi melihat kepergian ibunya dengan terburu-buru dan ia langsung masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan Narnia yang berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian mengoda imam. Tang top ketat yang membungkus kedua buah kembar yang besar dan menampakkan lekuk tubuh di sertai celana denim yang pendek yang membelah belahan bawah dan sekaligus menampakkan kedua paha yang putih.
Ardi menelan saliva dengan kasar, ia tidak menyangka akan ketemu dengan Narnia yang merupakan wanita yang pernah ia lecehkan di Bandung dan sialnya. Narnia yang di maksud kedua orang tuanya. Ternyata Narnia yang ini yang sedang di hadapannya.
“Kau?” pekik Narnia histeris.
“Wah!” balas Ardi dengan santainya.
“Kenapa kau di sini?” tanya Narnia bersedekap pinggang.
“Ini rumahku, wajar aku di sini?” balas Ardi yang jalan mendekati Narnia. Hingga posisi keduanya berdekatan dan mata Ardi mengintip kedua gundukkan besar yang menampakkan keindahan yang padat dan berisi di hadapannya.
Plakkk
Sebuah tamparan melayang di wajah tampan Ardi.
“Jangan kurang ajar, pakai acara mengintip segala ke arah kedua buah kembarku!” ucap Narnia dengan sikap sombongnya yang menantag Ardi yang berdiri di depannya.
Ardi memegang wajahnya yang mati rasa sebelah. dengan senyuman liciknya. Matanya masih menatap kedua gundakan yang berisi yang mengoda untuk di jamah.
“Tak lama lagi akan ku remas kedua gundunkkanmu yang berisi padat itu sampai puas dan akan ku hentakkan setiap hari tanpa ampun,” batin Ardi. Yang masih menatap wajah songong Narnia di depannya.
“Sepertinya, aku harus memberitau padamu! Apa itu sebuah balasan dari tamparan?” ucap Ardi yang langsung menarik Narnia ke dalam pelukkannya dengan nahan tengkuknya.
“Lepasin, ini pelecehan seksual!” pekik Narnia dengan meronta-ronta.
Ardi langsung menunduk, kemudian mengangkat Narnia dengan meletakkan di salah satu bahunya.
“Lepasin Aku…” pekik Narnia yang merontah-rontah kembali. dengan kedua kepala tangan memukul pinggang Ardi.
Ardi masih menulikan telinganya, ia berjalan menaiki anak tangga dengan memopong tubuh Narnia dibahu kirinya.
Kemudian, pintu kamar di buka dan Narnia di lemparkan ke atas ranjang dengan cara kasar.
Merasakan waspada, Narnia memundurkan langkahnya ke belakang.
“Lebih baik ganti pakaianmu! Kita semua akan makan malam,” ucap Ardi yang langsung keluar dari dalam kamarnya yang kini di huni oleh Narnia.
Narnia terbinggung, Ia mengira Ardi akan memperkosanya di dalam kamar. Ternyata Ardi memilih pergi. Setelah melemparkan dirinya ke atas ranjang.
“Benar-benar pria aneh?” gumam Narnia pelan.
Melihat pintu terbanting dengan keras, Narnia menghela nafas panjang. sekaligus lega dengan kepergian Ardi dari dalam kamarnya.
***
Malam hari, merupakan waktu makan malam bersama-sama di luar.
Adam sengaja menjemput Narnia dengan mobil mewah, Narnia tersipu malu. Saat di paksa masuk ke dalam oleh ibu tirinya yang bertingkah seperi kandung.
“Kesempatan langkah, manfaatin dengan baik!” bisik Lala pada anak tirinya.
Wajah Narnia memerah padam dengan keringat bercucuran karena malu.
Sesuai perintah ibu tirinya, Narnia masuk ke dalam dengan jantung berdebar-debar kencang. Berapa kali ia melirik Adam yang tampan. Sedang memegang kemudi mobil dengan tatapan menatap lulus ke depan jalan raya.
Tatapan Narnia ke rahang dan jemari Adam. Secara diam-diam mulai berhayal erotis sesat.
Waktu terus berjalan, berapa lampu hijau terlewati.
Narnia binggung, mau bagaimana menjelaskan atau memulai pembicaraan dengan Adam.
Suasana tegang dan canggung menyelimuti kedunya, hingga sampai ke salah satu restoran. Adam seperti pangeran berkuda putih yang membukakan pintu mobil untuk Narnia dan tidak lupa mengulurkan tangannya.
