Share

Bab 3 - Pertempuran Senjata Surga

Bab 3 - Pertempuran Senjata Surga

Bagian 1

Muhanov tidak terlalu suka dengan humor gelap yang dibuat Andreana. Terutama saat Andreana terkesan seperti mengejek ayahnya yang sudah mati. Muhanov ingin membicarakan hal tersebut kepada ibunya. Jadi dia bertanya kepada Sirly kapan bisa bertemu dengan ibu Andreana yang setidaknya tanpa ketahuan Andreana. 

Beruntungnya Muhanov bisa bertemu dengan ibu Andreana saat  jam 3 dini hari karena ibunya selalu bangun di saat itu untuk berdoa. Jadi Muhanov mencoba menemuinya saat jam 4 pagi. 

Saat Muhanov mau keluar dari kamar Andreana. Elizabeth mendapati tuannya yang mau keluar. Awalnya Elizabeth minta ikut tapi ditolak dan Muhanov menyuruhnya untuk memeluk Andreana. Tentu saja Elizabeth tidak menyukainya, tapi karena itu perintah, maka harus dipatuhi.

Sirly mengantar Muhanov ke kamar ibu Andreana dan akhirnya Muhanov bisa bertemu dengan Rim dan berbincang-bincang dengannya soal humor gelap Andreana.

“Maaf ya soal anakku,” kata Rim dengan pelan, “Meskipun begitu, Andreana saat Ayahnya meninggal, dia menangis selama 5 hari dan terus menaburi bunga ke nisan ayahnya selama 2 minggu. Andreana itu sangat dekat dengan ayahnya, kehilangannya membuat dia sangat terpukul sampai-sampai dia hanya tidak nafsu makan selama 1 bulan.”

Rim menawari kue yang ada di depannya dan Muhanov mengambilnya satu

“Bukan begitu, aku hanya tidak bisa tertawa dengan humor gelapnya.” balas Muhanov.

“Dulu aslinya dia tidak begitu, meskipun nakal dan berisik, setiap ada pemakaman, dia pasti selalu diam. Kadang kalau ada orang yang malah membahas keburukan atau rebutan warisan, dia selalu memarahi mereka.” kata Rim sambil meminum tehnya dengan perlahan.

“Begitu ya, aku hanya tidak terlalu suka ketika dia terlihat tidak sopan kepada yang sudah meninggal.”

“Maafkanlah dia. Mau bagaimanapun juga, Andreana adalah satu-satunya anakku yang paling menderita. Sejak muda dia sudah menjadi Grand Master Templar dan dipaksa ke medan perang, pasti sudah banyak hal yang menimpa dirinya saat itu. Sebagai ibunya, aku sangat sedih karena aku tidak bisa melihat bagaimana kondisi anakku waktu itu.”

“Begitu ya…”

“Tapi, Aku sangat bahagia anakku bisa pulang dengan selamat. Aku sempat sedih ketika dia jadi agak gila setelah pulang ke rumah. Jika kau lihat kebun di sana,” Rim menunjuk ke arah luar jendela, “Itu dibakar habis oleh Andreana. Medan perang benar-benar memberikan dampak yang berat baginya. Untungnya setelah anakku membawamu ke rumah ini, dia jadi lebih tenang. Aku berterima kasih.”

“Iya, sama-sama.”

“Cintailah dia ya nak Muhanov. Andreana sudah percaya kepadamu, bahkan ayahnya yang sangat keras kepala itu saja bisa dipaksa menyerah olehnya. Meskipun akhirnya dia sudah meninggal dulu sebelum melihat anaknya menikah.” 

“Iya.”

“Meskipun aku heran kenapa kau bisa langsung menerima lamarannya. Padahal seingatku, semenjak Andreana jadi Grand Master dan memberikan dakwah tentang kebenciannya kepada ciptaan Dewi Narrum. Dia sampai membunuh tanpa ada ruang ampunan hidup kepada mereka”

“Yah….” Muhanov sedikit bingung mau menjawabnya.

“Ah, aku tahu! Anakku Andreana ini pasti sangat cantik kan? Tubuhnya juga bahenol, apalagi buah dadanya besar. Mana ada pria yang bisa menolak kecantikan anakku.” kata Rim sambil terkikih-kikih.

“Ah ya, tidak begitu.” Meskipun sebenarnya yang dikatakan Rim ada benarnya.

“Sudahlah, mengaku saja. Aku bangga bisa melahirkan seorang gadis cantik seperti Andreana. Meskipun aku sedikit sedih karena sekarang Andreana sudah menjadi milikmu. Tapi sebagai ibunya, yang bisa aku lakukan hanya berdoa agar anakku bisa melayanimu dengan baik.”

“Tentu saja”.

“Aku sudah merawat Andreana dari bayi sampai dia cantik dan bahenol lo, jangan sia-siakan dia.”

Entah kenapa Muhanov merasa Rim memperlakukan Andreana sebagai barang. 

“Iya, aku janji.” jawab Muhanov.

“Ngomong-ngomong, kau sudah menikmatinya?” tanya Rim

“‘Menikmati’?”

“Berhubungan badan tentu saja”

“Ah.” Muhanov jadi ingat saat ibunya mengunjungi ruangan Andreana kemarin, “Yah….. belum.”

“Memalukan kamu nak Muhanov. Setubuhilah sekarang sebelum keburu basi. Dia sudah berumur 45 tahun sekarang.”

“Ah yah. Aku tidak bisa melakukannya begitu saja.”

“Kenapa?”

“Ada beberapa hal yang harus aku lakukan. Seperti, mengenalnya lebih dulu mungkin?”

“Ahh, begitu ya. Yah tidak heran sih. Tiba-tiba kamu dilamar oleh orang yang sudah membunuh banyak teman dan saudaramu dari ciptaan Dewi Narrum. Pasti ada rasa canggung dengannya. Hmm hmm, aku paham sekali,” kata Rim sambil mengangguk-angguk, “Tapi perang sudah berakhir kan? Langsung nikmati saja anakku. Jangan buat perjuanganku yang sudah merawatnya jadi sia-sia,”

“Iya bu,”

Muhanov jadi tidak menyangka Rim juga suka humor gelap. Dia rasa Andreana yang suka humor gelap juga berasal dari ibunya. Meskipun begitu Muhanov tidak mau mengatakannya terus terang.

Ketika jam sudah menunjukkan jam 6 pagi, jam dinding di kamar Rim berbunyi. Tidak disangka mengobrol dengan Rim benar-benar tidak terasa waktunya. Muhanov akhirnya pamit untuk kembali ke kamar Andreana sebelum dia bangun.

