Share

Awal Kedekatan

Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih.

“Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa.

“Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana.

Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan anaknya nanti.

“Ibu Karin yang sabar ya, kalau ibu tidak enak badan, hari ini ibu bisa ijin tidak mengajar,” Bu Intan memberikan ijin untuk Kirana yang sedang mood swing karena kehamilan.

“Tidak bu, aku harus kuat, aku punya tanggung jawab, untuk mencerdaskan muridku, mereka harus pintar,” Kirana  mengusap air matanya.

Bu intan mengingatkan Kirana agar tidak terlalu memforsir tenaga dan pikiran karena sedang hamil muda, Kirana berterimakasih kepada teman kerjanya yang telah memberi nasehat, tapi karena dia merasa punya tanggung jawab mengajar, dia menyemangati dirinya sendiri untuk tetap memberikan ilmu kepada para muridnya.

“Baiklah kalau begitu bu, tapi ingat, jika merasa Lelah beristirahtlah,” Bu Intan mengingatkan Kirana.

“Saya mengerti bu, kalau begitu saya pamit masuk kelas untuk mengajar murid saya,” Kirana berpamitan kepada guru yang lain mereka juga berjalan menuju kelas mereka masing masing.

---

Di ruang kerja Sandra Alexander, tampak tenang mengurus bisnisnya, dia menghentikan kerjaannya sejenak, karena masih penasaran dengan informasi mengenai Kirana, dia menanyakan kepada asisten Doni sudahkan dia menemukan informasi tentang Kirana, tak lama setelah Sandra menghubungi asistenya, pintu ruang kerjan Sandra ada yang mengetuk.

“Permisi tuan muda, saya sudah mendapat informasi mengenai Nona Kirana yang anda perintahkan,” Doni memberikan amplop berupa data diri Kirana yang ia dapatkan dari Bu Intan.

“Kerja Bagus Doni terima kasih, aku akan memeriksanya nanti, jika ada yang ingin aku tanyakan aku akan memanggilmu lagi,” Sandra membuka amplop yang berisi data diri Kirana.

Sandra merasa curiga dengan identitas yang telah Kirana palsukan, di resum profil Kirana ada keterangan bahwa ia Berasal dari kota Jakarta dan pernah bersekolah di universitas swasta mahal di kota Jakarta, Untuk apa wanita yang sudah terbiasa hidup serba apa di kota mau pindah ke desa girpasang ini, Sandra merasa ada yang sengaja mengirim Kirana untuk mengawasinya.

“Doni tolong selediki, sepertinya ada yang tidak beres, aku penasaran, siapa yang berani mengirim seorang wanita untuk mengawasi gerak gerikku?” Sandra sudah kepedean tingkat tinggi.

“Tuan muda pertama, saya rasa wanita ini bukan dikirim untuk mengawasi anda, tapi dia melarikan diri dari seseorang,” Doni mengemukakan pendapat nya.

Sandra penasaran kenapa bisa asistennya mengatakan hal seperti itu, Doni menjelaskan lebih lanjut, bahwa adik dari tuan muda kedua keluarga Alexander, sedang mencari seorang wanita yang menghilang, kemungkinan Nona Karin ini memalsukan identitasnya dan melarikan diri ke desa Girpasang ini.

“Kalau benar seperti apa yang kamu katakan, wanita ini sungguh berani menyinggung adikku yang sangat kejam ini,” Sandra menggelengkan kepalanya.

“Tuan muda pertama, apakah kita harus menyelidiki identitas asli Nona Karin?” asisten Doni bertanya keapda tuannya.

Sandra mengucap tidak perlu, tetapi dia sudah berencana untuk mendekati Kirana, dia bertanya kepada Doni jam berapa Kirana pulang mengajar, dia ingin menjemput Kirana ke tempat kerja, Doni mengatakan bahwa sekolah paud biasanya pulang pukul sepuluh pagi.

“Menarik sekali, aku akan menemui Bu Intan hari ini sebagai alasan,” Sandra tersenyum licik.

