Share

Ch. 6 New Job

"Oke, gue udah bilang ke HRD, mulai sekarang elu jadi personal asisten gue!" guman Arnold lalu meletakkan gagang telepon dan menatap gadis yang duduk di hadapannya itu lekat-lekat.

"Terus sekarang nih gue ngapain?" tanya Sisca sedikit gemas. Semoga aja sosok itu tidak berusaha mengerjai dirinya.

"Pertama lu, eh siapa nama lu?" tanya Arnold yang masih menatap wajah Sisca dalam-dalam.

"Fransisca Andania, panggil saja Sisca." jawab Sisca singkat.

"Oke Sisca, karena sebentar lagi gue sibuk meeting dan lain-lain, sementara semua sudah diatur sekretaris kantor, jadi elu mending pulang dulu beberes rumah, oke?"

"Astaga, gue beneran jadi pembokat elu?" teriak Sisca gemas, tapi gajinya? Astaga ... okelah nggak apa-apa dia jadi pembokat, penting duitnya banyak.

"Kan elu sudah setuju tadi! Dan sini gue butuh nomor elu, ntar lu minta juga nomor sekretaris gue, jadi kalian koordinasi jadwal gue dan lain-lain, jadi gue ntar tinggal jalanin aja, paham kan?"

Sisca mendengus kesal, ia merogoh saku roknya dan menyodorkan iPhone miliknya ke bosnya yang menyebalkan itu. Ahh ... takdirnya jelek sekali harus membuang banyak waktu bersama sosok itu.

Tampak Arnold mengetik nomor itu lalu mencoba membuat panggilan ke nomor Sisca, benar saja, panggilan itu masuk.

"Save nomor gue, penting tuh buat kerjaan lu!" perintah Arnold tegas. Ia mengembalikan iPhone itu kepada sang pemilik.

Sisca hanya menghela nafas panjang, ia kemudian mensave nomor Arnold ke dalam iPhone-nya. Bos Rese, begitu nama kontak yang Sisca berikan untuk kontak Arnold.

"Oke gue balik!"

"Eh tunggu! Gue belum selesai ngomong! Lu tuh nggak ada sopan-sopannya ya sama bos sendiri!" gerutu Arnold kesal.

"Iya deh, ada apa lagi, Bos?" Sisca memutar bola matanya dengan gemas.

"Untuk pakaian, harus rapi kayak gini walaupun kerjaan elu cuma nyuci, nyapu dan ngepel rumah gue, paham?"

Sisca sontak melotot, "Jadi harus pakai kayak gini pasti ngepel, nyikat kamar mandi? Jangan gila!"

"Oh, atau mungkin elu perlu gue beliin kostum Lolita gitu? Boleh deh kayaknya!" guman Arnold sambil menyeringai lebar.

"Idih ogah!" tukas Sisca sambil menggelengkan kepalanya, "Oke gue pakai pakaian formal, puas lu? Gue mau balik!"

"Eh tunggu! Buru-buru amat sih!" Arnold benar-benar gemas, dasar perempuan menyebalkan.

"Apaan lagi sih? Cepet ngomong biar cepet pulang gue, pasti kerjaan udah numpuk kan?" semprot Sisca kesal, sebodoh amat laki-laki itu bosnya, siapa suruh rese dan menyebalkan.

"Lu mampir belanja dulu deh, beli sprei, korden buat ganti, buat isi dapur, sabun cuci dan lain-lain, dirumah belum ada," Arnold menyodorkan CC dari dalam dompetnya.

"Udah? Ada apa lagi?" Sisca menerima CC itu lalu memasukkannya ke dalam dompetnya.

"Cukup, gue rasa cukup. Eh lu bisa masak kan?" tanya Arnold sambil menatap lekat-lekat Sisca yang tampak bosan berdiri dihadapannya.

"Bisa lah, katanya cewek kalo nggak bisa masak suruh meninggal?" guman Sisca sarkas.

Sontak Arnold tertawa terbahak-bahak, ia mengangguk pelan. Sisca masih dengan sabar menunggu apa lagi titah yang akan di berikan bosnya itu.

"Masakin gue sekalian ntar, jadi gue pulang semua harus siap, paham?"

"Paham bos, jangan khawatir!" tukas Sisca jenggah.

"Oke lu bisa cabut sekarang!"

Sisca mengangguk kemudian berbalik dan segera keluar dari ruangan Direktur Rese itu. Sementara Arnold hanya tersenyum geli melihat betapa jelek wajah personal asisten barunya itu.

Jadi namanya Sisca? Fransisca Andania? Arnold tersenyum ketika ingat wajah mereka pernah begitu dekat, tubuh mereka pernah menempel begitu dekat dan Arnold akui, sosok itu begitu cantik. Ia suka guratan wajah itu, sangat suka. Namun sekali lagi, sifat gadis itu benar-benar menyebalkan.

"Ahh apaan sih gue? Kenapa malah jadi mikirin cewek rese itu sih?" Arnold tersenyum geli, "Lihat aja deh, bakal gue kerjain elu selama kerja sama gue!"

