Share

Hidup Itu Pilihan

Byakta segera mengusap wajah dengan kasar, karena sudah salah bicara. Beginilah yang ia khawatirkan jika menikah dengan wanita dari kalangan yang berbeda dengannya. Meskipun dirinya saat ini adalah seorang kepala rumah tangga, tapi dari berbagai sisi, Byakta dan keluarganya sangat berutang budi pada keluarga Sagara. Terutama Pras yang sudah menjadi bos Mario sejak dahulu kala. Belum lagi, semua biaya pendidikan Byakta dari kecil hingga dewasa, seluruhnya dibiayai oleh Pras.

“Tolong jangan salah paham.” Byakta ingin meluruskan semua hal yang terucap barusan. “Aku bukannya mau membandingkan kamu dengan dengan Raya, tap—”

“Mas By masih cinta sama Raya?” putus Yasmen mulai mengerucutkan bibir. Yasmen tidak cemburu, karena tahu Raya bukanlah tandingan sepadan untuk dirinya. Ditambah, Yasmen yakin sekali jika Byakta tidak akan mungkin bermain di belakangnya.  

Jika bicara cinta, tentu saja semua rasa cinta Byakta bukanlah untuk Raya. Namun, tidak mungkin jika Byakta mengungkapkan isi hatinya pada Yasmen. Semua rasa itu, harus sudah terkubur dalam-dalam karena Byakta dan sang Permaisuri hatinya saat ini sudah menjadi satu keluarga.

“Aku cuma perlu waktu, Yas.” Ternyata, semua tidak semudah yang Byakta bayangkan. Selama ini, Byakta bisa melakukan berbagai hal dengan Raya tanpa rasa canggung, ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih. Namun, entah mengapa Byakta tidak bisa melakukannya bersama Yasmen. Bahkan, hanya untuk memeluk gadis itu saja, hati Byakta seolah dipenuhi dengan rasa bersalah. Bagaimana jika suatu hari Yasmen mengetahui semua kebenarannya. Bahwa, selama ini bukan Rayalah yang jadi ratu di hati Byakta, melainkan ….

“Semua ini … terlalu mendadak,” tambah Byakta butuh meyakinkan hati Yasmen.

“Mas By masih cinta sama Raya?” Yasmen mengulang pertanyaannya, karena Byakta belum memberi jawaban pasti.

“Yas.” Byakta meraih kedua tangan Yasmen dan menggenggamnya. Mau dijelaskan bagaimanapun, ia yakin jika Yasmen tidak akan mengerti yang dirasakan Byakta saat ini. Apalagi, Yasmen tidak pernah menjalin kasih dengan pria mana pun selama ini. “Kalau aku bilang rasa itu sudah nggak ada, itu sama aja aku bohong sama kamu.”

“Jangan jadiin aku orang jahat.” Ada rasa nyeri yang merasuk ke dalam hati. Kejujuran memang menyakitkan, tapi mau bagaimana lagi jika itu semua adalah fakta. “Seperti yang Mas By bilang, kalau aku itu berbeda dengan Raya. Jadi, aku bisa nadahin tangan ke papi, dan minta supaya beliau … no, no, papi kurang kejam. Aku bisa minta ayah untuk nyingkirin Raya supaya kalian nggak pernah ketemu selama-lamanya.”

“Yasmen—”

“Dan Mas By pasti tahu, siapa yang bakal disuruh ayah untuk nyingkirin Raya.” Yasmen menyela dengan melukis seringai halus di wajahnya. “Papa … Mario.”

“Yas—”

“Aku bisa nunggu Mas By sampai kapan pun.” Yasmen kembali menyela. “Tapi, aku nggak akan ngebiarin cewek mana pun, singgah di hati Mas By. Take your time, Mas, dan ingat itu baik-baik.”

“Jangan bawa-bawa papaku dalam masalah kita.” Otak Byakta semakin memanas mendengar ancaman Yasmen. Rupa-rupanya, selama ini Byakta belum terlalu mengenal Yasmen lebih dalam. Semua sikap manja dan penurut yang selalu ditampilkan di depan Byakta, ternyata menyimpan banyak arogansi di dalamnya.

Astaga! Byakta hampir saja lupa, jika Yasmen juga merupakan keturunan keluarga Sagara.

“Hidup itu pilihan.” Yasmen berbalik. Menoleh dan menatap Byakta dari balik bahunya. “Dan aku cuma mau Mas By memilih untuk tetap setia, dalam pernikahan ini.”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Oliva Koneng
wou Yasmin ngancam
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Yasmen egois dan suka ngancem. masih mendingan Mai. dia memang keras kepala tpi g suka maksa.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status