Gadis itu tersenyum tipis saat ia berhasil mencuri tempat di samping Gerardo—pria yang sudah menjadi incarannya. Tanpa sungkan, Rae mulai duduk di samping pria itu dan berlagak manja dengan setiap sikap kasar yang diberikan padanya.
“Gerard! Aku ingin wanita itu keluar, ini transaksi besar kita dan aku merasa tidak nyaman ada orang asing menyaksikan semua ini,” Teo melayangkan protesnya.
“Come on, Teo! Jika gadis ini berani macam-macam, kau pasti tahu apa yang bisa aku lakukan padanya,” jawab Gerard.
Teo hanya bisa menatap gadis itu dengan tajam, ingin rasanya ia mengusir Rae, tapi karena Gerard yang memiliki kuasa, Teo hanya bisa menghela napasnya perlahan. Menyembunyikan semua kekhawatiran yang ia miliki.
Malam ini, Rae Catalina akan bergerak cepat dan menyelesaikan misinya. Sedikit menyeringai dan memberikan kode pada Teo, gadis itu seketika membuat sosok Teo yang angkuh dan tidak terkalahkan itu merinding, panas dingin.
Jika sedikit saja Rae salah melangkah, maka gadis itu sudah dapat dipastikan akan terpenggal di tangan Gerardo Ignacio. Teo tentu saja tidak ingin hal itu terjadi. Sosok cantik itu sudah ia anggap seperti adiknya sendiri dan kakak mana yang tega melihat adiknya akan tersiksa oleh manusi berhati iblis seperti Gerard.
“Teo, malam ini aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi. Transaksi ini akan aku serahkan padamu dan untuk...”
“Dan untuk gadis itu, apa kau juga akan membawanya?” potong Teo cepat dengan mata yang tertuju pada Rae.
“Apa kau menginginkannya, Teo?”
Teo tidak menjawab, lidahnya tertahan saat melihat Rae memberikan isyarat kecil. Jika ia tidak menuruti gadis itu, maka hal buruk itu bisa saja terjadi detik ini juga.
Bimbang, itulah yang saat ini terjadi pada Teo. Dilain sisi, Ia sudah berjanji pada Aldric untuk menjaga Rae. Tapi di sisi lain, Ia juga tidak bisa menolak keinginan seorang Rae Catalina.
“Tentu saja tidak! Wanita seperti ini bisa aku dapatkan dengan cepat,” bantah Teo.
“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi sekarang.”
Lin Catalina langsung berdiri tepat dibelakang Gerard, menunggu pria itu berdiri. Mereka sempat berbisik dengan menggunakan kode rahasia, membuat Rae harus menajamkan indra pendengarannya untuk mengetahui rahasia mereka.
‘Sial! Aku sama sekali tidak mendengar apa yang mereka katakan.’
Berpikir untuk memecahkan kode rahasia Gerardo, membuat gadis itu tidak fokus dan melamun sampai membuat tangan kekar pria itu mencengkram kuat kembali rahangnya.
“Apa yang kau pikirkan, hmm? Jangan pernah sekalipun kau berpikir aku akan mengampuni mu jika kau berani macam-macam!” ucapnya dengan penuh intimidasi.
“Tidak Tuan! Saya tidak akan berani macam-macam, hanya satu macam saja yang akan saya lakukan.”
“Siapa kamu sebenarnya?”
DEG
Rae terhenyak, mengapa bisa Gerard bertanya demikian? Apa mungkin karena dia sudah mengetahui siapa Rae sebenarnya?
Tidak ingin terpancing, gadis itu memasang wajah memelas, pasrah dan siap mati jika memang pria itu menginginkannya. Sekarang Rae mengerti mengapa Al memintanya untuk berhenti dan menyerah. Tapi sayangnya, menyerah sama sekali tidak pernah ada dalam kamus gadis itu. Sekali ia melangkan untuk satu tujuan, maka ia tidak akan pernah mundur sebelum tujuan itu tercapai.
“Saya hanya seorang waiters, Tuan. Saya hanya gadis miskin yang membutuhkan banyak uang,” jelas Rae dengan merendah.
Di dunia ini, manusia mana yang tidak membutuhkan uang. Hanya itu yang saat ini terlintas dalam pikiran Rae untuk tetap bisa ada di samping Gerard. Karena hanya tinggal satu langkah lagi, Rae akan sampai pada tujuannya untuk ‘menghabisi Gerardo Ignacio’.
Semakin lama, Gerardo merasa ada yang berbeda pada gadis bernama Lin Catalina. Ia menatap wajahnya dengan lekat, menelisik gerak mata sang wanita untuk mengetahui apa yang sedang ia pikirkan
Hidup dalam dunia hitam, membuat Gerardo lebih berhati-hati dalam melangkah dan bertindak. Kematian saudara dan pewaris Ignacio membuat pria itu sadar jika musuhnya belum juga bisa Ia tumbangkan.
