Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi.
"Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat.
"Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.
Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi.
"Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh.
"Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.
Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi.
"Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima.
"Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.
Bima menatap raut bahagia gadis it
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Malam ini pukul 8 malam, Kirana wijaya diajak makan malam di sebuah hotel ternama untuk menjalani kencan buta yang sudah diatur sebelumnya oleh sang ayah untuk mendapatkan keuntungan karena mengalami krisis keuangan, yang akan mereka temui adalah CEO Alex Farm Corp-Sabian Alexander. "Kak apakah orangnya sudah sampai, di mana kamu berjanji untuk bertemu apakah hotelnya sudah benar makan malam untuk kencan buta saja kenapa harus di hotel mewah seperti ini?" kirana heran mengapa untuk makan malam saja harus di tempat mewah seperti ini. "Diam jangan banyak tanya, aku juga tidak mau datang jika bukan untuk membantu ayah," ucap kakak tiri kirana dengan galak. Kirana dan Tania sejak tadi menunggu, namun tamu yang akan ditunggu tidak kunjung datang, membuat Tania mengajak Kirana memesan makanan, untuk makan lebih dulu karena menunggu membuat mereka kelaparan, Gadis berparas cantik itu, tidak menaruh curiga sama sekali tentang alasan diajak o
Jay seorang dokter muda sekaligus sahabat dari kecil dari Sabian Alexander mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh agar segera sampai di kediaman Sabian dia sudah terbiasa menangani sabian jika terluka karena berkelahi atau kecelakaan ringan lainnya, sebagai pemilik perusahan besar tentu saja banyak pesaing bisnis yang mengincar nyawanya. “Sabian, Kali ini apa yang terjadi padamu?” Jay menerobos masuk kamar Sabian. “Tak bisakah mengetuk pintu terlebih dahulu?” Sabian melirik sinis Jay yang baru saja sampai. Mata Jay melihat ke ranjang sabian, seakan tak percaya apa yang di lihatnya Jay mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa matanya tidak salah melihat seorang wanita terbaring di ranjang sabian yang lebih membuat Jay tak percaya adalah sabian memegang tangan wanita itu dengan penuh harapan. “Apa yang kau lihat, cepat periksa gadis ini,” bentak Sabian. “Baiklah, serahkan masalah ini padaku,” Jay melangkahkan kaki menuju ranjang sabian,
Sabian mendekat ke arah Dani Wijaya, sepertinya ayah kandung dari Kirana itu belum pernah melihat wajah Sabian secara langsung, jika Dani tahu orang yang berada di hadapannya ini adalah pemilik dari Alex Farm-Corp, pasti dia akan bersikap selembut mungkin, mencari muka di hadapannya. “Pemuda ini sangat tampan, sepertinya bukan orang biasa, karena bisa mengalahkan pengawal pribadi rumah ini,” bisik ibu tiriku kepada putri kesayangannya. “Ibu, aku harus merusak reputasi Kirana di depan pemuda ini,” Tania membisikkan rencana jahat ke ibunya. Tania memperkeruh keadaan saat Dani Wijaya beradu mulut dengan Sabian yang menerobos masuk ke kamar Kirana, Tania mengatakan bahwa adik tirinya itu adalah wanita kotor yang tidak pantas di pedulikan, bahkan dia memutar fakta, kalau Kirana merasa cemburu, karena Hans kekasihnya lebih memilih Tania, sehingga Kirana membuat keributan di rumah, yang menyebabkan Dani Wijaya murka
Tenaga Sabian terlalu kuat, sehingga Kirana belum bisa kabur, tetapi tekadnya kuat untuk bisa melarikan diri dari kejamnya Sabian. Belum puas mencumbui Kirana, bahkan meminta lebih, Kirana berinisiatif menendang bagian pangkal paha Sabian, sehingga membuat dia kesakitan, di saat inilah, Kirana melarikan diri dengan membuka pintu mobil. "Tuan, apa yang terjadi?" asisten pribadi Sabian mengetuk kaca mobil. "Aku tidak apa-apa," Sabian menahan rasa sakit di pangkal pahanya. "Apakah anda yakin tuan muda, lalu di mana nona Kirana?" Asisten sabian melihat di mobil hanya ada sabian seorang. Sabian menjawab, biarkan saja Kirana pergi, walaupun Kirana pergi jauh, Sabian akan tetap menemukannya, sekarang dia ingin kembali ke perusahaan, tetapi dia mengutus beberapa anak buah untuk mengikuti kemana Kirana pergi. --- Dalam perjalanan menuju kantor, asisten pribadi tuan Sabian, terk