Share

Ep-04

Dengan rasa terpaksa Chrissy pun satu kelompok dengan Nevan. Padahal tadi dia sudah mati-matian pindah kelompok. Tapi yang ada Pak Krisna sama sekali tidak mengizinkan Chrissy untuk pindah kelompok. Dikarenakan Nevan anak baru dan masih butuh bimbingan. Itu bukan alasan sih sebenarnya, lagian kalau pun tidak ada Chrissy, Nevan masih bisa bergabung dengan kelompok yang lainnya. Yang lebih pintar dan wawasannya sangat luas. Sedangkan Chrissy saja kadang masih bolos sekolah dan kelas.

"Udah terima aja nggak masalah lah, satu kelompok sama mereka." Ucap Auristella menyakinkan Chrissy  

"Masalahnya---" 

"Mantan lo kan? Kalau lo nolak dan bersikap kayak gini. Dia makin besar kepala Chris, dia pasti menganggap kalau lo masih suka sama dia. Mending terima aja, jangan tunjukin muka nggak suka lo sama dia. Santai aja lah pokoknya." Sahut Belinda. 

Chrissy menghela nafasnya berat dia pun memilih mengalah. Mungkin benar apa yang dikatakan Belinda, jika dia menunjukan rasa bencinya, Nevan pasti berpikir jika Chrissy masih menyukainya. 

Walaupun rasa itu masih ada, nyatanya rasa sakit yang ditancapkan Nevan lebih besar dibanding rasa sayangnya pada laki-laki itu. Lebih baik dia bersikap formal, dan menganggap jika dulu mereka bukanlah sepasang kekasih. 

"Chris mau ngerjain kelompok di apartemen gue nggak? Nanti pulang sekolah, biar cepet selesai." Teriak Bobby dan membuat Chrissy mengangguk. 

"Terserah lo, asal apartemen lo nggak kosong." 

"Haa apartemen gue mah isinya banyak. Apanya yang kosong. Tiap hari gue tidurin kali." 

"Nggak hamil itu kasur lo? Maksud gue cemilan Bobby." 

"Kalau itu mah beres, gue siapin deh buat lo" 

"Iya, tapi nanti gue balik dulu. Nyokap pasti nyariin sekalian ganti baju." 

Bobby mengacungkan jempolnya ke arah Chrissy. Perempuan itu hanya mengangguk dan kembali menatap Auristella dan juga Belinda. Bisa-bisanya dia satu kelompok dengan Nevan. 

Tidak mau memikirkan hal yang tidak-tidak, Chrissy pun segera pergi dari kelas ini. Dulunya kelas ini sangat nyaman saat laki-laki itu belum datang. Tapi nyatanya kelas ini mendadak panas saat dia kembali datang. 

Chrissy memilih kantin sebagai tempat dia menenangkan diri. Chrissy tak habis pikir tentang hal ini, bagaimana bisa laki-laki itu datang ke sekolahmu sebagai murid baru. Rasanya Chrissy seakan diajak flashback oleh keadaan. Dimana Chrissy mengingat semua rasa sakit yang dia rasakan dua tahun yang lalu. 

Tidak begitu berat, tapi mampu membuat Chrissy sakit hati. Sampai akhirnya perempuan itu merasakan sebuah pelukan dari arah belakang. Chrissy memilih diam karena tanpa menoleh pun Chrissy tahu jika itu Edgar, apalagi bau parfumnya yang sangat ketara. 

"Bolos kelas akhir, eh." Kekehnya dan melepas pelukan itu. 

"Lo juga bolos jam akhir." 

"Kalau gue kan nggak suka pelajarannya. Kalau lo?" 

Chrissy diam sejenak belum dia bercerita pada Edgar apa yang terjadi. Mantan dua tahunnya dulu kembali sebagai murid baru di kelas Chrissy. Dan lebih menjengkelkan lagi Chrissy harus satu kelompok dengan dia, laki-laki yang tak diharapkan sama sekali. 

Ada rasa cemburu saat Chrissy berbicara seperti itu. Tapi tetap saja saat Edgar ngeyel untuk mendapatkan rasa cinta Chrissy, Edgar hanya akan mendapat rasa luka yang diberikan oleh Chrissy selama ini. 

"Mau gue temenin? Biar dia nggak ganggu lo." Ucap Edgar menawarkan diri. Lebih tepatnya ingin tahu bagaimana wajah mantan Chrissy, yang sudah berani menyakiti wanita itu. 

Chrissy menggeleng, dia bersama dengan Auristella dan mungkin berangkat juga bakalan sama dia. Mendadak aja Chrissy malas harus membawa mobilnya pergi ke apartemen Bobby. 

"Kalah butuh apa-apa telpon gue cepet, gue bakal jemput lo."

Chrissy mengangguk, dia pun langsung meninggalkan rooftop ini saat jam pelajaran kurang dari lima belas menit. Dia ingin mengambil tas nya dah pulang, mengganti baju dan meminta Auristella untuk menjemputnya nanti.