***

"Ngimpi apa sih? Kuliah susah-susah lulus jadi pembokat? Keren sih bahasanya personal asisten, eh suruh nyapu, masak dan lain-lain. Setahu ku nggak gini juga deh jadi personal asisten itu!" gerutu Sisca sambil memakai helm-nya, ia kemudian menghidupkan motornya dan membawa motornya pergi dari halaman parkir perusahaan tekstil besar ini.

"Rese sama aku awas aja ntar, aku kerjain habis-habisan! Jangan lupa aku yang urus rumah dan kebutuhan pribadi kamu nanti!" ancam Sisca sambil tersenyum sinis.

Ia terus membawa motornya memecah keruwetan jalan raya siang itu, harus belanja kemudian masak dan membereskan rumah. Astaga, lulusan manajemen ujungnya di dapur juga kerjaan dia!

"Moga aja sembuh sikap resemu, Bos! Awas aja makin rese, aku bikinin Kopi Jessica biar bablas sekalian!"

***

Arnold membawa mobilnya kembali pulang, semua pekerjaannya sudah selesai. Ia jadi begitu bersemangat pulang ke rumah hari ini, sekalian ia ingin melihat bagaimana pekerjaan personal asisten barunya itu. Apakah bagus? Atau sama berantakannya dengan sikap rese-nya yang menyebalkan itu.

Arnold mematikan mesin mobilnya, ia tersenyum melihat rumahnya tampak sudah begitu rapi dan bersih, lampu sudah menyala semua. Ia melepaskan seat belt-nya lalu melangkah turun.

"Sis, gue pulang nih!" lho, kenapa macam suami ke istri gini sih pakai laporan kalau dia sudah pulang? Kan ini rumah dia!

"Oh siap, Bos. Gue udah boleh balik nih?" Sisca muncul masih dengan rok span dan kemejanya tadi, hanya saya rambutnya ia ikat sembarangan dan sedikit berantakan.

"Kerjaan sudah beres semua?" tanya Arnold penuh selidik.

"Sudah! Sudah disapu, dipel, kamar mandi sudah disikat, cucian sudah dijemur semua dan makanan sudah siap, apa ada yang kurang?" tanya Sisca sambil menatap lekat-lekat sosok Arnold yang masih tampak bersih dan wangi meskipun sudah sangat sore seperti ini.

"Good job, okelah lu boleh balik, cuma nih ya, rambut tolong perhatikan juga, harus rapi. Elu personal asisten bukan pembokat!"

"Apa bedanya? Cuma beda nama doang, mana ada personal asisten disuruh nyapu ngepel?" protes Sisca sambil mencebik.

"Oh jadi nggak mau nih? Nggak masalah sih, besok balik jadi staff keuangan aja kalau begitu," guman Arnold sambil tersenyum jahil.

"Eh ... jangan gitu dong, sepuluh juta gue lenyap kalau gitu!" guman Sisca apa adanya.

"Makanya jangan bawel," tukas Arnold hendak masuk ke dalam rumah, "Eh tunggu, mulai besok elu setelah semua rumah rapi dan bikin sarapan, kalau gue berangkat ke kantor elu wajib ikut."

"Lah terus gue ngapain sih? Kan udah ada sekretaris elu, Bos?" ngapain Sisca ikut ke kantor.

"Personal asisten nggak boleh jauh-jauh dari bosnya, paham? Ya ntar elu bantuin gue kerjain kerjaan kantor, nemenin makan siang, ngawal gue, ya pokoknya gitulah."

"Terserah deh bos, gue mau balik!" Sisca kemudian melangkah ke rumahnya, meninggalkan Arnold yang masih berdiri di depan pintu rumahnya.

"Dasar personal asisten nggak sopan!" gerutu Arnold seraya masuk ke dalam rumahnya.

Sejenak Arnold tertegun, rumahnya jadi begitu rapi dan bersih, dan apa itu? Bahkan Sisca membelikan pengharum ruangan. Arnold tersenyum, ia melangkah ke dapur, benar saja semuanya rapi dan bersih.

Ia membuka tudung saji, tampak ada ayam bakar, sambal beberapa macam lauk lain. Arnold mengerutkan keningnya, yakin Sisca masak ini semua sendiri? Ia kembali menutup meja makan, ia melangkah ke kamar, sebelum makan ia ingin mandi dulu.

Dan sontak Arnold melotot kesal ketika masuk ke dalam kamarnya, bukan karena kamarnya kotor, kamarnya bersih, rapi dan harum. Tapi ...

"Astaga Sisca, apa-apaan ini?" rasanya Arnold hampir berteriak, ia menatap nanar kasurnya yang sudah berganti sprei itu. Bukan apa-apa, tapi yang menyebalkan adalah motif sprei dan bedcover-nya!

"Gila bener itu cewek! Dia beliin gue sprei dan bedcover gambar Kerropi?"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Pyeriel
Hahahaha.. koplaak sama2 ga mau ngalah.........
goodnovel comment avatar
arcobaleno2779
aduh Thor, suka deh sama ceritanya. ngga berhenti ketawa nih gw. lucu. semangat yaw...
goodnovel comment avatar
Ayumi afifah
lucccu.... wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status