Dengan wajah malu-malu, Narnia menyambut uluran tangan Adam. Di belakang, Ardi yang melihatnya sampai merasa mual setengah mati. Perutnya terasa melilit dan ingin mengeluarkan isi-isinya.
Iri dan dendam kepada Adam, sudah mendarah daging untuk Ardi. Jika bukan karena perintah ayahnya untuk bersabar dalam persugihan ini. maka ia sudah menarik Narnia ke dalam pelukkan dan menyetubuhi Narnia selama beronde-ronde untuk mendengarkan suara desahan yang memanggil namanya. membayangkan saja sudah membuat bawah Ardi menengang sempurna dan terasa sesak yang meminta di puaskan.
“Jangan melamun,” ucap Herman yang mendorong kepala Ardi.
Dengan gaya malas, Ardi keluar dari dalam mobil dengan wajah kusutnya di ikuti oleh Lala dari belakang. seolah-olah mereka adalah keluarga bahagia. padahal semuanya punya niat tertentu.
Sesampai di dalam restoran, Ardi melihat Narnia menatap Adam penuh dengan perasaan cinta dan bahagia.
"Jalang," umpat Ardi dalam hati.
Ardi mengambil inisiatif untuk duduk di samping Narnia. Untuk sengaja mengerjain Narnia. Ia langsung mengusap paha Narnia dengan lembut. Hingga Narnia hampir saja Narnia mendesah keluar dari bibirnya.
Beruntungnya, Narnia segera mengubahnya menjadi batuk. Dengan alasan tenggorokannya gatal. Untuk menghindari kecurigaan semua orang yang menatapnya. dengan tatapan terheran-heran.
“Maaf, aku banyak makan gorengan berapa hari ini. jadi agak sedikit gatal tengorokkannya!” alasan Narnia dengan senyumannya dan langsung menenguk air putih di atas meja untuk membuktikan alibinya di hadapan semua orang yang menatapnya dengan tatapan heran.
Di bawah meja, Ardi sudah mengusap tangannya hingga semakin naik dan naik. Narnia mengerutkan keningnya sesaat. Ia merasa bagian bibir intinya di elus oleh jemari Ardi dan berusaha menyusup masuk ke dalam melalui cela pakaian berenda tipis yang menutup area tersebut.
Melihat Narnia tidak ada respon, Ardi sengaja memasukkan satu jarinya ke dalam bagian yang mempunyai cela dan mendiamkannya sesat di dalam, sebelum ia jemarinya mulai bergerak untuk merangsang air bening itu keluar dari cela yang di masuki oleh jemarinya.
Jantung Narnia berdetak kencang dan menelan saliva dengan kasar. Saat merasa jemari di dalam intinya sudah bergerak secara lincah sambil menekan bagian kecil dan lunak tersebut. untuk mengoda hasrahnya.
Sambil menahan gairahnya, Narnia memesan makanan dengan cepat dan pamit untuk ke toilet dengan alasan ke banyakkan minum.
Tidak ada yang curiga dengan apa yang di lakukan oleh Narnia, kecuali dengan Adam dan Ardi. Adam tahu apa yang di lakukan oleh Ardi kepada Narnia di bawah meja yang di tutupi kain panjang. Ia memilih diam tanpa membantu Narnia yang di lecehkan oleh Ardi. Tepatnya, membiarkan Ardi mengerjain Narnia barusan. agar Narnia semakin terbiasa menerima setiap pelecehan kecil-kecilan hingga keperlecehan besar nantinya yang akan membuat Narnia tidak bisa menolak setiap sentuhan dari para pria lagi. bahkan akan dengan senang hati membuka kedua kaki lebar-lebar seperti seorang wanita malam yang menjual tubuh.
Di dalam toilet, Narnia membersihkan air bening yang keluar dalam jumlah banyak di cela intinya yang berdenyut.