“Aku mengenalmu,” bisik Gerardo yang tentu saja membuat Teo dan Rae terkejut bukan main.
Demi menyelamatkan nyawa Rae, akhirnya Teo memulai aksi mulut besarnya dan mencibir pria itu. Meskipun ia tahu, jika apa yang ia lakukan sama sekali tidak akan membantu adiknya itu.
“Ck! Pantas saja kau menginginkannya. Kenapa kau tidak mengatakan padaku sejak awal, jika kalian ternyata sudah sering berhubungan.”
“Maaf Tuan! Tapi benarkah anda mengenal saya? Jika benar, betapa beruntungnya saya bisa dikenal pria berkelas seperti anda,” timpal Rae.
“Aku sudah sering melihat jalang sepertimu dan ini adalah hal biasa bagiku. “
Kini Rae mengerti jika pria itu menyangka jika dirinya adalah seorang wanita gila uang, sama seperti wanita-wanita yang sudah ia temui sebelumnya. Perlahan, cengkraman itu mulai melemah dan akhirnya terlapas.
‘Aku tidak akan melupakan rasa sakit ini dan nanti giliran mu yang harus merasakan sakit yang lebih dari sakit yang aku rasakan saat ini,’ batin Rae.
Tanpa menunggu lama, mereka pergi meninggalkan club malam tersebut, dengan Rae yang terus saja mengekor dibelakang pria itu bersama para bodyguardnya. Sesekali ia menghela napasnya perlahan, mengingat satu-persatu orang yang ia sayangi.
Aldric sang kakak, meskipun Rae dan Al sama sekali tidak pernah hidup layaknya kakak beradik yang saling menyayangi, Rae tetap mengingat betapa pria itu selalu menjaganya. Jika ia terluka, maka orang pertama yang ketakutan adalah Aldric—sang kakak.
Saat pertemuan terakhir mereka, sebelum Rae menjemput bahaya dengan memasuki kandang singa lapar ini, Aldric sudah memohon dengan sangat, agar Rae membatalkan misi yang diberikan Papi padanya.
‘Dengarkan aku Rae! Aku ini kakak mu. Saat ini aku tidak bicara sebagai pemimpin dari Venosa, jadi aku mohon batalkan misi ini dan kembalilah pulang. Cukup aku kehilangan satu perempuan yang berarti dalam hidupku dan itu tidak akan pernah terjadi lagi,’ kata Al dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Tapi dengan suara tegas, Rae menolak sang kakak. Bagaimanapun dan apapun yang terjadi, Ia memilih untuk maju dan menuntaskan segalanya. Entah Ia berakhir menang ataupun mati, semua akan Ia tanggung sendiri.
‘Maafkan aku... kakak... Ini adalah jalan yang aku pilih sejak dulu, dan tidak mungkin bagiku untuk mundur. Aku akan memberikan kemenangan ini untuk Mami dan Papi,’ batin Rae dengan terus mengayunkan langkahnya di antara pada manusia keji.
“Hey kau! Ayo masuk kemari... Jangan berpikir untuk masuk pada mobil Tuan Gerard,” teriak salah satu bodyguard.
‘Sabar Rae, ini bukan waktunya untukmu bertindak gegabah,’ batinya lagi. Ingin rasanya ia menghabisi mereka dengan satu kali pukulan.
“Baik Tuan.”
Baru saja Rae akan memasukan sebagian badan mobil, suara barithon itu menghentikan niatnya. Sudut bibir gadis itu terangkat, Ia menang dan kesempatan akan kembali datang padanya.
“Bawa wanita itu kemari!”
“Baik Bos!”
Rae yang berpura-pura menulikan telinganya, memilih masuk dan duduk. Sampai dalam hitungan ke tiga bodyguard itu datang dan memintanya untuk keluar.
Tanpa banyak bertanya, Rae kembali keluar dan berjalan menuju mobil mewah milik buruannya itu. Rae menundukan kepalanya, menyembunyikan wajah aslinya dari Gerard dan dan seluruh dunia.
“Ada apa Tuan? Apa saya telah berbuat kesalahan?”
“Masuk dan diam!”
Gadis itu mengangguk dan masuk dengan cepat. Dalam kepalanya, ia kembali menyusun segala strategi. Racun, senjata tajam, senjata api atau apa yang akan ia gunakan untuk menghabisi Gerard. Rae mempertimbangkan segala hal dan kemungkinan yang terjadi.
Racun bisa saja menjadi hal biasa untuk pria seperti Gerard. Rae sangat yakin, jika pria itu sudah mengisi tubuhnya dengan anti racun yang bisa membekukan racun yang masuk ke dalam tubuhnya.
