“Kau lihat dia? Aku rasa dia juga jatuh cinta padamu, Gerard,” cibir Dante saat melihat Teo pergi begitu saja meninggalkan ruangan tersebut.
Sudut bibir Gerardo sedikit terangkat, hal itu cukup untuk mewakili betapa kata-kata Dante menghiburnya.
“Jaga bicara mu! Teo adalah seorang pemain handal dalam urusan wanita. Tapi begitulah dia, posesif.”
Gerardo tidak terlalu memikirkan masalah Teo. Pria itu akan kembali tanpa harus ia minta dan akan ada bersamanya dalam waktu-waktu tertentu. Tentu saja, Teo sudah menjadi salah satu orang kepercayaan Gerardo, tapi sayangnya Gerardo tidak pernah menyadari jika Teo adalah duri dalam daging.
“Apa yang akan kau lakukan pada gadis ini?” tanya Dante.
Pria itu mulai menelisik dengan baik wajah Rae. Wajah cantik Rae Catalina begitu tenang dengan mata yang tertutup, napasnya teratur dan ada sebuah garis berbeda pada sudut matanya. Kening Dante berkerut, saat ia sebuah tanda dipergelangan tangan Rae. Nampak luka,
Dengan bersusah payah, akhirnya Rae bisa duduk dan bersandar. Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padanya, karena setelah ia merasakan ada sebuah gigitan semut pada pundaknya, pandangannya kabur dan sekilas ia melihat bayangan seorang pria. ‘Kepalaku sangat berat, tapi aku harus segera menemui Papi dan Al,’ batin Rae saat matanya kembali tertutup. Tapi keinginannya untuk pulang menemui Papi dan kakaknya sirna saat ia mendengar suara barithon menyapanya dengan begitu khas. Ramah, namun terdengar mengancam. “Hallo... Nona Catalina...?” ‘Apa?! Bukankah itu suara Gerardo, bagaimana bisa pria itu selamat?’ batin Rae dalam keterkejutannya. Perlahan, Rae mulai membuka mata yang terasa berat itu hanya untuk memastikan dugaannya. Entah apa yang diberikan padanya, namun yang pasti Rae merasakan tubuhnya lemas tidak berdaya. “Hai... Aku kira kau sudah pergi ke neraka,” jawab Rae dengan seulas senyum di bibirnya yang tipis. Tidak ad
Bertahun-tahun yang lalu, saat itu kediaman Eduardo sedang merayakan ulang tahun perusahaan. Bersama para kolega dan rekan bisnis dari berbagai negara. Begitu meriah dan menyimpan makna tersendiri dengan segala kemewahan yang ada. Claretta dan Eduardo malam itu tampil dengan balutan gaun dan jas dari percancang ternama. Sama seperti namanya, Claretta yang artinya berkilau, benar-benar berkilau ditengah begitu banyaknya para tamu undangan. Perusahan yang semakin menggurita membuat keluarga Eduardo begitu tersohor. Tidak sedikit dari mereka yang sengaja menjadi penjilat hanya untuk bisa ikut bergabung dan memenangkan tender dari perusahaan Eduardo. “Selamat Tuan Eduardo, waktu berjalan dengan begitu cepat sampai saya tidak menyadari jika ini adalah ulang tahun yang 7, hahaha...” “Terima kasih banyak, begitulah waktu, tanpa kita sadari semakin membuat kita lupa diri dan larut dalam kesibukan.” “Dimana Aldric dan Rae? Apa mereka sedang berada di a
“Tuan! Kami sudah berhasil menangkap wanita itu dan kami masukan ke dalam ruang yang anda minta,” jelas sang bodyguard. “Siksa dia! Tapi ingat, aku ingin dia tetap hidup.” “Baik Tuan!” Rae Catalina, gadis itu berusaha untuk mearikan diri dari kediaman Gerardo. Sepuluh orang bodyguard terbaik Gerardo tewas, membuat pria itu geram dan langsung memberikan Rae pelajaran yang akan Ia ingat selama hidupnya. Dalam ruangan yang didominasi dengan warna hitam itu, saat ini kedua tangan Rae dirantai, namun tidak diangkat tinggi dan masih bisa bergerak. “Katakan!! Siapa yang memintamu untuk menghabisi Tuan ku?” teriak pria bertubuh tinggi besar itu. Dengan membawa cambuk di hadapan Rae, pria itu berlagak ingin menakut-nakuti seorang Rae Catalina. Alih-alih ketakutan, Rae justru memberukan senyum ejekan pada pria itu. “Sampai aku mati, tidak akan pernah aku katakan siapa yang mengantarkan aku kemari.” “Wanita kurang ajar!! Akan aku