Bagian 2

Andreana hari ini berencana untuk ke Istana Templar setelah sarapan. Tentu saja dia mau mengajak Muhanov juga ke sana.

“Tunggu, untuk apa aku harus ikut denganmu ke sana.” tanya Muhanov.

“Meminta pemberkatan kepada Kardinal untuk pernikahan kita.” jawab Andreana.

“Pemberkatan. Bukannya Dewi Narrum sudah cukup?”

“Iya. tapi sebagai umat yang taat. Aku butuh pemberkatan dari Kardinal juga. Apa kau keberatan?”

“Tentu saja aku keberatan. Aku tidak mau kembali ke sana. Bagaimana jika mereka menangkapku lagi?”

“Jangan khawatir Muhanov. Kau bersamaku. Aku adalah Grand Master dan kau adalah suamiku. Mereka tidak akan berani menyentuhmu.”

“Tidak, aku tidak mau!”

Andreana lalu berdiri dari meja makan dan memegang kedua tangan Muhanov. Setelah itu Muhanov diminta berhadapan dengannya. Andreana lalu berlutut dengan wajahnya menunduk ke lutut Muhanov.

“Kumohon suamiku. Aku mengerti permintaanku sangatlah berat. Tapi, ini semua demi kita. Mendapatkan pemberkatan dari Kardinal adalah syarat bagiku agar pernikahan kita diterima oleh Templar.”

Muhanov sebenarnya masih mau berkata tidak. Tapi dia juga tidak suka ketika melihat istrinya mulai berlutut di depannya.

“Baiklah, jangan berlutut. Berdirilah.” kata Muhanov sambil membangunkan Andreana.

“Oh, jadi kau mau?” tanya Andreana

“Tidak!”

Andreana langsung bersujud kepada Muhanov sambil mencium kakinya.

“Tunggu, kenapa kau malah bersujud?” tanya Muhanov.

“Aku memohon kepadamu Muhanov—Suamiku.” jawab Andreana.

Muhanov tambah tidak suka lagi melihat Andreana sampai bersujud kepadanya. Bahkan Rim yang melihat mereka jadi mesam-mesem, dia lalu pergi dari ruang makan karena tidak mau berusaha untuk mencampuri urusan mereka.

“Ya sudah. Aku mau ikut.” kata Muhanov.

Muhanov sudah menyerah tidak bisa membuat Andreana berhenti bersujud kepadanya.

“Benarkah? Terima kasih suamiku” balas Andreana langsung bangun dan memeluk suaminya.

Andreana jadi senang karena Muhanov menerima permintaannya. Mau bagaimanapun juga, mendapat pemberkatan nikah dari Kardinal juga sangat penting baginya agar pernikahan mereka selalu diberkati oleh Tuhan. Andreana lalu meminta Sirly untuk memanggilkan taksi.

Sayangnya saat mereka berdua mau berangkat, Andreana tidak mengizinkan Elizabeth untuk ikut karena demi-human dilarang masuk ke istana suci. Elizabeth langsung cemberut, tapi Sirly mencoba menghiburnya dengan meminta izin ke Muhanov untuk mengajak Elizabeth ke suatu tempat. Muhanov mengizinkannya dan Elizabeth langsung diajak pergi oleh Sirly.

Setelah itu Andreana dan Muhanov masuk ke dalam kereta kuda dan langsung menuju ke Istana Templar.

Perjalanan menuju ke Istana Templar sebenarnya tidak cukup jauh karena Istana Templar juga berada di pusat kota Sheffield. Hanya saja perjalanan mereka jadi sedikit lama karena kota Sheffield benar-benar kota yang ramai. Banyak orang saling lalu lalang kesana kemari untuk bekerja.

“Ramai sekali kota ini.” kata Muhanov.

“Tentu saja. Soalnya ini juga Ibukota Briton.” balas Andreana.

Setelah menempuh 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai ke Istana Templar. Mereka berdua lalu turun dari taksi dan berjalan menuju ke pintu gerbang Istana Templar.

“Inilah Istana Templar, indah sekali bukan?” kata Andreana.

Andreana menunjukkan Istana Templar yang berdiri dengan megah di depan mereka. Istana itu memiliki tiga Kubah putih yang menjulang sangat tinggi. Bahkan kubah itu bisa terlihat dari gerbang masuk kota Sheffield. Warna putih kubah itu juga sangat indah saat terkena cahaya matahari dan tidak menyilaukan sama sekali. 

Meskipun begitu, Istana ini bukan hal yang pertama kali dia kunjungi. Dia sudah pernah mengunjungi tempat ini saat pasukan Templar membawanya untuk disidang. Kenangan buruknya jadi teringat kembali di sini..

Andreana lalu membuka panel [Preset Outfit]nya dan mengubah pakaiannya, pakaiannya berbeda dengan pakaian kasual yang dia pakai tadi. Pakaiannya adalah sebuah seragam dan jubah putih dengan simbol simbol Templar di bagian dada seragamnya dan simbol salib dengan bintang berujung enam di tengah di bagian samping jubahnya.

Muhanov terpana dengan seragam dan jubah yang digunakan. Sesaat dia terasa seperti bukan istrinya.

“Ayo kita masuk.” ucap Andreana sambil menarik tangan Muhanov.

Sayangnya langkah Andreana langsung berhenti ketika Muhanov tidak ikut berjalan dan malah berdiri terpaku. Muhanov masih takut masuk ke sana. 

Tanpa basa-basi, Andreana lalu merangkul lengan kanan Muhanov sampai lengannya menempel di antara kedua buah dada Andreana. Kenikmatan dari lembut dan besarnya buah dada Andreana sesaat membuat rasa takut Muhanov jadi hilang. Tapi, Muhanov masih menolak untuk masuk.

“Ayo masuk, jangan khawatir. Mereka tidak akan memarahimu.” ucap Andreana menarik paksa Muhanov masuk.

Muhanov akhirnya menyerah karena Andreana mulai menariknya lebih keras.

Saat mereka berdua masuk ke wilayah Istana Templar, Askar Templar yang berjaga di gerbang masuk langsung memberikan hormat dengan menaruh tangan kanan mereka tepat diatas jantung. Bahkan biarawan dan biarawati juga melakukan hal yang sama ketika Muhanov dan Andreana melewati mereka.

Muhanov jadi sangat takjub melihat semua orang yang berpapasan dengan istrinya memberi hormat kepadanya. Tidak ada hawa kebencian sama sekali dari mereka ketika Muhanov ikut berjalan bersama Andreana.

“Kau sangat dihormati disini, Andreana.” ucap Muhanov.

“Tentu saja, aku kan Grand Master Templar.” jawab Andreana dengan bangga.