“Dengarkan aku baik-baik! Malam ini aku akan membawamu ke tempatku. Besok, saat matahari terbit kau harus sudah bersiap secantik mungkin. Aku tidak ingin kau bertanya apapun. Diam dan menurutlah.”
“Baik Tuan.”
Disebuah Manshion mewah milik Gerardo, saat ini Rae sedang berdiri di depan sebuah cermin besar berbentuk oval. Rasanya begitu aneh saat ia memasuki kediaman mewah ini. Tapi meskipun begitu, semua ini sama sekali tidak membuat Rae goyah. Misinya untuk menghabisi pria itu sudah tidak akan bisa lagi dipatahkan, kecuali ia harus meregang nyawa lebih dulu. Tok, tok, tok “Masuk...” jawab Rae dengan lembut. “Permisi Nona, Tuan muda meminta saya untuk mengantar ini,” maid itu meletakan sebuah gaun berwarna merah di atas rajang. “Tuan muda juga berpesan, meminta anda segera bersiap karena Tuan saat ini sedang menunggu anda,” jelas sang maid. ‘Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Sebelum Ia meminta hal macam-macam, aku harus segera mengakhiri semua ini,’ batinya. “Baik, saya akan segera bersiap.” Kecantikannya yang alami membuat gadis itu benar-benar menawan dan sangat cocok dengan gaun merah yang telah disiapkan. Tanpa menggunakan m
“Dan satu lagi...” Rae berbisik. Jleb... Satu tusukan mendarat tepat pada kaki pria itu, dan dengan kejamnya Rae menarik kembali benda tersebut dengan keras, membuat Gerardo meringis. Tapi sungguh luar biasa, saat pria itu berada dalam maut, ia masih bisa menunjukan senyumannya. “Ingat namaku, Rae Catalina.” Setelah itu, Rae segera pergi meninggalkan ruangan mewah tersebut dan segera melarikan diri. Gadis itu benar-benar tersenyum puas saat melihat pria itu terkapar. Rae Catalina, dalam setiap gerakan yang ia lakukan semuanya memiliki satu tujuan. Ia dapat dengan mudah mengenali mangsanya dan melihat situasi. Tapi tanpa Rae sadari, ia telah masuk ke dalam jebakannya sendiri. Saat ia sedang berdiri untuk membuka pintu ruangan tersebut, tiba-tiba sebuah gigitan semut terasa ngilu dibagian lehernya. Ia sempat melihat ke arah belakang, dan nampak sebuah seringaian begitu kejam dari sosok Gerardo Ignacio. Setelah itu, tubuh ga
“Kau lihat dia? Aku rasa dia juga jatuh cinta padamu, Gerard,” cibir Dante saat melihat Teo pergi begitu saja meninggalkan ruangan tersebut. Sudut bibir Gerardo sedikit terangkat, hal itu cukup untuk mewakili betapa kata-kata Dante menghiburnya. “Jaga bicara mu! Teo adalah seorang pemain handal dalam urusan wanita. Tapi begitulah dia, posesif.” Gerardo tidak terlalu memikirkan masalah Teo. Pria itu akan kembali tanpa harus ia minta dan akan ada bersamanya dalam waktu-waktu tertentu. Tentu saja, Teo sudah menjadi salah satu orang kepercayaan Gerardo, tapi sayangnya Gerardo tidak pernah menyadari jika Teo adalah duri dalam daging. “Apa yang akan kau lakukan pada gadis ini?” tanya Dante. Pria itu mulai menelisik dengan baik wajah Rae. Wajah cantik Rae Catalina begitu tenang dengan mata yang tertutup, napasnya teratur dan ada sebuah garis berbeda pada sudut matanya. Kening Dante berkerut, saat ia sebuah tanda dipergelangan tangan Rae. Nampak luka,
Dengan bersusah payah, akhirnya Rae bisa duduk dan bersandar. Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padanya, karena setelah ia merasakan ada sebuah gigitan semut pada pundaknya, pandangannya kabur dan sekilas ia melihat bayangan seorang pria. ‘Kepalaku sangat berat, tapi aku harus segera menemui Papi dan Al,’ batin Rae saat matanya kembali tertutup. Tapi keinginannya untuk pulang menemui Papi dan kakaknya sirna saat ia mendengar suara barithon menyapanya dengan begitu khas. Ramah, namun terdengar mengancam. “Hallo... Nona Catalina...?” ‘Apa?! Bukankah itu suara Gerardo, bagaimana bisa pria itu selamat?’ batin Rae dalam keterkejutannya. Perlahan, Rae mulai membuka mata yang terasa berat itu hanya untuk memastikan dugaannya. Entah apa yang diberikan padanya, namun yang pasti Rae merasakan tubuhnya lemas tidak berdaya. “Hai... Aku kira kau sudah pergi ke neraka,” jawab Rae dengan seulas senyum di bibirnya yang tipis. Tidak ad
