Tenaga Sabian terlalu kuat, sehingga Kirana belum bisa kabur, tetapi tekadnya kuat untuk bisa melarikan diri dari kejamnya Sabian.
Belum puas mencumbui Kirana, bahkan meminta lebih, Kirana berinisiatif menendang bagian pangkal paha Sabian, sehingga membuat dia kesakitan, di saat inilah, Kirana melarikan diri dengan membuka pintu mobil.
"Tuan, apa yang terjadi?" asisten pribadi Sabian mengetuk kaca mobil.
"Aku tidak apa-apa," Sabian menahan rasa sakit di pangkal pahanya.
"Apakah anda yakin tuan muda, lalu di mana nona Kirana?" Asisten sabian melihat di mobil hanya ada sabian seorang.
Sabian menjawab, biarkan saja Kirana pergi, walaupun Kirana pergi jauh, Sabian akan tetap menemukannya, sekarang dia ingin kembali ke perusahaan, tetapi dia mengutus beberapa anak buah untuk mengikuti kemana Kirana pergi.
---
Dalam perjalanan menuju kantor, asisten pribadi tuan Sabian, terkejut melihat bosnya tersenyum, seperti bukan bosnya, karena bos yang dia ikuti selama ini, selalu bersikap dingin jarang tersenyum, mungkin Sabian telah jatuh cinta.
"Mike apa yang kamu lihat, menyetirlah dengan fokus," Sabian terlihat tidak senang.
"Baiklah tuan muda," Mike tersenyum dalam hati, sepertinya dia akan mendapat nyonya muda dalam waktu dekat.
---
Setelah melarikan diri dari Sabian, Kirana Pergi ke kampus, dia mendengar gosip tentang pernikahan kakak tirinya dengan Han, sudah terdengar di seluruh penjuru kampus.
Lusi sahabat Kirana tak percaya, dengan gosip yang di bicarakan para mahasiswi, dia tahu kalau Han adalah kekasih Kirana, kenapa dia menikah dengan Tania.
"Itu memang benar, mereka memang akan segera menikah, Lusi aku dan Hans sudah putus, aku doakan semoga pernikahan mereka langgeng selamanya," Kirana menjawab pertanyaan Lusi dengan suara lirih.
"Oh Kirana, kasihan sekali hidupmu, aku tahu pasti perasaanmu sedang kacau,"
Lusi sedang menenangkan Kirana, berharap Kirana dapat melupakan Han, dan segera menemukan laki laki yang tulus menyayanginya.
Sedang asyik mengobrol, kedua sahabat itu di kejutkan dengan kedatangan Han dan Tania.
"Kirana, aku kira kamu tidak akan menginjakkan kaki ke kampus, karena ayah sudah mengusirmu dari rumah upss, lupa kan kamu sudah menjadi simpanan orang kaya sekarang" celetuk Tania mengolok adik tirinya.
"Haduh, padahal sendirinya menyesal telah menjebakku, yang ada di kamar itu ternyata seorang pemuda tampan yang gagah perkasa," Kirana tersenyum sinis di hadapan Tania dan Hans.
Tidak terima dengan pernyataan Kirana, Tania memulai drama dengan berpura pura menangis.
"Adik, apa yang kamu katakan, aku tahu kamu cemburu padaku, tapi tolong jangan memfitnah ku, aku ikut sedih saat ayah mengusirmu dari rumah," Tania mengeluarkan air mata bohongan.
"Sudahlah Tania, kamu tidak pantas menangisi perempuan tidak tahu diri seperti ini," Han menghibur Tania.
Bisik para mahasiswi, soal berita miring tentang Kirana mulai terdengar, karena drama yang di lakukan oleh Tania, dia sengaja ingin membuat reputasi Kirana menjadi buruk di muka umum.
Kirana tidak menghiraukan pernyataan Tania, dia lebih memilih mengajak Lusi untuk pergi dari hadapan tukang drama seperti Tania dan Han.
"Kirana, kenapa kamu malah pergi, apa kamu malu, kalau semua orang mengetahui fakta tentang dirimu?" Han menggertak Kirana.
"Sudahlah sayang, simpan tenagamu, yang penting sekarang, reputasi Kirana sudah rusak di mata publik," Tania memeluk Han dengan senyuman licik.
---
Di tempat Sabian menggelar rapat dengan staff dan jajaran perusahaannya, ada pamandangan yang jarang terjadi bagi bawahan Sabian, Bos mereka memperlihatkan senyuman di wajahnya, seperti layaknya orang yang sedang jatuh cinta.
"Apakah itu bos kita, aku baru pertama kali melihatnya tersenyum," bisik salah satu peserta rapat.
"Tentu saja itu bos kita, aku rasa dia sedang jatuh cinta," bisik karyawan yang lainnya.
Merasa di gosipkan oleh karyawannya, Sabian berdehem dan meminta untuk segera menyelesaikan rapat, ada urusan penting yang harus dia lakukan.
"Rapat cukup sampai disini, akan di lanjutkan lagi lain hari," Mike mengakhiri rapat.
Semua peserta rapat, meninggalkan ruangan, di ruangan itu, tersisa Mike dan Sabian.
"Mike, suruh anak buahmu, untuk membawa Kirana kesini," Sabian menuangkan wine pada gelasnya.
