"Buat apa dibahas? Lagian itu udah lama kan ya, nggak perlu dibahas juga. Gue juga udah lupa." Ketus Chrissy.
Bohong kalau Chrissy lupa, dia masih ingat betul saat Nevan bersama dengan perempuan lain saat anniversary mereka yang satu tahun. Dia tidak lupa sedikitpun tentang apa yang Nevan ucap waktu itu. Chrissy juga tidak akan lupa, saat Nevan lebih memilih perempuan lain dibanding Chrissy.
"Nggak gitu Issy, gue tau lo masih marah sama sikap gue. Dan gue berhak jelaskan hal itu ke elo."
"Jangan panggil gue Issy." Ucap Chrissy tajam sambil menunjuk Nevan. "Kita sudah berakhir dua tahun yang lalu Nevan. Jadi nggak ada yang perlu kita bahas, karena itu sudah lama dan gue juga sudah lupa." Ujarnya.
Nevan memilih diam sambil menatap Chrissy penuh harap. Dia masih berharap jika Chrissy masih mau mendengar ucapannya. Namun, sayangnya perempuan itu tidak ada niat untuk membahas masa lalu mereka yang belum selesai.
Nevan kembali merebahkan dirinya sambil menunggu Bobby dan yang lain datang. Dia akan tidur untuk beberapa menit kedepan, dan melupakan apa yang terjadi antara dirinya dan juga Chrissy.
Sedangkan Chrissy sendiri memilih diam dan memunggungi Nevan. Sejujurnya dia juga ingin mendengar apa alasan Nevan berbuat seperti itu. Tapi sayangnya Chrissy masih belum siap dengan apa yang akan diucapkan oleh Nevan.
Dia hanya ingat saat Nevan berdiri di panggung pertamanya, memanggil perempuan yang bernama Lolita untuk naik ke atas panggung dan mengutarakan isi hatinya. Padahal saat itu Chrissy berada di tempat yang sama dengan Nevan. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengejar atau mungkin mempertahankan Chrissy. Apa itu yang dinamakan cinta? Jika harus berjuang seorang diri, mungkin melepas adalah jalan yang terbaik.
Pintu apartemen pun dibuka, masuklah Marvin dengan membawa banyak minuman soda dan juga es coklat. Tak hanya itu Marvin juga membeli beberapa kaleng bir untuk dirinya dan juga Bobby.
“Chris dia tidur?” tany Marvin sambil menunjuk Nevan yang memejamkan matanya.
Chrissy hanya menoleh sejenak sebelum mengedikkan bahunya. “Nggak tau gue, iya kali.”
Ikut campur urusan mereka bukanlah Marvin. Tapi kalau bukan perkara Bobby mungkin Marvin juga tidak akan mau. Ini semua ide Bobby yang menginginkan semua orang pergi dan tinggallah Chrissy dan juga Nevan. Dengan harapan jika mereka berdua akan berbaikan. Tidak jadi sepasang kekasih juga tidak masalah, yang penting mereka berteman dan tidak canggung seperti ini.
“Bobby belum datang? Kita kerjain tugas kita dulu aja Chris.”
Perempuan itu mengangguk, dia pun duduk di samping Marvin yang mulai membangun kan Nevan, dan meminta laki-laki itu segera mengerjakan tugas mereka sebelum Bobby dan Auristella datang.
Marvin pun menatap catatan kecil milik Bobby, ada empat rangkuman yang harus mereka kerjakan. Marvin meminta Chrissy dan juga Neva untuk merangkum tentang kehidupan politik ekonomi orde baru. Sedangkan Marvin dia akan merangkum tentang perkembangan IPTEK masa kini, sisanya akan dirangkum oleh Bobby dan juga Auristella.
Helaan nafas berat keluar dari bibir Chrissy. Dia pun langsung membuka buku tebal sejarahnya dan membaca sedikit tentang materinya. Dan nyatanya tak ada satu kata yang bisa Chrissy rangkum, saat Nevan terus saja menatapnya. Sungguh tatapan yang mampu membuat Chrissy ingin menangis.
Sebisa mungkin Chrissy menulis satu kata untuk pembukaan. Tapi pensil miliknya malah di rebut oleh Nevan, dengan alasan dia yang menulis Chrissy yang membacakannya. Dan entah kenapa Chrissy malah berpikir jika dulu dia pernah berada di posisi saat itu. Dimana Chrissy yang tersenyum bahagia saat Nevan satu kelompok dengannya. Chrissy juga masih ingat drama valentine dulu bersama dengan Nevan. Tapi sekarang---
“Chriss….”