Bertahun-tahun yang lalu, saat itu kediaman Eduardo sedang merayakan ulang tahun perusahaan. Bersama para kolega dan rekan bisnis dari berbagai negara. Begitu meriah dan menyimpan makna tersendiri dengan segala kemewahan yang ada. Claretta dan Eduardo malam itu tampil dengan balutan gaun dan jas dari percancang ternama. Sama seperti namanya, Claretta yang artinya berkilau, benar-benar berkilau ditengah begitu banyaknya para tamu undangan. Perusahan yang semakin menggurita membuat keluarga Eduardo begitu tersohor. Tidak sedikit dari mereka yang sengaja menjadi penjilat hanya untuk bisa ikut bergabung dan memenangkan tender dari perusahaan Eduardo. “Selamat Tuan Eduardo, waktu berjalan dengan begitu cepat sampai saya tidak menyadari jika ini adalah ulang tahun yang 7, hahaha...” “Terima kasih banyak, begitulah waktu, tanpa kita sadari semakin membuat kita lupa diri dan larut dalam kesibukan.” “Dimana Aldric dan Rae? Apa mereka sedang berada di a
“Tuan! Kami sudah berhasil menangkap wanita itu dan kami masukan ke dalam ruang yang anda minta,” jelas sang bodyguard. “Siksa dia! Tapi ingat, aku ingin dia tetap hidup.” “Baik Tuan!” Rae Catalina, gadis itu berusaha untuk mearikan diri dari kediaman Gerardo. Sepuluh orang bodyguard terbaik Gerardo tewas, membuat pria itu geram dan langsung memberikan Rae pelajaran yang akan Ia ingat selama hidupnya. Dalam ruangan yang didominasi dengan warna hitam itu, saat ini kedua tangan Rae dirantai, namun tidak diangkat tinggi dan masih bisa bergerak. “Katakan!! Siapa yang memintamu untuk menghabisi Tuan ku?” teriak pria bertubuh tinggi besar itu. Dengan membawa cambuk di hadapan Rae, pria itu berlagak ingin menakut-nakuti seorang Rae Catalina. Alih-alih ketakutan, Rae justru memberukan senyum ejekan pada pria itu. “Sampai aku mati, tidak akan pernah aku katakan siapa yang mengantarkan aku kemari.” “Wanita kurang ajar!! Akan aku
Teo masih saja terdiam, menunggu Gerardo menjawab pertanyaan yang sangat ingin Ia ketahui. Teo sama sekali tidak meragukan keahlian bela diri dan kekuatan Rae, namun yang Ia takutkan hanyalah Gerado. Pria itu licik, dan tidak terduga dalam membuat sebuah rencana. “Apa yang akan kau lakukan jika ia ditemukan?” tanya Teo sekali lagi. Bukanya memberikan sebuah jawaban, Gerardo hanya tersenyum tipis dan menatap sekilas Teo, kemudian mengembalikan pandangannya pada sebuah lukisan abstrac yang bernilai jutaan dollar. Selama ini, belum ada yang pernah berani mendekati Gerardo dan sampai berani masuk ke dalam kediamannya hanya berniat untuk menghabisi nyawanya. Tapi sekarang, seorang gadis muda yang cantik jelita, tanpa sungkan hampir saja menghabisi membuat nyawa pria itu melayang jika tidak ada keberuntungan yang menyertainya. “Aku akan menikahinya!” katanya kemudian. “Menikahinya?” ulang Teo. Gerardo mengangguk penuh keyakinan. Tanpa mengal
“Aku tidak akan bisa menyakiti wanita secantik dirimu. Tapi sayangnya aku akan menyiksa mu diatas ranjang hingga kau tahu bagaimana cara untuk bertekuk lutut dan menyembah ku.” Rae menatap tajam Gerardo. Ia masih melihat pria itu duduk dikursi roda, ini tentu saja menjadikan Rae menang satu langkah dari pria itu. “Kau! Pria yang masih duduk diatas kursi roda mengatakan akan menyiksa ku di atas ranjang? Ahahaha... Silahkan kau berpimpi Tuan Gerardo, tapi malam ini aku akan menghabisi semua kesombongan mu!” Gerardo tertawa dengan keras saat melihat seorang gadis kecil sudah berani melawannya. Mungkin Ia belum tahu siapa Gerardo sebenarnya, bagaimana kejamnya pria itu dalam menyiksa musuhnya. Tawa pria itu terhenti seketika, membuat ruangan tersebut hening dan mencekam. Tidak kalah tajam pria itu menatap Rae. Bukan hanya menatap, namun Gerardo memprediksikan bagaimana caranya untuk bisa mengambil alih situasi. “Yang akan menyiksa mu bukan kaki ku