Dua hari telah berlalu, Rae terus saja mempersiapkan diri dengan segala senjatanya yang mematikan. Ia bahkan kembali melatih tubuhnya saat malam tiba dan terlelap saat menjelang pagi. Gerardo berusaha untuk membuat Rae istirahat, namun istrinya itu tidak pernah ingin diatur.
“Jangan seperti ini, Nona Catalina! Kau bisa jatuh sakit,” Gerardo mencekal tangan Rae yang berniat ingin kembali memukul samsak, dan satu tangannya mencegah benda itu agar tidak mengayun pada tubuh Rae.
“Cukup! Simpan tenagamu.” Gerardo kembali melunak. “Kita tidak tahu kapan, dari mana dan bagaimana mereka menyerang.”
“Itulah alasan kenapa aku tetap seperti ini. Aku harus terjaga!”
Gerardo mengerti apa yang Rae maksud, namun jika terus dibiarkan Rae bisa tumbang sebelum berperang.
“Pergerakan mereka terhenti! Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ini begitu mencurigakan,” jelasnya kemudian.
Rae terdiam,
“Gerard! Rae berlari mengejar sebuah mobil,” beritahu Dante.Tanpa berpikir Panjang, Gerardo bergegas keluar menggunakan mobil. Ia melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah puluhan meter ia menemukan Rae yang sedang berjalan dengan langkah gontai.“Apa yang kau lakukan di sini, Nona Catalina? Apa kau sudah gila?” Gerardo berteriak, menghakimi Rae tanpa tahu apa yang membuatnya berlari begitu jauh seperti orang bodoh. Gerardo turun dan segera menopang tubuh Rae yang hampir saja jatuh.Rae dibawa ke dalam mobil dengan cepat, napasnya tersengal-sengal, ia lelah. “Kejar dia, Tuan Gerard! Dia orangnya. Wanita itu …”“Rae, tenangkan dirimu!” Gerardo menangkup wajah Rae, membuat istrinya itu sadar di mana mereka berada saat ini. “Tenang! Jangan terpancing,” bisiknya pelan.“Aku melihatnya! Di-dia adalah …”“Sstttt … Aku tahu dia adalah wanita itu.&rd
Lagi, lagi dan lagi, Rae dibuat terkejut dengan kenyataan yang ia temukan malam ini. Bukan mengenai kemewahannya, namun karena jarak antara Mansion Gerardo dan kediaman di mana wanita itu berada tidaklah sejauh yang Rae bayangkan.“Jangan berusaha untuk mengecohku! Ini bukanlah tempat yang akan kau datangi bukan?” Rae menekan urat leher pria itu dengan senjata kecil. Sangat kecil, tapi dengan racun yang memastikan.“Ti-tidak! Ini adalah kediaman Nona dan aku memang diminta untuk membawamu ke tempat ini,” jelasnya. Tapi Rae tetap tidak percaya begitu saja.Diam-diam, pria itu meraih ponselnya dan berniat untuk mengabari Nona tetunya, namun Rae bukanlah wanita bodoh yang tidak mengerti mengenai trik murahan seperti ini.“Jadi kau ingin bermain-main denganku? Cepat hubungi dia dan loud speaker!”“Ba-baik …”Sikap pria di hadapannya ini sangat mencurigakan untuk sekelas penjahat. Ya, dia ter
Rae, perempuan cantik itu malam ini benar-benar sangat menikmati hentakan musik dan meliukkan tubuh indahnya di atas dance floor. Dentuman musik yang semakin menggila membuat perempuan itu ikut larut semakin dalam. Ia sama sekali tidak peduli dengan para pria hidung belang yang sudah meneteskan air liurnya saat melihat betapa menggodanya perempuan itu. Dress hitam yang dikenakannya, begitu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah, berisi dan begitu menggoda. Pria manapun yang melihatnya pasti akan lupa diri. Beberapa pria hidung belang mulai naik dan menari bersamanya. Tangan-tangan nakal itu mulai menggoda, berusaha menyentuh apa saja yang bisa mereka dapatkan dari Rae. Tapi sayangnya mereka bodoh, atau mungkin perempuan itu yang terlalu pintar. Dengan cepat ia menggoda mereka dan setelahnya ia langsung menghempaskan mereka begitu saja dan meninggalkan lantai dansa, membuat beberapa pria terlihat bodoh karena gagal mendekati peremp
Rae masih saja sibuk dengan beberapa buku yang ada di meja tersebut. Ia sama sekali tidak mendengar siapapun, namun telinganya sensitif pada satu kata ‘pembunuh’. “Pembunuh!!” teriak seseorang pria dengan keras di ruang perpustakaan itu. “Kamu!! Jangan berteriak, ini perpustakaan bukan lapangan bola,” tegas penjaga tempat keramat itu. “Rae, lo baca buku ini! Ada hewan kecil, tapi ternyata hewan itu pembunuh berdarah dingin. Gue yakin lo suka sama buku ini...” bisik Antony dan memberikan buku tebal yang ada ditangannya itu. “Thanks... Kalau gitu gue baca dulu.” Rae adalah gadis sederhana dan begitu suka membaca. Namun sayangnya tidak ada yang tahu apa yang ada dibalik kesedehanaan, tompel dan kaca mata besarnya itu. Hanya segelintir orang yang dekat dengannya, namun hanya sebatas teman dan mereka sama sekali tidak pernah tahu dimana dan bersama siapa gadis itu ting