“Baiklah tuan muda pertama, saya akan menyiapkan mobil untuk anda,” Doni keluar ruangan untuk menyiapkan mobil tuannya.

Sandra datang ke sekolah di mana Kirana mengajar, dia masuk ke ruang guru saat Kirana dan guru yang lain sedang makan siang, dia memberikan seikat bunga mawar merah kepada Kirana, tentu saja apa yang dia lakukan sangat mengagetkannya.

“Tuan apa yang tuan inginkan dari wanita yang sedang hamil seperti diriku ini, apakah aku masih pantas menerima bunga ini?" Kirana melanjutkan makan siangnya.

“Aku dengar ada seorang guru baru di Yayasan milikku ini, apakah aku salah jika datang untuk melihat seperti apa Wajah guru baru ini?” Sandra menyunggingkan senyum manisnya kepada Kirana.

Bu Ningsih dan Bu Rahma saling pandang, tak lama kemudian mereka menyapa Sandra, mereka sangat menghormati Sandra sebagai donatur tetap sekolah tempat mereka mencari nafkah.

“Bu Karin, ini namanya pak Sandra, seorang pengusaha perkebunan di sini yang sangat baik, dia donatur tetap sekolah kita, pak Sandra ini juga sama berasal dari kota Jakarta seperti bu Karin,” Bu Ningsih menjelaskan kepada Kirana.

“Senang bertemu dengan pak Sandra, bunga ini saya terima sebagai tanda perkenalan kita,” Kirana mengambil bunga dari tangan Sandra, ia meletakkannya di meja.

Sandra ini sungguh licik, dia meminta Bu Intan untuk mengijinkan Kirana mengobrol dengannya, Kirana tahu dia sedang modus ingin mengorek informasi tentangnya, Kirana sudah banyak menemui pria buaya seperti Sandra ini, Lelaki dari keluarga kaya yang pasti suka mempermainkan wanita seenaknya.

“Nona, mari saya ajak berkeliling ke perkebunan milik saya sebagai awal perkenalan kita,” Sandra menjulurkan tangannya untuk mengajak Kirana berkeliling kebun miliknya.

“Tuan muda, di sini sudah tidak ada orang, lebih baik kamu katakan apa yang sebenarnya kamu inginkan?” Kirana berani menanyakan hal ini setelah berjalan cukup jauh dari sekolahan.

Sandra kaget melihat ekspresi Kirana, kewaspadaan yang sangat terpancar dari wajah cantik Kirana membuat Sandra agak sedikti terpesona, namun bukan Sandra namanya jika tidak bisa mengatasi seorang wanita cantik.

“Nona Karin, aku hanya ingin mengobrol denganmu saja, kamu tidak perlu menaruh curiga terhadapku,” Sandra menatap wajah Kirana dengan senyuman yang terlihat tulus.

“Aku hari ini sedang menyiapkan presentasi sidang kelulusanku, jadi tuan muda maaf, aku tidak bisa menemani anda,” Kirana membungkukkan badannya meminta ijin untuk pergi.

Kirana Berjalan menjauh dari tempatnya berdiri semula bersama Sandra, ia memang sengaja menghindarinya, namun baru beberapa langkah ia berjalan, Kirana tampak memegangi kepalanya, matanya berlinang kunang, tubuhnya menjadi lemas, ia bahkan tidak bisa menopang badannya sendiri.

Brukkkk!

“Nona Karin, hati hati,” Sandra segera berlari menopang tubuh Kirana dengan kedua tangannya.

Sandra menghubungi asisten Doni untuk segera menjemputnya di area perkebunan, ia membawa jalan jalan Kirana dan ia sekarang pingsan, Sandra juga mengutus Doni untuk menghubungi Dokter pribadi agar segera datang ke vilanya.

“Bagaimana keadaannya Dok, apa yang membuatnya tiba tiba Pingsan?” Sandra penasaran dengan apa yang terjadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status