Setelah itu mereka masuk ke dalam Istana. Saat mereka masuk, sebuah salib besar berwarna merah menjulang tinggi di depan mereka. Andreana lalu melepas pelukan tangannya dan berjalan menuju ke depan salib besar tersebut. Dia mengepalkan kedua tangannya dan kepalanya menengadah ke atas dan berdiri diam di sana.

Muhanov mencoba mendekati Andreana untuk melihat apa yang dia lakukan. Saat dia  berdiri di samping Andreana, dia melihat istrinya yang tersenyum sambil memejamkan mata.

Muhanov tidak mengerti apa yang dilakukan istrinya. Jadi dia tidak akan mengganggu. Tapi dia sempat tertarik dengan seragam dan jubah Templar yang Andreana kenakan. Muhanov jadi hampir tidak percaya jika seorang Grand Master adalah istrinya. Andreana benar-benar terlihat sangat berbeda. 

"Andreana, kau sangat cantik dengan seragam dan jubah Templarmu" ucap Muhanov.

Muka Andreana tiba-tiba memerah saat mendengarnya. Dia langsung menutup mukanya dengan tangan untuk menahan malu.

Setelah rasa malunya hilang, Andreana lalu membuka tangan di wajahnya dan menoleh kepada Muhanov.

"Ya ampun suamiku. Aku jadi terkejut. Kau sampai membuatku berhenti berdoa." kata Andreana.

“Ah maafkan aku. Aku tidak tahu” balas Muhanov yang masih memandangi Andreana. 

Andreana lalu melanjutkan doanya lagi.

“Kamu cantik, Andreana.” ucap Muhanov.

Andreana merasa ingin menabrakkan kepalanya ke salib tersebut mendengar suaminya memujinya lagi. Dia menutup mukanya lagi karena malu.

“Ah sudahlah! Aku lewati saja doa kali ini. Dan suamiku, berhentilah memujiku.” ucap Andreana.

“Tapi kamu memang sangat cantik Andreana. Apalagi dengan seragammu sekarang.” balas Muhanov sambil tersenyum.

“Eh benarkah? Kau tidak bercanda?”

“Benar. Kau jadi sangat cantik sekali”

Andreana jadi tersipu malu lagi. “Terima kasih” balasnya.

Andreana lalu menari sambil berputar-putar karena senang dipuji oleh Muhanov. Dia menari-nari dengan melebarkan tangannya. Setelah menari, dia lalu memeluk Muhanov dengan hangat.

Setelah itu Andreana mengajaknya menuju kantornya yang berada di lantai dua. Hanya saja karena Muhanov masih sedikit canggung berjalan di dalam istana, Andreana memeluk lengan Muhanov lagi dan menemaninya sambil berjalan bersama.

Tidak disangka, istana ini benar-benar sangat luas. Muhanov jadi sangat takjub bisa melihat dalam istananya yang begitu indah. Di dalam istana ini juga ada banyak sekali ruangan seperti perpustakaan, kantin, kelas, dan sebuah taman besar juga ada di dalamnya. Burung, kupu-kupu, dan capung juga terbang dengan bebas di lorong istana tersebut. Bahkan perjalanan menuju ke kantor Andreana juga terasa jauh saking luasnya istana tersebut. 

Meskipun masuk ke dalam Istana Templar bukanlah hal yang pertama kali dia rasakan. Hanya saja kalau diingat-ingat, saat dia dibawa ke istana ini, sepertinya dia tidak pernah melihat jalan yang sekarang dilewati bersama Andreana.

Setelah Mereka melewati lorong istana yang panjang dan menaiki tangga, akhirnya mereka sampai ke kantor Andreana.

Kantor tersebut memiliki 2 pintu tanpa kenop berwarna putih yang besar dengan 4 simbol bintang berujung enam berwarna biru di ujung dan sebuah salib merah Templar di tengah-tengahnya. 

 “Ah aku lupa, disini kau tidak bisa masuk karena ada proteksi sihir di dalamnya. Jadi orang luar yang tidak ada di daftar [Database] Templar tidak akan bisa masuk,” kata Andreana sambil melihat sekeliling “Itu ada tanda ke Perpustakaan, bisakah kau menungguku di perpustakaan itu? Itu tempat umum kok, semua orang boleh kesana.”

Muhanov hanya berdiri saja sambil menoleh papan tanda perpustakaan yang menuju ke lantai satu.

“Kenapa kamu tidak memasukkan aku saja ke dalam [Database]?” tanya Muhanov.

“Sayangnya ini batas kuasaku sebagai Grand Master. Jadi aku tidak bisa memasukkanmu. Mungkin nanti aku bisa meminta Kardinal memasukkan datamu” balas Andreana.

“Hmm begitu ya. Kalau begitu bisa antarkan aku ke perpustakaan?”

“Lah kenapa? Kau bisa ke sana sendiri kan? Kan aku sudah bilang itu tempat umum, semua boleh kesana”

“Semua, kecuali manusia ciptaan Dewi Narrum kan? Ini Istana Templar Andreana. Apa kau pikir aku bisa baik-baik saja di sini?”

“Tentu saja. Aku istrimu dan aku Grand Master. Jangan khawatir tidak ada yang akan berbuat macam-macam kepadamu. Jadi kau bisa pergi sendiri kan?” tanya Andreana, tapi sayangnya Muhanov memberi wajah melas, “Ah baiklah, aku antarkan kamu. Ayo!”

Andreana lalu merangkul tangan Muhanov dan mengantarkannya ke perpustakaan. Setelah Andreana mengantarkan suaminya ke sana, dia langsung kembali ke Kantornya. 

Andreana lalu menempelkan tangannya ke tengah-tengah pintu tersebut dan keluarlah sebuah kenop pintu, kenop itu lalu dipegangnya.

“Aku titahkan. Jika kau mendengar panggilanku di antara mereka, bukalah pintumu.” ucap Andreana.

Pintu tersebut lalu mengecek sidik sirkuit sihir yang ada di tangan Andreana, setelah itu keluarlah sebuah burung putih dari atas pintu dan mendarat di kepala Andreana.

“Grand Master Andreana Sheffield. Diterima.” ucap burung tersebut.

Pintu tersebut lalu membuka kuncinya. Suara mekanisme di dalamnya terdengar nyaring dan terasa seperti membentuk sebuah lagu. Perlahan-lahan pintu terbuka dan mempersilahkan Andreana untuk masuk. Setelah dia masuk, dia melihat-lihat ruangannya dan ternyata kondisinya masih sama saat dia meninggalkannya. Buku-buku ada di lantai, meja dan kursi; kertas-kertas berserakan; barang-barang lainnya juga tidak berada pada tempatnya. Sederhananya masih berantakan.