“Benar-benar sial, kenapa harus dia sih yang melakukannya!” gerutu Narnia yang tidak terima atas apa yang di lakukan oleh Ardi padanya barusan. yang memainkan menyusupkan dua jemari di intinya di bawah meja dan untungnya tidak ada yang sadar dengan apa yang di lakukan oleh Ardi. Jika tidak, mau taruh di mana wajahnya kali ini di depan tamu banyak dan tentunya di depan Adam yang kini menarik perhatiannya. "Adam..." gumam Narnia dengan nada suara merdunya. Narnia menutup matanya, sambil membayangkan yang memainkan intinya adalah jemari Adam. Seketika wajahnya langsung memanas dan intinya berdenyut kencang untuk meminta di puaskan oleh benda tumpul milik Adam. “Aduh… apa-apain sih, sampai berhayal seperti ini!” celoteh Narnia dengan suara pelan sambil menyentuh intinya yang berdenyut. Tidak ingin berlama-lama, Narnia memakai pakaiannya kembali. Ia segera kembali ke tempat duduknya seperti biasa. Bergabung dengan yang lain dan menyantap makanan yang sudah
Selama di sekolah, Narnia berdebar-debar melihat Adam bersama seorang wanita yang merupakan kekasih Adam. Selain itu, Narnia berapa kali mendapatkan Adam bersetubuh dengan berbagai wanita di salah satu tempat secara diam-diam tanpa ketahuan kekasih Adam.Sejak itu, pikiran Narnia mulai binal dan sering berhayal ageda erotis. Karena pengaruh ilmu pelet dan sekaligus karena proses dewasa mencari jati diri.“Adam…”gumam Narnia pelan. Ketika memejamkan matanya, bayang-bayang Adam menghiasi pikiran dan hatinya semakin mendalam.“Aku menginginkan sentuhan, ingin seperti para wanita lain yang di sentuh oleh Adam. Walau hanya menjadi simpanan,” ucap Narnia dengan suara pelan setiap kali melihat kelakuan Adam yang berganti wanita dan melihat para wanita begitu terpuaskan dengan bokong bergerak bersama-sama mengejar kepuasan.Adam yang tahu, dirinya di perhatikan oleh Narnia. Mulai tersenyum puas, ia akan membuat Narnia semakin berhay
Sentuhan demi sentuhan, membuat Narnia mendesah dengan kuat, ia tidak bisa lagi menahan desahan manja yang selalu lepas dari bibirnya.Sambil meliuk-liuk tubuhnya, Narnia terus bertahan dan menikmati sentuhan tersebut. Merasakan sentuhan Adam yang sesuai dengan fantasi nakalnya selama ini. yang diam-diam ia pikirkan di dalam hati. yang kini menjadi kenyataan dalam mimpi. tentu saja tidak akan di sia-siakan oleh Narnia.Berapa saat kemudian, Narnia merasakan sesuatu memasuki bagian dalam sensitifnya. Sesuatu yang keras dan besar. Rasa sakit menyebar kesemua organ tubuh. Narnia mengeluarkan air mata akibat kesakitan yang terus masuk ke dalam secara kasar tanpa ada kelembutan sedikitpun. Seolah telah menebus kelembutan tipis yang menjadi mahkota berharga setiap wanita.“Sakit....” teriak Narnia melupakan rasa perih bercampur nikmat yang luar biasa. dari gerakkan yang tiada ampun untuknya. Gerakkan yang menghentak bagian bawahnya semakin kuat dan kasar.
