Share

Beauty in the dark
Beauty in the dark
Penulis: Wina johana

Pembunuh berdarah dingin

Rae, perempuan cantik itu malam ini benar-benar sangat menikmati hentakan musik dan meliukkan tubuh indahnya di atas dance floor. Dentuman musik yang semakin menggila membuat perempuan itu ikut larut semakin dalam.

Ia sama sekali tidak peduli dengan para pria hidung belang yang sudah meneteskan air liurnya saat melihat betapa menggodanya perempuan itu.

Dress hitam yang dikenakannya, begitu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah, berisi dan begitu menggoda. Pria manapun yang melihatnya pasti akan lupa diri. Beberapa pria hidung belang mulai naik dan menari bersamanya. Tangan-tangan nakal itu mulai menggoda, berusaha menyentuh apa saja yang bisa mereka dapatkan dari Rae.

Tapi sayangnya mereka bodoh, atau mungkin perempuan itu yang terlalu pintar. Dengan cepat ia menggoda mereka dan setelahnya ia langsung menghempaskan mereka begitu saja dan meninggalkan lantai dansa, membuat beberapa pria terlihat bodoh karena gagal mendekati perempuan itu.

Rae turun dari atas dance floor dan kembali pada ruangan yang sudah ia tempati sejak awal kedatangannya ke tempat itu. Siapa dia dan bagaimana ia hidup, tidak pernah ada yang tahu. Karena perempuan itu bagai misteri untuk semua orang.

“Selamat malam Nona Catalina...” sapaan dari suara vokal itu membuat perempuan itu melirik sekilas dan kembali melirik gelas yang sedang ia isi dengan minuman.

Pria itu duduk di hadapan Rae dan langsung menyodorkan amplop berwarna coklat yang nampak menggelembung. Tapi perempuan itu hanya diam, dan memilih duduk dengan bertumpang kaki. Semakin memperlihatkan kakinya yang jenjang dan mulus. Hal itu tentu saja membuat pria yang ada dihadapannya harus menelan salivanya sendiri dengan susah payah.

“I-ini bayaran untuk anda Nona, dan ini semua sesuai dengan perjanjian kita,” katanya dengan gugup, karena tentu saja mata pria itu masih mengintip belahan yang ada dibalik kain hitam itu.

“Apa anda menginginkan ku? Katakan saja...” goda Rae dengan gaya yang begitu menantang.

“Jika bisa, kenapa tidak,” serunya bahagia.

Sudut bibi Rae terangkat, ia menatap pria yang ada dihadapannya dengan begitu menggoda bahkan mampu membuat pria manapun lapar seketika.

Dengan gerakan sensual, Rae menggeser posisi tubuhnya, menyediakan tempat kosong untuk pria itu agar duduk tepat di sampingnya.

“Kemarilah...” Rae menepuk tempat kosong itu, memintanya untuk semakin mendekat.

Layaknya anak kecil yang akan mendapatkan sebuah hadiah, pria dewasa itu hampir saja melonjak dari tempat duduknya dan berpindah tepat disamping Rae. Paha yang mulus dan dada yang berisi milik Rae semakin membuat pria itu kalang kabut dan mulai kehilangan akal.

Tangan nakalnya mulai bergerak dengan berani dan menyetuh kaki mulus Rae. Perlahan dan terus sampai akhirnya tangan pria itu tertahan, karena Rae sengaja menahannya.

“Jangan terburu-buru! Setiap ada kepuasan selalu ada perjanjian,” ucapnya dengan wajah berbeda.

“Tentu! Tentu saja perjanjian itu akan selalu ada,” pria itu menjauhkan tangannya dan langsung bicara layaknya manusia sesungguhnya. “Berapa perjanjian uang yang akan kita lakukan?” lanjutnya lagi.

“Owww... Anda terlalu tergesa Tuan! Bahkan aku belum mengatakan apa perjanjian yang aku inginkan.”

Rae menatap tajam pria itu dan tangan dinginnya mulai menyentuh dada bidangnya. “Aku bisa saja menyerahkan semua milikku, bahkan virgin ku pada anda. Tapi aku tidak yakin jika anda akan menyetujui perjajiannya...”

Pria itu terdiam, namun sudah terlanjur dekat kenapa juga ia harus mundur. Setidaknya malam ini rasa laparnya akan terobati seketika.

“Aku akan menyetujui semuanya! Ayo kita pergi dari tempat ini dan buat perjanjian dengan sedikit bermain-main.”