Andreana lalu memanggil peri buku untuk membantu merapikan ruangannya. Dia memanggil mereka dengan menepuk kedua tangannya 5 kali. Peri buku itu langsung keluar, peri itu seperti manusia tapi bersayap dan tubuhnya sekecil capung. Mereka lalu merapikan seluruh ruangan Andreana sampai bersih.

Setelah bersih, dia lalu duduk sebentar di kursi kerjanya.

“Haaaa, jadi kangen.” gumam Andreana.

Saat Andreana masih bernostalgia dengan ruangannya, tiba-tiba Seorang Katedral Alpha muncul di sampingnya. Katedral Alpha adalah manusia kerdil yang tubuhnya dibentuk oleh Automaton dengan diberi kecerdasan buatan agar bisa bergerak..

“Andreana Sheffield, selamat datang kembali.” ucap Katedral Alpha sambil membungkuk.

Kemunculan Katedral yang tiba-tiba di sampingnya mengagetkan Andreana sampai dia jatuh dari kursinya.

“Kau! Jangan mengagetkanku!” ucap Andreana dengan marah

“Sudah kewajiban bagi kami, Katedral Alpha untuk hadir di samping Grand Master Templar saat dia membutuhkannya”

“Ya kalau bisa munculnya jangan benar-benar di sampingku.” 

Katedral Alpha tidak terlalu peduli dengan protes Andreana, dia lalu membantu Andreana berdiri setelah itu dia merapikan kursi Andreana dan membawa Andreana kembali ke kursinya.

“Apa yang bisa hari ini aku bantu?” tanya Katedral Alpha.

“Aku ingin mengembalikan Excalibur,” kata Andreana sambil membuka panel [Inventory] dan mengeluarkan pedang Excalibur. Pedang itu dia bungkus dengan kain dan langsung diberikan kepada katedral, “Aku dengar kalian sudah menemukan Grand Master baru yang akan memegang Excalibur.”

“Iya, benar.”

“Baguslah kalau begitu.”

Katedral Alpha tersebut lalu memeriksanya, dia membuka pedang Excalibur dari Avalon dan menganalisanya.

“Excalibur, Senjata Suci Templar, Diterima.” Katedral Alpha lalu membuka sebuah portal dimensi sihir dan memasukkan Excalibur ke dalamnya. 

Andreana lalu meregangkan punggungnya dengan bersandar di kursi empuknya dengan tenang dan mencoba mengenang hari aktifnya dulu.

Setelah itu, Katedral Alpha minta pamit untuk membawa senjata suci Excalibur ke Kardinal. Tapi sebelum itu dia mau melakukan pengecekan panel [ID] yang dimiliki oleh Andreana sebelum dia meninggalkan tempat tersebut. 

“Grand Master Andreana?” tanya Katedral Alpha.

“Ya?” balas Andreana.

“Saya melihat nama margamu bukan Sheffield lagi, tapi Merlinstone. Apakah saya perlu mengganti semua [ID] dari seluruh barang dan ruanganmu di Istana ini?”

“Ya baiklah, lebih baik begitu”

“Karena anda sudah menikah, gelar Santamu akan dicabut dan anda akan diliburkan selamanya dari segala pekerjaan aktif sebagai Grand Master Templar. Tapi, anda masih diijinkan memegang jabatan itu karena Senjata Suci Apel Eden masih terkoneksi denganmu. Jadi, jika ada pekerjaan yang membutuhkan Grand Master untuk dipanggil, anda memiliki hak untuk menolak.”

“Iya aku sudah tahu itu. Nilai di panel [Rank]ku di Templar juga tidak berubah kan meskipun aku sudah menyelesaikan sesuatu yang berhubungan dengan misi Templar.”

“Ya.”

“Yah mau gimana lagi.”

“Baik, saya akan memperbarui database anda.”

Katedral Alpha mengeluarkan panel [Database], dia lalu mengatur dengan jari-jarinya dan memasukkan segala informasi dari panel [ID] Andreana dan dimasukkan ke dalam panel [Database].

“Terima kasih sudah menunggu. [Database] anda sudah selesai. Apakah anda ingin melakukan pengecekan kembali.” tanya Katedral Alpha.

“Tidak perlu.” balas Andreana.

“Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?”

“Aku rasa—”

BRRAAAAKKKKK

Kalimat Andreana terhenti saat ada seorang pria yang tiba-tiba menabrak jendela kacanya. Dia sangat terkejut ketika dia mengenali pria itu: rambut putih dengan jubah abu-abu.

“Muhanov? Muhanov!” teriak Andreana mendekati jendela kaca tersebut, tapi karena jendela itu tidak bisa dibuka, dia tidak bisa menolong Muhanov yang sempat menempel di permukaan kaca jendela itu. Jendela itu langsung memperbaiki bentuknya kembali dan Muhanov mulai jatuh ke bawah, “Katedral Alpha, apa yang terjadi di taman Firdaus?”

“Baik, akan saya periksa.” jawab Katedral Alpha.

Katedral lalu membuka panel [Projection] dan menampilkan keadaan di sama. Panel tersebut memperlihatkan banyak orang yang mulai berkumpul di Taman Firdaus. Mereka berkumpul karena ada sebuah keributan di sana. Andreana melihat Muhanov yang baru saja terjatuh mencoba bangun dan mengobati dirinya sendiri. 

Hanya saja Muhanov tiba-tiba diserang oleh sebuah sinar yang langsung membuatnya terlempar ke semak-semak. Sinar itu sangat terang dan berwarna putih. Andreana meminta Kardinal untuk memperlihatkan siapa orang yang menyerangnya. Dia langsung terkejut ketika yang menyerang Muhanov adalah sahabatnya, Grand Master Leon.

Leon mulai berjalan mendekati Muhanov. Muhanov yang tidak berdaya mencoba merayap menjauh, tapi karena lukanya terlalu besar, dia tidak mampu bergerak. Saat Leon sudah berada tepat di depan Muhanov, dia lalu mengangkat senjata suci berbentuk pedang kunci dan mulai melantunkan sebuah doa.

“Katedral Alpha, bawa aku kesana sekarang!” teriak Andreana.

“Baik.” jawab Katedral.

Katedral Alpha lalu memegang tangan Andreana dan langsung melakukan teleportasi. Dia langsung muncul tak jauh dari Muhanov. Andreana langsung mencabut pedangnya dari sabuknya tanpa mengeluarkan dari sarungnya. Dia berlari ke tempat Muhanov dan langsung menahan tebasan Leon yang ditujukan kepada Muhanov.