Chrissy gelagapan dan menatap Marvin yang menatapnya aneh, “Apa?”
“Lo ngelamun?”
Chrissy menggeleng dia pun bangkit dari duduknya dan menuju rooftop kecil. Matanya tertuju pada langit gelap, seolah langit itu tahu suasana hati Chrissy seperti apa.
“Issy…” panggilan itu membuat Chriss menunduk, dia pun membalikkan badannya dan menatap Neva tajam. Dia paling tidak suka jika laki-laki itu memanggilnya dengan sebutan Issy. Namanya bukan Issy tapi Chrissy. “Gue--”
“Berapa kali gue bilang, jangan panggil gue Issy. Nama gue Chrissy.” ujarnya kesal.
“Segitu bencinya lo sama gue?”
Perempuan mana yang tidak benci dengan pengkhianatan? Siapapun tidak akan mau di posisi Chrissy. Disaat dia sangat mencintai seseorang untuk pertama kalinya, tapi yang ada orang yang dia cintai melepaskan kita demi wanita lain. Sedangkan kita sudah berjuang mati-matian untuk membuat dia bahagia.
Chrissy tersenyum kecil, “Gue gak benci kok sama lo.”
“Kalau nggak kenapa pas gue panggil Issy lo protes? Lo kan tau sejak dulu gue selalu manggil lo gitu.”
Chrissy menghela nafasnya berat, lalu dia pun memilih pergi kembali pada Marvin dan mulai membaca bahan rangkumannya. Chrissy mencoba untuk fokus dengan rangkumannya, tapi lagi-lagi otaknya tidak ingin dan tidak mau diajak untuk bekerja sama. Otaknya terlalu sibuk memikirkan Nevan yang tiba-tiba saja datang, dan mengganggu pikirannya bukan hidupnya. Tapi Chrissy berharap jika Nevan tidak akan mengganggu hidupnya setelah ini. Dan Chrissy juga berharap, jika ini adalah kelompok pertama dan terakhir untuk mereka.
“Kalau lo nggak mau baca, gue aja yang baca. Lo yang bagian nulis.” Chrissy terjingkat kaget saat mendengar suara Nevan dari arah belakang. Entah sejak kapan laki-laki itu berdiri di belakangnya seperti itu. “Kita mulai keburu malem, nanti nyokap lo nyariin.” ujarnya.
Tidak ada jawaban dari Chrissy dia hanya diam sambil memegangi pensilnya. Sampai akhirnya Nevan pun menunjuk satu bait yang harus di tulis oleh Chrissy untuk awalan. Karena mereka hanya akan mencari garis besar materi ini dan mengembangkannya sendiri. Masalah power point nanti bisa Bobby yang mengerjakannya.
Sedang asyik menulis rangkuman, Bobby dan Auristella pun datang membawa makanan untuk mereka. Hingga Bobby pun meminta semuanya untuk makan lebih dulu, baru mengerjakan kembali.
Chrissy menurut dia pun menutup bukunya dan langsung membuka mie ramen yang di belikan oleh Bobby. Karena tidak membawa tali rambut Chrissy sedikit merasa risih saat rambutnya ikut turun saat dia menunduk.
Hingga Nevan pun merebut tali rambut milik Auristella dan menguncir rambut Chrissy. Chrissy hanya mampu diam dengan mata yang berkaca, air matanya hampir saja tumpah jika Nevan tidak melepaskan tangannya dari rambut Chrissy. Dia masih ingat saat Chrissy yang paling suka meminta Nevan untuk menguncir rambutnya. Karena bagi Chrissy kunciran Nevan lebih rapi dari miliknya.
Untuk mencairkan suasana Chrissy pun berdehem dan melanjutkan makannya. Matanya tak mampu berbohong jika dia ingin menangis kali ini. Sebisa mungkin Chrissy untuk menahan air matanya agar tidak menetes di dalam mangkok. Melihat hal itu Auristella pun menatap sedih, dia tahu temannya sangat sulit untuk melupakan cinta pertamanya. Tapi ini juga bukan salah Nevan kalau sampai dia berbuat seperti itu. Karena itu hanya kebiasaan Nevan saja saat bersama dengan Chrissy.
“Chrissy are you okay?” ucap Auristella memastikan.
Chrissy hanya mengangguk dan tersenyum, lagian dia baik-baik saja. Sebelum ada Nevan dia baik-baik saja. Dan seharusnya dia juga akan baik-baik saja saat Nevan kembali. Semuanya sudah berubah, tidak seperti dulu lagi apalagi perasaan Chrissy dulu.
“Kita mulai merangkum.”