Herman menatapi kepergian Adam, kemudian langsung mengambil gunting di laci untuk memotong sprai yang ada berapa bagian yang basah bercampur noda merah yang seperti kelopak bunga mawar. Sisa pemotongan sprai, langsung di bakar oleh Herman di tempat pembuangan sampah. Sedangkan Lala menyiapkan kuah panas mendidih di salah satu panci bakso berukuran besar. Melihat jam sudah jam 2 malam dan sesuai instruksi dari dukun Joko. Herman manaruh kain basah berserta kain segitiga yang sudah di sobek ke dalam panci bakso dan memasaknya di atas kompor selama sejam. Agar semua air bening di kain bisa terlepas dari kain tersebut. Jam menunjukan jam tiga malam, kompor di matikan dan panci itu di simpan dengan hati-hati di salah satu gudang penyimpanan barang. Untuk menghindari kecurigaan para pembantu yang bekerja di pagi hari untuk bersih-bersih rumah dan memasak. Setelah semuanya beres, Herman dan Lala kembali ke kamar seperti tidak terjadi apapun. Termasuk si anak
Perlahan-lahan Narnia merasa tubuhnya dingin, hingga bulu-bulu halus di tangan dan pundak berdiri. Rasa ini membuat Narnia gelisah, ia sempat mengeliat kecil di atas ranjang sembari merasakan sentuhan tipis demi sentuhan. walau hanya hayalan. Di atas ranjang, Narnia semakin tidak karuan. Seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki sangat geli. seakan-akan ada yang menyentuhnya. Narnia mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri, dengan hayalannya ke Adam yang sangat ini berada di atas tubuhnya dan atau pria lain yang lebih hebat dari Adam. Yang mampu memuaskan tubuhnya saat ini. "Kenapa malah berhayal ke Adam sih," gerutu Narnia yang berusaha tidur. Tapi ia sempat berhayal betapa hebatnya pria lain selain Adam di atas tubuhnya. Bukan tanpa alasan Narnia sering berhayal yang seperti itu. Sejak ia melihat Adam melakukannya dengan berapa wanita di belakang kekasihnya di tambah dengan banyaknya bisikkan di dalam kepalanya. Narnia masih
Pria itu menaikkan kecepatan hentakkan semakin kuat dan kasar. Kedua tangan kasar pria itu memainkan kedua buah kembar NArnia yang bergantung dengan remasan dan menarik ujungnya dengan jemari. untuk semakin memberikan rangsangan untuk Narnia yang kini menikmati persetubuhan. "Gila, ini benar-benar terjadi? Bagaimana bisa," batin Narnia bertanya-tanya dalam hati. karena hayalannya menjadi kenyataan. Untuk membuktikan hayalannya, Narnia berhayal. Bagaimana jika hentakkan selanjutnya menembus rahimnya kembali. Hentakkan pria di belakang semakin kuat. Satu tangannya menarik rambut belakang Narnia dan satu tangan tangannya memasukkan satu obat ke dalam mulut Narnia. Saat Narnia mendesah dengan mulut terbuka. Hentakkan terakhir menembus bibir rahim. Jeritan kesakitan dan pil obat tertelan oleh Narnia secara bersamaan. "Sakit," pekik Narnia kesakitan saat merasakan barang keras tidak bergerak lagi di dalam tubuhnya. Pria itu tersenyum jahat,
Herman sampai ke tempat dagannya pada pukul 11 siang dan papan di tulis tutup di depan pintu kaca dengan alasan barang dagangan sudah habis terjual. Sebenarnya bukan habis, tapi mereka harus menyiapkan oderan antrian yang berjumlah 200 orang itu. Para pelayan yang memasak dan membungkus, sedangkan Herman sibuk menghubungi nomor pemilik antrian. "Pak, kuahnya hampir habis?" lapor seorang pelayan. Herman menghela nafas panjang dengan tatapan ke arah wajah pelayan tersebut. "Kamu masak saja dengan mencampurkan ke kuah lama yang sudah dingin. Caranya tahu kan?" tanya Herman ramah. seolah-olah ia telah membocorkan resep cara memasak kuah bakso kepada para pekerjanya. "Iya pak," balas pekerja itu yang langsung semangat untuk mengasah kemampuannya. "Ayo semangat, nanti saya kasih kalian bonus besar. Setelah selesai kan 200 oderan ini! Langsung ambil hari ini bonusnya," ucap Herman dengan sikap ramah. Yang memancing semangat para pelayan agar
"Mau..." balas Narnia dengan nada suara pelan. "Bagus kalau gitu," ucap Ardi yang tidak sabaran dan meletakkan buku tersebut di atas nakas. Narnia memejamkan kedua mata dan menaikkan kaos depannya. Memperlihatkan kedua buah kembarnya yang putih berisi di hadapan Ardi. Ia sungguh tidak rela, buah dadanya di jamah oleh Ardi yang sangat ia benci. Jakun Ardi naik turun, bawahnya juga terasa sungguh sesak. Kedua telapak tangannya meremas dan mencengkeram kedua buah kembar Narnia yang semakin besar. Ardi masih ingat, terakhir ia meremas kedua buah kembar Narnia. Saat mereka masih di Bandung dalam rangka pramuka antar sekolah Jakarta dengan Bandung. Narnia tidak berani bersuara, ia mengigit kaos depan dengan gigitan kuat dan kedua tangan menutup wajahnya yang sudah memanas. Akibat ulah Ardi yang masih memainkan kedua buah kembarnya dengan remasan dan mengoda puncak dadanya. Ardi menempatkan bibirnya di salah satu buah dada Narnia. Ia melahapnya dan m