Seketika kedua senjata suci itu mengeluarkan suara dengung yang keras ketika mereka beradu. Leon jadi kaget saat Andreana tiba-tiba muncul dan menahan pedangnya. Dia lalu mundur dan menaruh pedangnya ke sabuknya.

“Andreana, apa yang kau lakukan disini?” tanya Leon.

Andreana tidak menghiraukan pertanyaan Leon dan langsung mendekati Muhanov.

“Suamiku, kau tidak apa-apa.” tanya Andreana sambil mengangkat tubuhnya.

“Aku rasa…. tidak.” Muhanov menjawabnya dengan lirih dan berusaha tersenyum saat Andreana akhirnya datang.

“Maafkan aku suamiku, aku akan menyelamatkanmu”

“Tidak…. dia.. .“

Muhanov hampir kehilangan kesadarannya.

“Katedral Alpha, bisakah kau menyembuhkan luka-lukanya.” tanya Andreana.

“Lukanya cukup besar, kekuatanku hanya bisa menyembuhnya sedikit. Aku butuh Katedral Beta.” jawab Katedral Alpha

“Tidak ada waktu untuk memanggil Katedral Beta, tolong suamiku Katedral Alpha!”

“Baik, Grand Master.”

Katedral Alpha lalu menyentuh tangan Muhanov dan mengalirkan sirkuit sihir penyembuh ke semua lukanya dan merekontruksi lapisan kulit yang terbuka agar darahnya tidak keluar. Andreana mengelus kepala Muhanov sambil menahan tangisnya. 

Setelah itu Andreana berdiri, dia langsung menghadap ke Leon. Alis Andreana mulai tertarik ke bawah, matanya menatap tajam kepada Leon. Andreana berjalan dengan penuh amarah sambil menggenggam erat senjata sucinya.

Leon jadi sedikit takut ketika Andreana menghampirinya dengan memancarkan aura kebencian yang sangat besar kepadanya. Tapi Leon berusaha tetap tegar sambil menyiagakan tangannya dengan memegang senjata sucinya.

“Apa yang kau lakukan kepadaku suamiku, Leon?” teriak Andreana dengan sangat keras.

“Suamimu?” ucap Leon kebingungan “Aku tidak percaya. Kau—Kau malah menikah? Padahal kau adalah Grand Master. Dan—dan  kau menikah dengan ciptaan Dewi Pendosa itu?”

“Dia suamiku dan kau berusaha membunuhnya!” kata Andreana sambil mencabut senjata suci dari sarungnya. Seketika pakaiannya berubah menjadi jubah besi. 

“Aku tidak percaya ini. Dosa apa yang telah membuat imanmu melenceng, Andreana?”

“Dosa? Dosa apa? Tidak ada dosa di sebuah pernikahanku yang suci.”

“Kau, kau. Namamu…. Andreana Merlinstone?” ucap Leon terkejut ketika dia melihat panel [ID] milik Andreana yang sudah berubah marganya.

“Ya! Namaku Andreana Merlinstone!”

“Me-Merlinstone…. “ Ucap leon dengan gemetaran, “Ha.....Ha…. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” Loen langsung tertawa dengan keras sambil memegang dahinya, “Kau, kau menikah dengan makhluk dari Dewi kotor dan berlumur dosa itu. Tidak bisa kupercaya, tidak bisa kupercaya.”

“Memangnya kenapa. Apakah itu masalah?” tanya Andreana sambil mengacungkan pedangnya kepada Leon.

“Tentu saja itu….MASALAH! Apa kau lupa, kalau mereka yang sudah diciptakan oleh Dewi Kotor itu sudah membusukkan tanah di bumi ini? Apa kau lupa, jika mereka sudah merusak kesucian semua makhluk hidup di bumi ini? Apa kau lupa semua itu, Andreana? Membawa makhluk dari Dewi Kotor ini saja sudah membuat Istana ini harus disucikan ulang!”

“Tidak, aku tidak lupa. Tapi Muhanov adalah suamiku. Itu sudah dua hal yang berbeda.”

“Astaga, aku tidak menyangkanya. Rupanya jiwa dan hatimu sudah mulai dibusukkan oleh makhluk kotor itu”

“Tidak ada yang kotor jika cintaku murni, Leon. apalagi tidak ada bukti jika suamiku sudah membusukkan dan mengotori kesucian tempat ini.”

“Hoo, begitu ya? Kalau begitu, apa kau sudah lupa siapa yang sudah membunuh Richard?”

Pertanyaan tersebut langsung menusuk Andreana. Amarah di wajahnya perlahan menghilang saat Leon menyebut nama Richard di depannya.

“Sekarang katakan, Andreana! Siapa yang sudah membunuh Richard, hah?” teriak Leon.

Andreana terdiam. Dia sampai memijat dahinya karena pusing akan kenangan buruk yang tiba-tiba langsung muncul di depannya. Kenangan buruk saat Richard meninggalkan dia; berita tentang kematian Richard yang disebar terang-terangan oleh Kerajaan Vangarian; serta, kepala mayat Richard yang diarak oleh Kerajaan Vangarian mulai muncul dalam pikirannya.

“Jawab aku, Andreana!” teriak Leon “Jawab aku! Siapa yang sudah membunuh Richard—”

Kalimat Richard terhenti saat sebuah semburan api yang berasal dari tangan Andreana langsung ditembakkan kepada Leon. beruntung senjata suci Firdaus yang dimiliki Leon memberikan perlindungan baginya, sehingga tidak ada api yang mengenai tubuhnya.

Melihat serangan api yang dibuat Andreana tidak mempan, dia langsung menambah daya serangannya. Serangan api dari Andreana begitu besar sampai rumput-rumput yang dilewatinya langsung gosong dan membentuk bekas hitam.

“Kau tidak tahu jawabannya atau kau tidak bisa menjawabnya sama sekali, Andreana?” tanya Leon.

“Diam kau, Leon!” teriak Andreana.

“Yang membunuh Richard adalah, Muhanov Merlinstone! Orang yang sudah kau nikahi itu pembunuhnya!”

“DIAAAAMMMMM!!” teriak Andreana menyemburkan apinya lebih besar lagi kepada Leon.

Tapi serangan Api Andreana benar-benar tidak bisa menyentuh Leon sama sekali. Leon berdiri dengan sangat tenang sambil menarik senjata suci dari sabuknya

“Begitu ya? Begitu jawabanmu? Begitukan arti pengkhianatan darimu?” kata Leon sambil menaruh senjata suci Firdaus  di depan dadanya, “Kalau begitu, agar dosamu diampuni oleh-Nya. Maka aku, Grand Master Leon memutuskan untuk memberikan hukuman langit Firdaus kepadamu.”

