Share

MISTERI GADIS KEMBAR
MISTERI GADIS KEMBAR
Penulis: Ningty

Bab 1. MISTERI LAHIRNYA SI KEMBAR

     DUA PULUH TAHUN SEBELUMNYA.

     Malam itu sudah menunjukkan jam sebelas malam. Suasana di Desa Damai juga sudah sepi. Hanya sesekali terdengar suara pantongan dari bambu yang dipukul oleh para peronda. Termasuk Rudiansyah, suami dari Mayasari yang juga ikut meronda.

     “Rud ... Rudi!” panggil seorang pria paruh baya yang tergopoh-gopoh mendekati Rudi yang sedang asik main catur di pos ronda.

     “Lho Pak! Ada apa ini, malam-malam Bapak kok malah ke sini?! Ada yang terjadi sama Maya?!” tanya Rudi cemas. Tak pelak pikirannya menerawang kepada istrinya di rumah yang saat ini sedang hamil tua.

     “Iya Rud, istrimu ... Maya ... dia mau melahirkan!” seru pria paruh baya itu terbata.

     “Be-benarkah, Pak?!” kembali Rudi bertanya.

     “Iya! Makanya, ayo kamu cepat pulang!” ajak pria paruh baya itu. Rudi tak membantah lagi. Dia langsung berpamitan pada bapak-bapak lain yang sedang mendapat giliran jaga malam bersamanya.

     “Bapak-bapak ... maaf istri saya mau melahirkan, jadi saya ijin pulang dulu!” pamitnya sopan.

     “Iya Rud. Nggak apa-apa. Semoga istri dan anakmu selamat ya,” balas salah satu peronda.

     Kemudian, Rudi dan pria paruh baya tersebut bergegas pulang. Tak berapa lama mereka sampai di rumah Rudi. Pria itu bisa menengar dengan jelas suara rintihan istrinya.

     “Rud! Sebaiknya bawa istrimu ke rumah sakit!” seru seorang wanita paruh baya yang sejak tadi menemani Mayasari.

     “Iya Bu. Tolong siapkan keperluan Maya saya akan cari pinjaman mobil dulu!” ucap Rudi. Pria itu segera kembali keluar rumah untuk mencari pinjaman mobil. Beberapa menit kemudian dia sudah kembali dengan mengendarai mobil.

     Mereka segera membawa Mayasari ke dalam mobil. Rudi bergegas melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Mayasari segera dibawa ke unit gawat darurat untuk di periksa. Entah suatu kebetulan atau semua memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, dokter yang bertugas di UGD saat ini adalah dokter kandungan yang selama ini memeriksa Mayasari. Dokter itu segera meminta suster untuk menyiapkan kamar bersalin dan memindahkan Mayasari ke sana.

     Di kamar bersalin, Mayasari berjuang sekuat tenaga untuk melahirkan bayi perempuannya. Sementara itu, Rudi dan orang tuanya memilih menunggu di luar. Ya, sepasang pria dan wanita paruh baya itu adalah ayah dan ibu dari Rudiansyah. Rudi merasa tidak tega melihat perjuangan istrinya yang nampak begitu sakit.

     Tak lama kemudian, terdengar nyaring suara tangisan bayi. Dan pintu ruangan itu pun terbuka. Tampak dokter keluar dari ruangan itu.

     “Keluarga Ibu Mayasari!” panggilnya. Mereka bertiga pun mendekat.

     “Saya suaminya, Sus. Dan mereka adalah orang tua saya. Bagaimana istri dan anak saya, Sus?” tanya Rudi.

     “Selamat ya Pak, istri Bapak melahirkan bayi yang sangat cantik. Mereka berdua selamat. Sebentar lagi ibu dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan,” ucap dokter itu sambil mengulas senyum.

     “Dokter! Dokter! I-itu ... Ibu Maya ... Ibu Maya ...” tiba-tiba terdengar suara teriakan suster yang sudah tergopoh-gopoh dan terlihat panik menghampiri dokter itu.

     “Ada apa dengan istri saya suster?!” Rudi pun menjadi panik.

     “Katakan ada apa, Sus?!” kali ini dokter yang bertanya.

     “B-Bu Maya ... b-beliau ... seperti mau melahirkan lagi!” jawab suster itu dengan terbata.

     “Tidak mungkin! Dari hasil USG, bayinya Cuma ada satu dan sudah dilahirkan!” seru dokter itu sambil bergegas kembali masuk meninggalkan Rudi yang masih kebingungan. Entah kenapa suasana berubah mencekam. Langit yang tadinya dipenuhi bintang dan dihiasi bulan purnama, tiba- tiba berubah menjadi gelap. Angin pun tiba-tiba bertiup kencang disertai suara gemuruh di langit. Terlihat kilat yang menyambar dan terdengar suara petir yang menggelegar.

