Share

Ep-05

"Buat apa dibahas? Lagian itu udah lama kan ya, nggak perlu dibahas juga. Gue juga udah lupa." Ketus Chrissy. 

Bohong kalau Chrissy lupa, dia masih ingat betul saat Nevan bersama dengan perempuan lain saat anniversary mereka yang satu tahun. Dia tidak lupa sedikitpun tentang apa yang Nevan ucap waktu itu. Chrissy juga tidak akan lupa, saat Nevan lebih memilih perempuan lain dibanding Chrissy.

"Nggak gitu Issy, gue tau lo masih marah sama sikap gue. Dan gue berhak jelaskan hal itu ke elo." 

"Jangan panggil gue Issy." Ucap Chrissy tajam sambil menunjuk Nevan. "Kita sudah berakhir dua tahun yang lalu Nevan. Jadi nggak ada yang perlu kita bahas, karena itu sudah lama dan gue juga sudah lupa." Ujarnya. 

Nevan memilih diam sambil menatap Chrissy penuh harap. Dia masih berharap jika Chrissy masih mau mendengar ucapannya. Namun, sayangnya perempuan itu tidak ada niat untuk membahas masa lalu mereka yang belum selesai.

Nevan kembali merebahkan dirinya sambil menunggu Bobby dan yang lain datang. Dia akan tidur untuk beberapa menit kedepan, dan melupakan apa yang terjadi antara dirinya dan juga Chrissy. 

Sedangkan Chrissy sendiri memilih diam dan memunggungi Nevan. Sejujurnya dia juga ingin mendengar apa alasan Nevan berbuat seperti itu. Tapi sayangnya Chrissy masih belum siap dengan apa yang akan diucapkan oleh Nevan.

Dia hanya ingat saat Nevan berdiri di panggung pertamanya, memanggil perempuan yang bernama Lolita untuk naik ke atas panggung dan mengutarakan isi hatinya. Padahal saat itu Chrissy berada di tempat yang sama dengan Nevan. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengejar atau mungkin mempertahankan Chrissy. Apa itu yang dinamakan cinta? Jika harus berjuang seorang diri, mungkin melepas adalah jalan yang terbaik. 

Pintu apartemen pun dibuka, masuklah Marvin dengan membawa banyak minuman soda dan juga es coklat. Tak hanya itu Marvin juga membeli beberapa kaleng bir untuk dirinya dan juga Bobby.

“Chris dia tidur?” tany Marvin sambil menunjuk Nevan yang memejamkan matanya.

Chrissy hanya menoleh sejenak sebelum mengedikkan bahunya. “Nggak tau gue, iya kali.”

Ikut campur urusan mereka bukanlah Marvin. Tapi kalau bukan perkara Bobby mungkin Marvin juga tidak akan mau. Ini semua ide Bobby yang menginginkan semua orang pergi dan tinggallah Chrissy dan juga Nevan. Dengan harapan jika mereka berdua akan berbaikan. Tidak jadi sepasang kekasih juga tidak masalah, yang penting mereka berteman dan tidak canggung seperti ini. 

“Bobby belum datang? Kita kerjain tugas kita dulu aja Chris.” 

Perempuan itu mengangguk, dia pun duduk di samping Marvin yang mulai membangun kan Nevan, dan meminta laki-laki itu segera mengerjakan tugas mereka sebelum Bobby dan Auristella datang. 

Marvin pun menatap catatan kecil milik Bobby, ada empat rangkuman yang harus mereka kerjakan. Marvin meminta Chrissy dan juga Neva untuk merangkum tentang kehidupan politik ekonomi orde baru. Sedangkan Marvin dia akan merangkum tentang perkembangan IPTEK masa kini, sisanya akan dirangkum oleh Bobby dan juga Auristella. 

Helaan nafas berat keluar dari bibir Chrissy. Dia pun langsung membuka buku tebal sejarahnya dan membaca sedikit tentang materinya. Dan nyatanya tak ada satu kata yang bisa Chrissy rangkum, saat Nevan terus saja menatapnya. Sungguh tatapan yang mampu membuat Chrissy ingin menangis.

Sebisa mungkin Chrissy menulis satu kata untuk pembukaan. Tapi pensil miliknya malah di rebut oleh Nevan, dengan alasan dia yang menulis Chrissy yang membacakannya. Dan entah kenapa Chrissy malah berpikir jika dulu dia pernah berada di posisi saat itu. Dimana Chrissy yang tersenyum bahagia saat Nevan satu kelompok dengannya. Chrissy juga masih ingat drama valentine dulu bersama dengan Nevan. Tapi sekarang---

“Chriss….” 