Leon mengacungkan senjata suci Firdaus ke atas. Setelah itu dia membentuk sebuah medan sihir yang membawa Andreana masuk ke dalamnya, [Sandbox]. Serangan api dari tangan Andreana langsung menghilang saat dia diseret masuk ke medan sihirnya. 

Senjata suci berbentuk pedang kunci itu diputar oleh Leon. Dia memutarnya seperti sedang membuka kunci. Setelah itu langit-langit Istana langsung berubah menjadi awan putih dengan sinar emas. Awan-awan itu lalu membuka apa yang mereka tutupi di balik awan tersebut. Sebuah sinar emas yang menyilaukan langsung turun dan menyinari tubuh Leon.

“Ya Tuhanku yang agung,” ucap Leon mulai melantunkan doa “Pemilik Surga yang Engkau hamparkan di langit. Berikanlah aku izin untuk membuka pintu-Mu dan berikanlah aku cahaya untuk mensucikan jiwa yang sudah tidak suci ini di depanku.”

Melihat Leon mau menembakkan serangan utamanya kepada Andreana. Andreana langsung menancapkan senjata suci Apel Eden ke tanah.

”Ya Tuhanku pencipta ibu pertiwi,” ucap Andreana melantunkan doa “Engkau yang sudah menjatuhkan buah surga ini bersama kami; serta, Engkau yang mengajarkan baik dan buruknya dunia ini.. Berikanlah aku kekuatan-Mu, berikanlah kesucian buah surga-Mu.”

Tanah disekitar Andreana mulai bergetar. Rumput-rumput yang sempat terbakar oleh Api Andreana langsung hidup kembali. Bunga Udumbara juga mulai tumbuh di mata pedangnya. bunga itu mengeluarkan aroma yang sangat harum dan menenangkan. Aromanya yang semerbak mulai menyelimuti seluruh taman. Setelah itu sebuah pohon besar langsung tumbuh di belakang Andreana.

“Sucikanlah dia, wahai Firdaus - The Gardens of Delight!” teriak Leon mengacungkan pedangnya ke Andreana.

Andreana juga mencabut pedangnya dari tanah dan mengacungkannya kepada Leon, “Turunkanlah buahmu, Lucifer - The Apple of Eden!

Dua senjata suci tersebut langsung beradu dan berhadapan. Senjata suci Firdaus memancarkan sebuah cahaya emas yang menyilaukan sedangkan senjata suci Apel Eden mengeluarkan sinar merah dan putih yang berputar seperti tornado. 

Kedua sinar dari kedua senjata suci yang berbeda itu saling berbenturan dengan sangat dahsyat. Permukaan tanah yang menjadi medan pertempuran mereka mulai hancur. Medan sihir yang dibuat Loen juga tidak mampu menahan kerusakan yang dibuat oleh mereka. Sehingga saat medan sihirnya mulai hilang, efek ledakan dari kedua senjata suci itu langsung melebar ke luar dan mengenai orang-orang yang berkumpul di sekitar mereka. 

Suasana menjadi sangat kacau karena Istana Templar mulai bergetar dan membuat semua orang di dalam menjadi panik. Apalagi pertempuran Andreana dan Leon sama sekali tidak ada tanda-tanda mau berhenti, bahkan tidak ada yang bisa menghentikan mereka sama sekali.

Katedral Alpha sampai harus berhenti mengobati luka Muhanov dan membentuk medan sihir pelindung untuk melindungi Muhanov.

“—Dengarkanlah firman-Nya wahai insan yang fana. Dia yang maha mengetahui. Dia yang maha mengampuni. Dia-lah sang cahaya. Dia-lah yang akan membersihkan semua kegelapan, Persembahkan diri kalian untuk diampuni. Persembahkan diri kalian untuk dibersihkan. Tuhan, kasihanilah mereka. Kyrie eleison” 

Tiba-tiba muncullah sebuah suara dari langit-langit. Seketika sebuah salib besar berwarna merah dengan bintang daud di tengahnya langsung turun ke bawah dan menancap di tengah-tengah Andreana dan Leon. 

Pertempuran Andreana dan Leon langsung berhenti saat salib besar itu menancap di sana. Lalu turunlah 20 pasukan dengan jubah bertudung putih, Katedral Beta, dari atas langit dan menangkap mereka berdua. Andreana dan Leon langsung dijatuhkan dan disuruh tiarap. Senjata suci mereka juga langsung dilepas dari tangan mereka sehingga baju besi yang dikenakan keduanya langsung menghilang dan kembali menjadi seragam Templar.

“Katedral Beta?” ucap Andreana berusaha melepaskan diri.

“Tangkap pemuda yang di samping Katedral Alpha” ucap seseorang yang misterius itu lagi dari langit.

Lima Katedral Beta lalu turun lagi dari langit dan mendarat di depan Muhanov dan Katedral Alpha. 

“Kalian—Lepaskan aku, Katedral beta!” teriak Andreana mulai meronta-ronta.

Katedral Beta mulai mendekati Muhanov dan Andreana mulai meronta lebih keras bahkan sampai membuat pasukan Katedral Beta yang menahannya langsung jatuh.

“Kalian! Jangan coba-coba mendekatinya! Sialan, lepaskan aku! Kubilang, lepaskan aku!” teriak Andreana lagi.

Katedral Beta turun lagi lebih banyak dari langit saat Andreana hampir berhasil lepas dari pegangan pasukan yang lain. Tubuhnya dibuat tengkurap agar tidak bisa meronta lagi. Tapi, Andreana tidak mau kalah. Dia memanaskan tubuhnya sendiri dengan menggunakan pengendalian apinya yang membuat tangan Katedral Beta langsung meleleh dan dia berhasil lepas lagi dari pasukan Katedral Beta. 

Katedral beta mulai turun lagi, tapi Andreana langsung menembaki mereka dengan semburan api di tangannya dan membuat mereka terbakar dan jadi abu. Setelah itu dia langsung berlari dan menyerang pasukan Katedral Beta yang mau memegang Muhanov. 

“Kalian! Jangan coba-coba memegang suamiku!” teriak Andreana mendekati Muhanov.

Setelah itu Andreana membuat sebuah kobaran api yang melingkarinya agar Katedral Beta tidak bisa mendekat.

Katedral Alpha langsung bingung dengan apa yang tuannya lakukan, “A-anu, Grand Master Andreana. Mereka—”

“Mereka akan membunuh suamiku!” ucap Andreana memotong kalimat Katedral Alpha, “Jangan dekat-dekat! Atau aku akan membunuh kalian semua!!”