     Bahkan di kejauhan terdengar suara lolongan entah anjing atau serigala. Suasana malam itu benar-benar membangunkan bulu kuduk. Pak Karta dan Bu Minah yang merupakan orang tua Rudi terlihat saling berbisik. Keduanya tampak cemas. Mereka berdua seperti mengetahui sesuatu.

     “Pak! Ibu punya firasat buruk tentang menantu kita,” bisik ibu dari Rudi kepada suaminya.

     “Iya Bu. Bapak juga merasakannya. Sebaiknya kita berdo’a dan semoga firasat ini tidak benar,” ucap ayah dari Rudi berusaha menenangkan isterinya.

     “Pak ... Apa Bapak mendengar yang ibu dengar?” tanya wanita itu. Pria paruh baya itu hanya mengangguk.

     “Ibu takut, Pak. Ibu takut ...”

     “Ibu ... takut apa?” tanya Rudi yang sudah berada di hadapan orang tuanya yang sejak tadi duduk di ruang tunggu.

     “Gimana istrimu, Rud?!” alih-alih menjawab pertanyaan putranya, wanita itu justeru balik bertanya.

     “Entahlah, Bu. Dokter sedang kembali memeriksanya,” lirih pria itu, lalu menghela nafas panjang.

     Sementara itu, di dalam kamar besalin, dokter sedang memeriksa kondisi Mayasari. Dia menatap tajam pada perut wanita itu. ‘Perutnya kempes dan tidak menunjukkan ada bayi lagi di sana’ batin dokter itu.

     “D-Dokter ... t-to-long sa-ya ... pe-perut sa-ya s-sakiit. S-se-per-ti ... a-da yang mendesak ke-ke-lu-ar,” rintih Mayasari lemah.

     “Sabar ya, Bu. Biar saya periksa dulu,” ucap dokter itu.

     “Sus, siapkan alat USG!” titahnya.

     “Baik Dokter,” jawab suster itu.

     “Aarrgh! S-sa-kiiit!” tiba-tiba terdengar suara teriakan Mayasari. Tampak wanita itu mengejan seperti saat melahirkan tadi.

     “Dokter! Li-lihat!” teriak suster lain yang juga turut membantu dokter itu.

     “Ada apa, Sus!” seru dokter itu lalu berjalan ke arah suster itu yang saat ini sedang berdiri terpaku menatap ke arah jalan lahir Mayasari. Untuk sesaat, dokter itu juga tercekat melihat pemandangan di hadapannya. Tampak kepala bayi yang sudah menyembul di jalan lahir Mayasari.

     “S-Sa-kiiit!” teriakan Mayasari menyadarkan dokter dan suster itu. Meski diliputi keheranan, dokter itu tetap membantu proses kelahiran bayi itu. Bersamaan dengan suara petir yang menggelegar, bayi itu pun berhasil dilahirkan. Namun anehnya, bayi itu tidak menangis sama sekali meski dokter sudah membuatnya menangis. Bayi itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan bayi yang pertama tadi. Namun, anehnya mata bayi itu sudah terbuka lebar. Sedangkan bayi yang lahir pertama tadi langsung menangis dan matanya terpejam. Entah mengapa, dokter dan suster merasa sedikit takut melihat mata bayi itu yang seolah sedang menatap tajam mereka.

     “Dokter! Bu Maya pingsan!” seru seorang suster yang bertugas mengurus bayi Mayasari yang lahir pertama dengan panik. Dokter segera memeriksa kondisi Mayasari.

     “Kita observasi dulu di sini. Setelah beliau sadar, baru pindahkan ke kamar perawatan. Oh ya, tetap bersihkan dan rawat bayi yang baru lahir tadi!” titah dokter itu. Kemudian dia keluar ruangan untuk menemui keluarga Mayasari.

     “Bagaimana kondisi istri saya, dok!” seru Rudi begitu melihat dokter tadi kembali keluar ruangan.

     “Bapak, silakan masuk dan adzankan kedua putri Bapak,” ucap dokter itu. Nampak, sorot mata lelah dari dokter itu. Sementara itu, Rudi dan kedua orang tuanya terperanjat mendengar ucapan dokter itu.

     “Du-dua dok? Istri saya melahirkan dua bayi? Tapi ... kata dokter ...”

     “Saya juga bingung, Pak. Saya yakin tidak salah melakukan USG waktu itu. Hanya ada satu bayi dalam kandungan ibu. Bapak sendiri juga melihatnya kan?” tanya dokter itu. Rudi hanya mengangguk membenarkan.

     “Silakan, Pak,” ucap dokter itu lagi.

     Dengan diliputi kebingungan dan keheranan, Rudi melangkah ke ruangan itu untuk mengadzankan dua putrinya.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status