-To Be Continued-
Keesokan harinya seperti biasa Chrissy terlambat untuk kesekian kalinya. Dia pun langsung menusuk daun kering dengan sapu lidi. Hukuman aneh ini terlahir dari Bapak Saipul Jamil yang super duper ngeselin, dengan tinggi badan yang hanya 165 sentimeter itu dan bermimpi menjadi pelatih basket. Jujur saja Chrissy terkadang ingin melempar guru itu ke planet mars agar tidak kembali, dan membuat impiannya yang memiliki tubuh tinggi semampai seperti tiang bendera.Merasa lelah Chrissy pun duduk dibawah pohon sambil mengusap dahinya. Dia pun menatap banyak laki-laki yang dihukum termasuk Nevan. Murid baru itu terlambat untuk pertama kalinya, tapi bagi Chrissy ini sudah gambaran terbiasa dari seorang Nevan.Dia jadi ingat saat pertama kalinya mereka terlambat dan dihukum untuk berjemur, dan juga mengangkat satu kaki ditambah juga untuk menjewer telinganya. Ada gunanya juga dia kemarin mempelajari sejarah. Tidak untuk dilupakan, tapi cukup dikenang dan d
“Sekarang lo jelasin apa maksud ucapan lo?”Nevan terus memaksa Bobby untuk bicara. Tapi sayangnya Bobby memilih diam tanpa mau mengucapkan sepatah katapun. Matanya juga terus menatap Chrissy yang tampak diam saja bersama dengan temannya.Perempuan itu tadi menundukkan kepalanya, lebih tepatnya menyembunyikan wajahnya di lekukan lengannya, Sampai akhirnya dia mengangkat kepalanya untuk menoleh ke arah belakang. Lebih tepatnya untuk menatap Nevan yang sejak tadi memperhatikannya.“Bob lo jangan bikin gue penasaran ya. Buruan ngomong, apa yang lo tahu semua tentang Chrissy selama gue pergi.”Lagi, Bobby hanya menatap Nevan datar. Dia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Banyak yang berubah dari diri Chrissy setelah lo pergi. Apalagi saat tau lo selingkuh sama Lolita.”“Jelasin Bob.”Bobby mengangguk dia pun langsung menceritakan apa yang selama ini terjadi pada Ch
Duduk termenung dan memikirkan ucapan Nevan, itu adalah kegiatan Chrissy sejak satu jam yang lalu. Dia itu bisa berpikir dua kali tidak sih, dan dengan gampangnya dia meminta Chrissy kembali padanya? Apa dia lupa dengan apa yang dia lakukan pada Chrissy?"Harusnya dia nggak ada disini. Kenapa juga dia harus kembali." Gunanya ChrissySetelah bertemu dengan Nevan, Chrissy memang memilih pergi. Dia tidak kembali ke kafetaria atau mungkin ke kelas. Chrissy lebih memilih pulang daripada harus seharian bertemu dengan Nevan.Melihat sebuah mobil masuk ke halaman rumah, Chrissy pun memilih turun dari kamarnya. Kedua orang tuanya baru saja pulang dari luar kota. Maklum saja kedua orang tua Chrissy terlalu gila dengan pekerjaan. Sehingga lupa jika memiliki anak yang butuh kasih sayang mereka."Mom, Dad, Chrissy mau bilang sesuatu." Ucap Chrissy saat melihat kedua orang tuanya masuk ke rumah, dan duduk di rua
"Gila apa, ya nggak mungkin lah gue balikan sama dia." Chrissy menatap Clara tajam, bisa-bisanya perempuan itu mengira jika Chrissy akan kembali pada Nevan. Walaupun dalam hati dia masih menginginkan laki-laki itu.Banyak kenangan yang mereka lalui bersama. Sampai akhirnya Chrissy memilih pergi dari hidup Nevan. Kalau dihitung memanglah benar, Chrissy yang pergi bukan Nevan. Dan bodohnya Chrissy dia tidak mengakhiri hubungan mereka lebih dulu. Jadi intinya mereka itu masih dalam status pacaran tapi salah satu diantara mereka menganggap jika semua ini telah berakhir.Dulu, Chrissy masih berharap jika Nevan akan kembali dan meminta Chrissy untuk kembali. Dan Nevan memilih meninggalkan Lotita dan kembali pada Chrissy. Tapi yang ada Chrissy malah menelan pil pahit, jika Nevan lebih memilih perempuan lain dibanding Chrissy.“Pokoknya jangan mau kembali sama dia, aku nggak suka Nona Chrissy. Aku nggak mau Non Chrissy nangis la
Mau sampai kapan Nevan akan terus seperti ini? dia bahkan tidak bisa mendekati Chrissy lagi seperti dulu. Kalau diingat perjalanan cinta mereka tidak begitu berat. Nevan yang suka dan langsung mendekati Chrissy, dan ternyata perempuan itu memiliki rasa yang sama. Dan akhirnya mereka berdua pun sepakat merubah hubungan mereka menjadi sepasang kekasih.Awalnya tidak ada orang ketiga saat itu. sebelum Nevan pindah sekolah dan menjalin hubungan dengan Lolita. Waktu itu Lolita juga tahu kalau Nevan sudah memiliki kekasih, tapi yang namanya rasa tidak bisa ditutupi dan akhirnya mereka pun menjalin hubungan di belakang Chrissy.“Nevan kamu lagi ada masalah? Kok cemberut gitu?” tanya kakek dan duduk di samping Nevan.Laki-laki itu hanya menggeleng sebagai jawaban, tapi sorot matanya tidak bisa berbohong jika cucunya ini sedang memikirkan sesuatu.“Masih nggak mau ngaku eh. Padahal kakek kenal betul siapa kamu.”