Rae mengangguk. Dengan cepat ia mengikuti langkah pria itu dan ternyata ia membawa Rae pada sebuah kamar hotel yang memang berada dilantai bawah club malam tersebut.

Dan ini benar-benar diluar dugaan perempuan itu, tapi semua ini sama sekali tidak masalah karena pada dasarnya mereka akan bermain-main. Bukan mereka, tapi Rae yang akan bermain-main.

Ya, dan permainanya akan segera di mulai. Rae mulai duduk ditepian ranjang dan tidak lama ia membaringkan tubuhnya untuk menggoda pria itu. Dan benar saja, dengan mudah pria itu tergoda dan menindih tubuh Rae sempurna, bahkan hampir saja pria itu membenamkan wajahnya di dada Rae.

“Apa anda sangat menginginkan ku, Tuan?” tanya Rae dengan pasrah.

“Ya, aku sangat menginginkan mu. Ayo kita mulai...”

Rae mengangguk dan langsung mengalungkan tangannya di leher pria itu. Ia menengadah, menunjukan betapa indahnya leher jenjang dan mulus yang ia miliki. Dengan kasar, pria itu mulai menghujami leher Rae dengan kecupan basah dan tidak berselang lama pria itu memekik kesakitan dan langsung menjauh dari tubuh Rae.

Ia memegang lehernya dan menarik benda yang saat ini ada di leher bagian belakangnya. “Apa maksudnya ini, Nona Catalina!!” bentak pria itu.

“K-E-M-A-T-I-A-N” Rae mengeja setiak hurup dengan santai, membuat pria itu terbelalak dan tidak berselang lama tubuh kekarnya itu jatuh membentur lantai yang dingin. Kejang dengan bibir yang terus saja mengeluarkan busa dan cairan merah pekat dengan bau anyir yang menjijikan.

“Kau pikir aku ini jalang pemuas nafsu mu! Selamat pergi ke neraka.”

Saat melihat tubuh itu sudah tidak bergerak lagi. Rae mengambil semua barang miliknya dan langsung pergi meninggalkan kamar tersebut.

***

Di sebuah universitas ternama, saat ini semua mahasiswa sedang gemparkan dengan berita mengenai kematian seorang pengusaha ternama yang baru saja beberapa hari ditinggal pergi oleh ayah mertuanya.

“Menurut informasi yang beredar, pengusaha ini mati karena over dosis obat keras. Tapi masih belum jelas mengenai jenis obatnya,” jelas salah satu mahasiswa.

“Ada apa? Sepertinya kalian semua serius sekali?” tiba-tiba perempuan cantik itu datang dan duduk ditengan-tengan mereka semua.

“Lo itu kenapa sih Ca, selalu saja ketinggalan berita yang lagi viral?”

“Apa memangnya?”

Salah satu dari mahasiswa itu memperlihatkan ponselnya dan langsung menunjukan berita kematian itu. Perempuan yang dipanggil Ca itu hanya tersenyum dan melirik sahabatnya sekilas.

“Jadi ini berita viralnya?” Mereka mengangguk. “ Hello... Gue udah liat berita ini tadi pagi. Well, siapa dari kita yang nyatanya ketinggalan berita yang lagi viral itu?”

Mereka semua terdiam. Untuk pertama kalinya melihat Rae mengetahui hal viral sebelum mereka mengatakannya pada gadis bertompel dan berkaca mata besar itu.

“Tapi tunggu! Sepertinya ada yang aneh dengan Nona Catalina kita. Apa mungkin tadi malam dia baru saja menikmati itu bersama kekasihnya?” sindir Bella nakal.

“Apaan sih Bell, jangan suka asal deh kalau bicara!” serunya ketus.

Semua teman-temannya saat ini memperhatiakn Rae dengan seksama. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengintimidasi perempuan itu.

Tidak ingin menjadi bahan tertawaan teman-temannya, gadis itu memutuskan untuk pergi dan masuk ke perpustakaan. Ituhal hal baik yang selalu ia lakukan setiap pagi. Ke tempat dimana deretan buku-buku itu berada dan membaca semua hal pengenai struktur manusia.

Saat sedang sibuk dengan buku-buku itu, dari meja yang ada di sebelahnya, seorang pria terus saja memanggil gadis itu dengan berbisik.

“Ssttt... sssttt... Rae! Rae Ca—“

“Pembunuh!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Awil 20
good dehhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status