"Rumah lo nggak pindahkan?" Pertanyaan konyol itu membuat Chrissy mendengus. Siapa lagi kalau bukan Bobby yang melontarkan pertanyaan nggak bermutu sama sekali.

"Lo pikir gue siput apa, tiap pergi rumah gue bawa." Ketus Chrissy dan membuat Bobby tertawa kecil. 

"Jangan jahat-jahat Chris, gue takut kalau lo jahat." 

Chrissy tidak menjawab. Dia pun segera pergi meninggalkan sekolah dan pergi ke rumah. Mengganti bajunya dengan celana panjang sobek bagian lutut kaos putih dan juga jaket jeans. 

Setelah dirasa sudah, Chrissy pun langsung masuk ke mobil Auristella. Berhubung perempuan tadi juga ikut Chrissy pulang ke rumahnya dan meminjam baju milik Chrissy. 

"Kita langsung ke apartemennya Bobby apa mampir dulu?" Tanya Auristella melirik Chrissy yang diam saja. 

"Langsung aja deh, mampirnya nanti aja pas kita udah pulang dari sana." 

Perempuan itu mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya ke arah apartemen mewah di Ibukota. Tidak membutuhkan waktu lama mereka pun sampai di apartemen Bobby. 

Saat melewati lobby apartemen, Chrissy malah melihat Nevan yang baru saja datang dan satu lift dengan Chrissy. Perempuan itu memilih berdiri di pojok lift sebelum kanan, sedangkan Auristella berdiri di samping Nevan dan bertanya kamar. 

Ting…

Suara lift membuat Chrissy mendongak. Dia pun menatap angka tiga puluh lima, dimana letak apartemen Bobby. 

Chrissy pun keluar lift saat Nevan sudah keluar lebih dulu. Lalu mengetuk pintu kamar Bobby yang memang tidak begitu jauh dari lift. .

Pintu dibuka dengan lebar, masuklah Nevan, Auristella dan juga Chrissy bergantian. Duduk berjejer rapi di depan televisi, dan menatap Marvin yang sibuk bermain games. 

"Cemilan lo mana? Gue nggak bisa konsen kalau nggak ada cemilan." Ucap Chrissy mengingatkan. 

Bobby tertawa dia pun mengambil empat kantong plastik dan dia taruh di atas meja. Mengambil laptop dan juga membagi tugas untuk mereka semua. 

"Disitu udah gue catet bagian mana yang harus kalian kerjakan. Jangan sampai cuma numpang nama doang, tapi nggak mau kerja." Ucap Bobby dan membuat semua orang mengangguk. 

Saat tanya Chrissy ingin mengambil buku sejarah, disaat itulah tangan Chrissy dan juga Nevan saling bersentuhan. Mata mereka memang sempat berpadu beberapa detik, sebelum Chrissy memalingkan wajahnya ke arah samping. Tanda jika dia tidak ingin melihat Nevan sama sekali. 

"Awas nanti jatuh cinta." Kekeh Marvin dan mengambil cemilan yang ada.

"Bawel lo, kerjain tugas lo. Jangan cuma makan aja." Ketus Nevan. 

Dan disini Chrissy tahu, jika sifat Nevan sama sekali tidak peduli. Cuek, dingin tapi perhatian di dalamnya. 

"Bener tuh kata Nevan, biar cepet selesai." Sahut Auristella. 

"Tapi ngomong-ngomong nggak ada makanan, mending kita cari makan aja dulu gimana? Auristella lo ikut gue beli makan. Terus Marvin lo beli minum ya, kita bagi tugas. Buat lo berdua---" Bobby menunjuk Chrissy dan juga Nevan yang hanya diam saja tanpa ada respon saat sekali dari mereka. "Jagain apartemen gue, jangan sampai lo melakukan dosa indah disini." Ujarnya dengan tajam. 

Nevan maupun Chrissy hanya mendengus, bahkan disini Chrissy tidak ada niatan untuk melakukan hal itu bersama dengan Nevan.

"Ya… Kalau nggak lupa." Ucap Nevan cuek dan merebahkan dirimu di sofa. 

"Gue serius Van. Gue tau ya lo kayak apa." 

Bukannya menjawab Nevan langsung mengusir semua orang untuk segera pergi. Dia ingin tidur untuk beberapa menit kedepan. Tapi saat semua orang pergi, dan tinggallah Chrissy dan juga Nevan seorang diri. 

Nevan kembali bangkit dan menatap punggung Chrissy yang lebih sibuk bermain ponsel. Sejujurnya dia ingin membahas hal dua tahun yang lalu. Tapi yang ada Nevan malah berpikir jika perempuan itu tidak mungkin mau membahas hal yang lalu. Karena dia lebih baik hari ini dibanding dulu saat bersamanya. 

"Chrissy…." Dengan berani Nevan pun memanggil nama Chrissy, entah bagaimana reaksi dia saat ini, yang jelas Nevan harus menjelaskan apapun yang terjadi dulu. "Gue mau bahas sesuatu sama lo. Ini masalah kita dulu." Ujarnya dan langsung menatap tatapan tajam dari Chrissy.

-To Be Continued- 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status