Satu jam sudah Chrissy terus saja menatap bunga daisy dan juga coklat pemberian Nevan. Perempuan itu juga sengaja mengintip Nevan dari jendela kamarnya, yang ternyata laki-laki itu masih ada di depan rumahnya. Chrissy juga tahu jika sejak tadi laki-laki itu menatap kamarnya, yang masih menyala lampunya. Dengan terpaksa Chrissy pun mematikan lampu kamarnya dan menyalakan sebatang rokok. Dia berharap dengan hembusan asap rokok yang dia hisap dan mainkan, mampu membuat beban hidupnya sedikit terangkat.Tapi sayangnya walaupun dia habis satu kotak rokok pun, tak ada satu beban pikiran yang terangkat dari dirinya. Yang ada Chrissy malah semakin pusing dan yakin jika hidupnya akan semakin rumit. Perempuan itu kembali membuka gorden kamarnya dan ternyata Nevan masih berada di depan kamarnya. Laki-laki itu tidak ingin pergi dari depan rumahnya, padahal cuaca semakin dingin jika malam hari, dan ini pun juga hampir tengah malam.Tidak mau membuang waktu
Hal pertama yang dilakukan Nevan adalah berdiam diri melihat Chrissy yang dengah dihukum oleh Pak Roy. Perempuan itu kembali terlambat untuk kesekian kalinya, dan bahkan Nevan bisa prediksi kalau perempuan itu tidak memiliki rasa lelah sama sekali dalam hidupnya.Hidup terus berjalan, dan membuat perempuan itu berdiri dengan satu kaki, tanpa genggaman tangan ataupun sandaran.Semalam pertanyaan Chrissy memang membuat Nevan membisu. Dia juga tidak tahu harus menjawab apa, dan dia juga tidak tahu kenapa dia kembali kecuali permintaan Kakeknya. Tidak mungkin Nevan memberitahu hal penting dalam hidupnya. Walaupun Nevan bersyukur karena kakeknya dia bisa bertemu dengan Chrissy. Dan memanfaatkan keadaan ini untuk meminta maaf pada wanita itu, dan membuatnya mengerti jika selama ini Nevan juga tidak bisa hidup tenang tanpa Chrissy.Saat Nevan ingin mendekatinya, disaat itulah Chrissy malah menghampiri Edgar yang berdiri t
Berapa lama lagi Chrissy harus berdiam diri di rooftop. Setelah insiden ciuman tadi Chrissy dan Nevan menjadi patung, mereka memilih diam dan hanya ada helaan nafas yang keluar dari bibir mereka berdua.Chrissy masih memikirkan ucapan Nevan yang beberapa menit lalu. Ucapan yang entah kenapa membuat Chrissy berpikir dua kali. Mana mungkin Chrissy kembali seperti dulu lagi, tidak!! Dia tidak ingin kembali seperti dulu, dimana rasa sakit hatinya dan juga hidupnya tidak akan ada ujungnya.Perempuan itu mendongak menatap Nevan yang berdiri dari duduknya. Laki-laki itu mengacak rambutnya dan dengan lancang mengecup keningnya."Gue yakin lo bisa." Ucap Nevan dan pergi.Apanya yang bisa? Bahkan membayangkan saja Chrissy tidak mau. Melihat Nevan telah pergi dari rooftop, Chrissy kembali menghela nafasnya kasar. Dia pun mengusap jasa bibir dan juga keningnya, disana ada bekas ciuman atau bahkan kecupan