Andreana lalu memperluas kobaran apinya dan mulai menembaki satu persatu Katedral Beta yang masih ngotot mendekatinya. Hanya saja dia kewalahan karena kalah jumlah saat Katedral Beta terus berdatangan tanpa henti dan berhasil menembus kobaran api yang melingkarinya.

Katedral Beta berhasil menembus serangan Andreana dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah serta mengunci tangannya.

“Suamiku! Muhanov! Lepaskan aku! Muhanov!” teriak Andreana memanggil nama suaminya sambil menangis, “Kumohon jangan! Jangan bunuh suamiku! Kumohon! Jangan ambil dia dariku” 

“—Aku tidak sedang ingin membunuhnya Andreana” ucap seorang pria yang tiba-tiba langsung muncul di dekat Andreana.

Pria tersebut adalah orang tua dengan brewok dan jenggot yang tebal dan panjang. Dia memakai jubah khas yang sangat berbeda dengan seragam templar. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian ibadat berjubah putih lebar dengan simbol salib merah besar di atasnya. Dia juga memakai sandangan yang menutupi seluruh pundak dadanya. Sebuah mitra (sejenis tutup kepala) juga menghiasi kepalanya.

“Ka-Kardinal?” ucap Andreana.

Orang tersebut ternyata adalah Kardinal. Kedatangannya langsung memberikan kesan penguasa yang sangat besar sehingga orang-orang yang berada di sekitar langsung berlutut. 

“Aku sedang menyuruh Katedral beta untuk menyembuhkannya dari luka-lukanya. Jadi tenanglah, Andreana. Lagipula, Katedral Alpha tidak punya kemampuan sihir penyembuh untuk luka yang berasal dari senjata suci kan?” ucap Kardinal.

Katedral Alpha memberikan tubuh Muhanov kepada Katedral Beta. Katedral Beta mulai melantunkan doa dan menyembuhkan Muhanov. Perlahan semua luka-luka Muhanov mulai menutup dan darah yang sempat keluar dari tubuhnya juga dibersihkan dan dikembalikan ke dalam tubuhnya. Terakhir mereka memeriksa seluruh fungsi tubuhnya apakah sudah kembali normal atau tidak, setelah selesai Muhanov mulai bangun.

“HWAAAAAAAAA!!!” teriak Muhanov kaget sampai dia merayap mundur ketika dia dikelilingi oleh beberapa manusia berjubah aneh tanpa wajah.

“Sebuah ekspresi yang wajar ketika melihat katedral Beta. Hei kalian, lepaskan Andreana.” ucap Kardinal.

Katedral Beta lalu melepaskan tubuh Andreana. Setelah itu Andreana langsung berlari ke Muhanov dan memeluknya.

“Suamiku!!” ucap Andreana sambil menangis.

“Oh! Andreana, kau tidak apa-apa?” tanya Muhanov.

“Harusnya aku yang bertanya soal itu Muhanov. Kau tidak apa-apa kan? Sudah tidak terluka kan?” ucap Andreana mencoba memeriksa seluruh tubuh Muhanov yang terluka tadi.

“Ah ya, aku baik-baik saja.”

“Yah setidaknya dia sudah cukup baik-baik saja” ucap Kardinal sambil mendekati mereka, “Sekarang, tangkap Andreana!”

Kardinal memerintahkan kembali Katedral Beta untuk menangkap Andreana. Katedral Beta melepas paksa Andreana yang masih memeluk Muhanov. Tangan dan kaki Andreana mereka pegang dan tubuhnya langsung di paksa untuk bersujud di depan Kardinal. Katedral Beta juga membawa Leon dan diperlakukan sama seperti Andreana.

“He-hei! Apa yang kalian lakukan—” ucap Muhanov yang langsung terhenti saat Katedral Beta mengeluarkan pedangnya dan menyuruh Muhanov tidak boleh mendekat.

“Mundurlah dulu, sang suami. Ini bukan urusanmu” ucap Kardinal, “Demi Tuhan. Aku tidak menyangka ada Grand Master yang bertarung di taman milik Tuhan ini. Apalagi pertempuran kalian bukanlah latihan suci. Melainkan sebuah pertengkaran yang saling membunuh saudara seiman kalian. Sungguh aku sangat kecewa. Apa yang sebenarnya terjadi kepada kalian sampai aku harus turun melihat kalian dan membatalkan upacara penerimaan Grand Master baru”

“Kardinal. Izinkan saya berbicara!” ucap Leon.

“Izin diterima.” jawab Kardinal.

Katedral Beta lalu mengangkat wajah Leon agar dia bisa berbicara kepada Kardinal dengan baik.

“Saya ingin melaporkan bahwa ada makhluk kotor dari Dewi berlumur dosa menyentuh buku-buku suci dari perpustakaan kita. Terlebih lagi, makhluk kotor ini adalah orang yang pernah ditahan dan dikurung oleh Templar. Sebagai Grand Master, saya memberikan hukuman yang sepantasnya bagi makhluk kotor tersebut, yaitu membunuhnya. Hal ini bertujuan agar buku-buku yang sudah dinodai olehnya tidak membekas lagi di perpustakaan kita.” jawab Leon dengan lantang dan percaya diri.

“Begitu ya, aku sangat mengerti” balas Kardinal.

“—Tidak! Suamiku—Argh!” ucap Andreana terhenti saat Katedral Beta menghantamkan kepalanya ke tanah.

“Siapa yang memberi izin untukmu berbicara, Andreana?” ucap Kardinal, “Baiklah. Sekarang aku bertanya kepadamu sang suami,” kardinal lalu menoleh kepada Muhanov, “Apakah benar kau menyentuh buku-buku suci di perpustakaan kami? Dan kenapa kau berada di perpustakaan kami?”

“Aku—Aku hanya, aku ada di sana menunggu Andreana. Aku disuruh oleh Andreana menunggu di perpustakaan. Karena aku bosan, aku mencoba melihat-lihat buku kalian dan membacanya. Setelah itu ada seseorang yang tiba-tiba menyerangku dan melemparku ke luar.” jawab Muhanov dengan sedikit ketakutan.

“Ya, Kardinal!” ucap Leon, “Dia sedang menodai—Arrghh!” ucapan Leon terhenti saat Katedral beta langsung menghantamkan kepalanya ke tanah.