Disebuah mansion mewah milik keluarga besar Ignacio, saat ini sedang mengadakan pertemuan keluarga. Mereka tentu saja akan melakukan sebuah perdebatan sengit mengenai satu-satunya penerus keluarga besar mereka yang ada dalam ancaman kutukan masa lalu. Gerardo Ignacio, pria berusia 30 tahun itu saat ini sedang berdiri menghadapan dinding kaca yang memperlihatkan hamparan kota. Semua nampak sama, namun dirinya yang kini telah berubah. “Permisi Tuan muda! Tuan dan Nyonya besar saat ini sedang menunggu anda di ruang keluarga,” jelas maid berusia 50 tahun itu. “Katakan pada mereka, aku akan segera datang.” “Baik Tuan Muda.” Selepas kepergian maid tersebut, Gerardo segera menghabiskan minuman dalam gelasnya dan berjalan dengan santai menuju ruang keluarga. Derap langkah pria itu terdengar menggema saat memasuki ruang keluarga, membuat semua orang mengalihkan pandangannya pada
Rae Catalina, malam ini gadis itu sedang berada disebuah tempat dimana ia bisa menemukan mangsa buruannya. Tugasnya kali ini memang berbahaya, namun Rae sangat menyukai tantangan dan ia berjanji akan kembali dengan membawa kepala musuhnya. Tampil sebagai seorang waiters, tentu saja membuat gadis itu nampak berbeda. Tanpa kacamata dan hanya menggunakan pakaian mini dengan logo khas yang dipasang pada pakaiannya. Matanya terus saja berpedar mencari sosok yang setiap malam selalu melakukan transaksi barang berharga diclub malam ternama ini. Info dari Aldric benar-benar akurat, bahkan beberapa orang yang turut datang malam ini sesuai dengan perkataan kakaknya itu. Sudut bibirnya sedikit terangkat saat siapa yang ia tunggu datang dengan pengawalan begitu ketat. Mungkin ini yang ditakutkan oleh Aldric, tapi sayangnya hal ini sama sekali tidak membuat niat Rae untuk menumbangkan pria itu lenyap. Justru sebaliknya, hasratnya begitu menggebu saat ia melihat penjagaan
Gadis itu tersenyum tipis saat ia berhasil mencuri tempat di samping Gerardo—pria yang sudah menjadi incarannya. Tanpa sungkan, Rae mulai duduk di samping pria itu dan berlagak manja dengan setiap sikap kasar yang diberikan padanya. “Gerard! Aku ingin wanita itu keluar, ini transaksi besar kita dan aku merasa tidak nyaman ada orang asing menyaksikan semua ini,” Teo melayangkan protesnya. “Come on, Teo! Jika gadis ini berani macam-macam, kau pasti tahu apa yang bisa aku lakukan padanya,” jawab Gerard. Teo hanya bisa menatap gadis itu dengan tajam, ingin rasanya ia mengusir Rae, tapi karena Gerard yang memiliki kuasa, Teo hanya bisa menghela napasnya perlahan. Menyembunyikan semua kekhawatiran yang ia miliki. Malam ini, Rae Catalina akan bergerak cepat dan menyelesaikan misinya. Sedikit menyeringai dan memberikan kode pada Teo, gadis itu seketika membuat sosok Teo yang angkuh dan tidak terkalahkan itu merinding, panas dingin. Jika sedikit saja R
Disebuah Manshion mewah milik Gerardo, saat ini Rae sedang berdiri di depan sebuah cermin besar berbentuk oval. Rasanya begitu aneh saat ia memasuki kediaman mewah ini. Tapi meskipun begitu, semua ini sama sekali tidak membuat Rae goyah. Misinya untuk menghabisi pria itu sudah tidak akan bisa lagi dipatahkan, kecuali ia harus meregang nyawa lebih dulu. Tok, tok, tok “Masuk...” jawab Rae dengan lembut. “Permisi Nona, Tuan muda meminta saya untuk mengantar ini,” maid itu meletakan sebuah gaun berwarna merah di atas rajang. “Tuan muda juga berpesan, meminta anda segera bersiap karena Tuan saat ini sedang menunggu anda,” jelas sang maid. ‘Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Sebelum Ia meminta hal macam-macam, aku harus segera mengakhiri semua ini,’ batinya. “Baik, saya akan segera bersiap.” Kecantikannya yang alami membuat gadis itu benar-benar menawan dan sangat cocok dengan gaun merah yang telah disiapkan. Tanpa menggunakan m