"Baik tuan muda, aku akan memerintahkan seseorang untuk membawa nona Kirana, ke perusahan saat ini," Mike menelpon salah satu anak buahnya.
"Bawa ke villa ku saja, aku tidak mau di ganggu oleh siapapun," Sabian bersiap pergi meninggalkan kantornya.
Mike menghubungi salah satu anak buahnya yang di tugaskan untuk membututi Kirana tadi pagi, tetapi mereka melaporkan telah kehilangan jejak Kirana, mereka bahkan tidak tahu kemana Kirana pergi.
"Maaf tuan Mike, kami kehilangan jejak nona Kirana," salah satu anak buah Mike, memberikan laporan.
"Apa, kenapa kalian bisa kehilangan jejak nona Kirana, jika bos tahu, tamatlah kita?" Mike menutup teleponnya.
Mike melaporkan informasi yang dia dapat dari anak buahnya, tentu saja informasi itu membuat Sabian marah, dia membanting gelas wine yang dia pegang.
"Cari Kirana sampai ketemu," Sabian memberi perintah terhadap Mike.
"Baik tuan muda, akan kami usahakan semaksimal mungkin, untuk menemukan nona Kirana," Mike menghubungi kembali anak buahnya.
Kirana meninggalkan kota Jakarta, menuju desa terpencil untuk mengasingkan diri, desa tujuannya ada di daerah Girpasang Klaten Jawa tengah, Kirana menyamar, dia memakai rambut palsu, kaca mata hitam, serta masker, takut ada yang mengenalinya saat akan melarikan diri dari kota Jakarta, Lusi yang membantunya menyiapkan atribut menyamarnya.
"Lusi terimakasih telah percaya padaku, kamu sahabat terbaikku selamanya, maaf aku harus pergi untuk menenangkan diri, mungkin dalam waktu yang lama, kamu boleh mengunjungiku di waktu yang luang, tetapi harus dengan syarat tidak ada yang tahu keberadaan ku," Kirana berpamitan pada Lusi sahabatnya.
"Kirana, jaga diri baik baik, aku pasti akan merindukanmu," Lusi memeluk Kirana, dia mengeluarkan air mata karena harus berpisah dengan sahabatnya.
Kirana berangkat menggunakan bus antar kota antar provinsi, hanya Lusi yang menangisi kepergiannya, Kirana pergi bukan karena kabur dari masalah, atau tidak ingin melihat pernikahan Tania dan Han mantan kekasih yang telah menemaninya selama delapan tahun ini, tetapi murni ingin mengasingkan diri, dalam rangka menyusun strategi merebut kembali apa yang harus menjadi miliknya.
---
"Bos, maafkan kami tidak menemukan nona Kirana, kami sudah menyusuri kampus dan menggali informasi tentang nona Kirana, tetapi tidak ada hasil, kami hanya mendapat informasi, nona Kirana terlibat adu mulut dengan Tania dan Han mantan pacar nona Kirana," salah satu anak buah sabian melaporkan kondisi terkini.
"Kirana, kamu sungguh di luar dugaanku, kamu berani melarikan diri dariku, tidak semudah itu, Mike, aku percaya padamu, bisa menemukan Kirana," sabian semakin terobsesi dengan Kirana, dia menyuruh Mike menyisir kota Jakarta untuk menemukan Kirana.
Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai. Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana. "Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya. "Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian. Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun. --- Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karen
Kirana menjawab pertanyaan Bu intan, kepala sekolah sekaligus Bu RT di desa ini, bahwa Kirana merasa senang di hari pertama bekerja, ia seperti menemukan keluarga baru di tempat kerja, ia berjanji akan bekerja dengan lebih giat. "Syukurlah jika ibu Karin langsung bisa beradaptasi, saya merasa senang, saya pamit pulang ya Bu, sampai jumpa besok pagi," Bu intan berpamitan pulang. "Hati hati di jalan ya Bu," Kirana melambaikan tangan ke orang pertama yang menolongnya di desa ini. Kirana masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sederhana yang ia tinggali. "Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang," gumam Kirana, tak lamapun ia terlelap tidur. Kirana tertidur cukup lama, dari pulang kerja sampai sore hari barulah ia bangun, ia rasakan mual, kepala terasa pusing, badan meriang, ia mengira ini hanya masuk angin biasa, kelelahan bekerja
Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak."Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya. Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana. “Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi. “Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin. Jay semakin marah dia tida
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Mike menjawab tuan muda pertama tidak wajib menjawab pertanyaan yang ia berikan, Mike hanya penasaran, di desa ini tidak ada tempat hiburan, kenapa kakak bos nya ini, sangat betah di tempat ini, jauh dari keramaian. "Karena aku menemukan hal menarik di sini," Sandra tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya bisa menimbulkan banyak tanya. "Maksud tuan muda pertama, apakah tuan menemukan cinta di desa ini?" Mike masih betanya. Sandra berkata tidak hanya cinta yang dia temukan, tetapi ketenangan hidup, yang tidak pernah dia temukan di kota Jakarta, desa ini damai masyarakat saling tolong menolong membuat Sandra semakin betah hidup di desa ini. "Apakah tuan muda pertama, tidak rindu dengan tuan besar?" "Mike, kamu terlalu banyak bertanya, istirahat lah, besok aku akan mengajak kalian berkeliling," Sandra melambai tangan ke arah Mike. Mike merasa tidak berg