“Aku belum mengizinkan kamu untuk berbicara lagi, Leon” kata Kardinal, “Sekarang, apa yang sudah Leon katakan adalah sesuatu yang benar. Memang seharusnya makhluk kotor sepertimu tidak diperkenankan untuk menyentuh buku-buku kami. Tapi, bukan berarti kau harus menerima hukuman seperti itu. Karena kau adalah suaminya Grand Master Andreana, maka seluruh dosa-dosa yang sudah kau lakukan akan dibebani kepada Andreana dan semua hukuman juga akan diberikan kepadanya.”

Muhanov hanya terdiam saja mendengarnya.

“Sekarang aku akan memberikan Pengadilan Senjata Suci.” kata Kardinal sambil menerima Senjata Suci Firdaus dan Apel Eden dari Katedral Beta.

Saat Andreana dan Leon mendengar kata Pengadilan Senjata Suci, tubuh mereka berdua langsung gemetar. Rasa takut dan khawatir yang besar mulai menyelimuti mereka berdua. Bahkan Andreana mulai menitikkan air mata.

Kardinal lalu mendekati Leon dan menyentuhkan ujung pegangan senjata suci itu di atas kepalanya, “Wahai Tuhanku yang Maha Pemberi. Senjata suci-Mu, Firdaus, telah digunakan oleh domba yang Engkau cintai dan sayangi. Hanya saja, sebuah perbuatan yang tidak terpuji telah dilakukan saat menggunakan senjata suci-Mu. Saya yang hanya insan yang fana ini tidak memiliki izin menghukum dirinya dan hanya bisa berserah diri kepada-Mu. Tuhan, izinkan Firdaus untuk menilai, apakah Grand Master Leon masih bisa diterima oleh-Nya?”

Senjata suci Firdaus perlahan mulai bersinar, sayangnya sinar tersebut redup dan perlahan-lahan senjata suci tersebut muncul banyak retakan. Retakannya semakin membesar dan senjata tersebut mulai hancur dan melebur menjadi debu. Debu itu langsung terbang ke atas dan menghilang.

“Terima kasih atas izinmu, ya Tuhanku” ucap Kardinal, “Tuhan telah memutuskan! Senjata Suci Firdaus telah menolak Grand Master Leon. maka artinya, Leon sudah bukan lagi sebagai Grand Master Templar dan dia sudah dipenuhi oleh banyak dosa sehingga tidak ada pengampunan bagi surga-Nya. Atas wewenangku sebagai Kardinal, maka aku akan memberikan hukuman baginya agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan. Hukuman baginya adalah pengasingan! Aku memutuskan untuk membuang Leon dari Templar dan tidak diperkenankan untuk kembali ke tempat suci ini agar dosa-dosana bisa diampuni!”

Setelah Kardinal mengucapkan itu. Katedral Beta langsung membawa Leon pergi.

“Sekarang giliranmu, Andrean.a” ucap Kardinal sambil memberi tanda kepada Katedral Beta untuk mengangkat wajah Andreana ke hadapannya.

Wajah Andreana saat diangkat terlihat kotor karena tanah. Dia juga menangis dan air matanya mengalirnya ke pipinya. Kardinal lalu menyentuhkan ujung pegangan senjata suci Apel Eden di atas kepalanya.

“Wahai Tuhanku yang Maha Mengetahui. Senjata suci-Mu, Apel Eden, telah digunakan oleh domba yang Engkau cintai dan sayangi. Hanya saja, sebuah perbuatan yang tidak terpuji telah dilakukan saat menggunakan senjata suci-Mu. Saya yang hanya insan yang fana ini tidak memiliki izin menghukum dirinya dan hanya bisa berserah diri kepada-Mu. Tuhan, izinkan Apel Eden untuk menilai, apakah Grand Master Andreana masih bisa diterima olehnya?” ucap Kardinal.

Senjata suci Apel Eden mulai bersinar. Sinarnya sangat terang dan menyilaukan tapi begitu indah karna membentuk pelangi di sekitarnya. Apel Eden lalu meleburkan diri dengan sinar tersebut dan memindahkan dirinya sendiri ke sabuk pedang Andreana.

“Terima kasih atas izinmu, ya Tuhanku” ucap Kardinal, “Tuhan telah memutuskan! Apel Eden masih menerima Andreana sebagai pemiliknya. Maka segala hal yang sudah dilakukan Andreana adalah sebuah kebenaran yang murni dan suci. Atas wewenangku sebagai Kardinal, maka aku tidak akan memberikan hukuman kepadanya.”

Andreana langsung berhenti menangis dan tersenyum. Dia bahagia karena Apel Eden menerimanya sekaligus semua yang telah dilakukannya bukanlah sebuah dosa baginya. Hanya saja Andreana masih bingung, kenapa Katedral Beta masih menahan seluruh tubuhnya.

“Sekarang, Pengadilan Senjata Suci telah selesai” kata Kardinal, dia lalu menoleh kepada Muhanov, “Sang suami Andreana, Muhanov Merlinstone?”

“Ya?” balas Muhanov.

“Kemarilah dan lihatlah istrimu”

Katedral Beta lalu membuka jalan bagi Muhanov untuk mendekati Andreana. Dia sekarang melihat Andreana yang sedang berlutut dengan kedua tangannya disilangkan ke belakang oleh Katedral Beta. Andreana menoleh kepada Muhanov dengan wajah senyum.

“Baiklah. Sang suami, Muhanov Merlinstone” ucap Kardinal, “Kamu dulu adalah seorang tahanan Templar dan seharusnya kau masih sebagai Tahanan Templar—”

“—Tidak jangan!” potong Andreana, “Dia suamiku, jang—Argh!” ucapan Andreana terhenti saat wajahnya langsung dibenamkan ke tanah lagi oleh Katedral Beta.

“Tapi, karena kau dibebaskan oleh Grand Master Andreana—tentu saja, secara tidak resmi. Maka aku harus memberitahu kepadamu bahwa Grand Master Andreana harus menerima hukuman Penyaliban” kata Kardinal.

“Hukuman Penyaliban? Apa itu?” tanya Muhanov

“Itu adalah Hukuman Penebusan. Kami akan menempatkan penerima hukuman tersebut untuk di salib di bawah terik matahari dengan cahaya penyiksaan selama 1 hari penuh. Istrimu akan menjalani Hukuman Penebusan untuk mengganti seluruh hukuman yang seharusnya yang kau terima sekaligus hukuman karena istrimu telah merusak taman Firdaus.”

Katedral Beta langsung membawa pergi Andreana setelah Kardinal mengatakan hal tersebut. Andreana tidak bisa melawan keputusan yang sudah Kardinal buat, dia hanya pasrah ketika tubuhnya diseret oleh Katedral Beta menuju ke ruangan Hukuman Penyaliban.

Muhanov yang hanya bisa melihatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa berharap Andreana akan baik-baik saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status