Chrissy gelagapan dan menatap Marvin yang menatapnya aneh, “Apa?”

“Lo ngelamun?” 

Chrissy menggeleng dia pun bangkit dari duduknya dan menuju rooftop kecil. Matanya tertuju pada langit gelap, seolah langit itu tahu suasana hati Chrissy seperti apa. 

“Issy…” panggilan itu membuat Chriss menunduk, dia pun membalikkan badannya dan menatap Neva tajam. Dia paling tidak suka jika laki-laki itu memanggilnya dengan sebutan Issy. Namanya bukan Issy tapi Chrissy. “Gue--”

“Berapa kali gue bilang, jangan panggil gue Issy. Nama gue Chrissy.” ujarnya kesal.

“Segitu bencinya lo sama gue?”

Perempuan mana yang tidak benci dengan pengkhianatan? Siapapun tidak akan mau di posisi Chrissy. Disaat dia sangat mencintai seseorang untuk pertama kalinya, tapi yang ada orang yang dia cintai melepaskan kita demi wanita lain. Sedangkan kita sudah berjuang mati-matian untuk membuat dia bahagia. 

Chrissy tersenyum kecil, “Gue gak benci kok sama lo.”

“Kalau nggak kenapa pas gue panggil Issy lo protes? Lo kan tau sejak dulu gue selalu manggil lo gitu.” 

Chrissy menghela nafasnya berat, lalu dia pun memilih pergi kembali pada Marvin dan mulai membaca bahan rangkumannya. Chrissy mencoba untuk fokus dengan rangkumannya, tapi lagi-lagi otaknya tidak ingin dan tidak mau diajak untuk bekerja sama. Otaknya terlalu sibuk memikirkan Nevan yang tiba-tiba saja datang, dan mengganggu pikirannya bukan hidupnya. Tapi Chrissy berharap jika Nevan tidak akan mengganggu hidupnya setelah ini. Dan Chrissy juga berharap, jika ini adalah kelompok pertama dan terakhir untuk mereka.

“Kalau lo nggak mau baca, gue aja yang baca. Lo yang bagian nulis.” Chrissy terjingkat kaget saat mendengar suara Nevan dari arah belakang. Entah sejak kapan laki-laki itu berdiri di belakangnya seperti itu. “Kita mulai keburu malem, nanti nyokap lo nyariin.” ujarnya.

Tidak ada jawaban dari Chrissy dia hanya diam sambil memegangi pensilnya. Sampai akhirnya Nevan pun menunjuk satu bait yang harus di tulis oleh Chrissy untuk awalan. Karena mereka hanya akan mencari garis besar materi ini dan mengembangkannya sendiri. Masalah power point nanti bisa Bobby yang mengerjakannya.

Sedang asyik menulis rangkuman, Bobby dan Auristella pun datang membawa makanan untuk mereka. Hingga Bobby pun meminta semuanya untuk makan lebih dulu, baru mengerjakan kembali.

Chrissy menurut dia pun menutup bukunya dan langsung membuka mie ramen yang di belikan oleh Bobby. Karena tidak membawa tali rambut Chrissy sedikit merasa risih saat rambutnya ikut turun saat dia menunduk.

Hingga Nevan pun merebut tali rambut milik Auristella dan menguncir rambut Chrissy. Chrissy hanya mampu diam dengan mata yang berkaca, air matanya hampir saja tumpah jika Nevan tidak melepaskan tangannya dari rambut Chrissy. Dia masih ingat saat Chrissy yang paling suka meminta Nevan untuk menguncir rambutnya. Karena bagi Chrissy kunciran Nevan lebih rapi dari miliknya.

Untuk mencairkan suasana Chrissy pun berdehem dan melanjutkan makannya. Matanya tak mampu berbohong jika dia ingin menangis kali ini. Sebisa mungkin Chrissy untuk menahan air matanya agar tidak menetes di dalam mangkok. Melihat hal itu Auristella pun menatap sedih, dia tahu temannya sangat sulit untuk melupakan cinta pertamanya. Tapi ini juga bukan salah Nevan kalau sampai dia berbuat seperti itu. Karena itu hanya kebiasaan Nevan saja saat bersama dengan Chrissy. 

“Chrissy are you okay?” ucap Auristella memastikan.

Chrissy hanya mengangguk dan tersenyum, lagian dia baik-baik saja. Sebelum ada Nevan dia baik-baik saja. Dan seharusnya dia juga akan baik-baik saja saat Nevan kembali. Semuanya sudah berubah, tidak seperti dulu lagi apalagi perasaan Chrissy dulu. 

“Kita mulai merangkum.”

-To Be Continued- 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status