Teo masih saja terdiam, menunggu Gerardo menjawab pertanyaan yang sangat ingin Ia ketahui. Teo sama sekali tidak meragukan keahlian bela diri dan kekuatan Rae, namun yang Ia takutkan hanyalah Gerado. Pria itu licik, dan tidak terduga dalam membuat sebuah rencana. “Apa yang akan kau lakukan jika ia ditemukan?” tanya Teo sekali lagi. Bukanya memberikan sebuah jawaban, Gerardo hanya tersenyum tipis dan menatap sekilas Teo, kemudian mengembalikan pandangannya pada sebuah lukisan abstrac yang bernilai jutaan dollar. Selama ini, belum ada yang pernah berani mendekati Gerardo dan sampai berani masuk ke dalam kediamannya hanya berniat untuk menghabisi nyawanya. Tapi sekarang, seorang gadis muda yang cantik jelita, tanpa sungkan hampir saja menghabisi membuat nyawa pria itu melayang jika tidak ada keberuntungan yang menyertainya. “Aku akan menikahinya!” katanya kemudian. “Menikahinya?” ulang Teo. Gerardo mengangguk penuh keyakinan. Tanpa mengal
“Aku tidak akan bisa menyakiti wanita secantik dirimu. Tapi sayangnya aku akan menyiksa mu diatas ranjang hingga kau tahu bagaimana cara untuk bertekuk lutut dan menyembah ku.” Rae menatap tajam Gerardo. Ia masih melihat pria itu duduk dikursi roda, ini tentu saja menjadikan Rae menang satu langkah dari pria itu. “Kau! Pria yang masih duduk diatas kursi roda mengatakan akan menyiksa ku di atas ranjang? Ahahaha... Silahkan kau berpimpi Tuan Gerardo, tapi malam ini aku akan menghabisi semua kesombongan mu!” Gerardo tertawa dengan keras saat melihat seorang gadis kecil sudah berani melawannya. Mungkin Ia belum tahu siapa Gerardo sebenarnya, bagaimana kejamnya pria itu dalam menyiksa musuhnya. Tawa pria itu terhenti seketika, membuat ruangan tersebut hening dan mencekam. Tidak kalah tajam pria itu menatap Rae. Bukan hanya menatap, namun Gerardo memprediksikan bagaimana caranya untuk bisa mengambil alih situasi. “Yang akan menyiksa mu bukan kaki ku
Mendengar suara pria itu Rae seketika menjadi siaga. Tiba-tiba saja ia mendengar jika rantai di kakinya terlepas dengan sendirinya. ‘Ini adalah sebuah jebakan! Aku harus berhati-hati,” batin Rae dengan mata yang terus melihat ke setiap sudut. “Jangan mencariku, Nona! Karena sampai kapan pun kau tidak akan menemukan dimana aku berada, tapi kemana pun kau pergi, aku pasti akan menemukan mu,” lagi suara Gerardo terdengar. “Pengecut!! Jika kau memang berani, tunjukkan dirimu dan jangan bersembunyi seperti anak kecil,” teriak Zee. Di ruangan yang berbeda, saat ini Gerardo menatap tajam Rae yang sudah mengatai dirinya sebagai seorang pengecut. Selama ini, semua orang di dunia hitam tahu siapa Gerado dan bagaimana kekejaman pria itu, tidak ada satu orang pun yang berani menghinanya. Ia berdiri dan kali ini akan langsung bicara bersama perempuan itu. Ia tahu, saat ini Rae sama sekali tidak memiliki senjata apapun yang mungkin bisa melukainya, kecuali
Gerardo saat ini menatap Rae dengan begitu buasnya. Ia bagaikan singa lapar yang siap melahap mangsanya dengan sekali telan. Tapi Rae tidak bisa berbuat apa pun, ia hanya bisa kembali mengumpulkan keberaniannya sebelum melawan Gerardo. Atau Ia mati sebelum pria itu berhasil mengambil harga dirinya. “Kau takut, Nona Catalina?” “Tidak! Untuk apa aku takut pada pria pengecut seperti mu? Pria yang selalu bekerja dengan menggunakan tangan kanannya?” Rae berusaha untuk mengulur waktu. Meskipun ia tidak tahu, semua ini akan berhasil atau tidak. “Bukankan Eduardo juga melakukan hal yang sama, cantik?” Gerardo sedikit menekankan nama itu untuk membuat Rae sedikit melunak. Namun bukan itu yang terjadi. Rae justru semakin berani dan membela papi nya. Ia putrinya dan Ia tahu benar bagaimana Eduardo bekerja selama ini. “Kau! Siapa kau berani berkata seperti itu, huh? Kau hanya tahu informasi dari anak buahmu yang payah itu, dan kau bangga?” wajah Rae menunjukkan b
Mendengar hal itu Alea segera memungut kembali pakaiannya dan keluar dengan rasa kecewa. Bagaimana tidak, Ia sama sekali tidak bisa mendapatkan apa yang Ia inginkan dari penyatuannya dengan Gerardo. “Apa kau yakin, Tuan? Aku masih bisa untuk melayani mu?” Ale sekali lagi berusaha, tapi sayangnya perempuan itu sama sekali tidak mendapatkan respon apapun. Ia hanya bisa menarik napas dalam dan kembali menuju kamarnya. Ia hanya bisa pasrah, karena memang seperti inilah tugasnya, wajib memberi dan tidak berhak meminta apapun dari pria itu, terutama hatinya. Gerardo masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berendam. Otot-otot tubuhnya perlu dilemaskan setelah Ia merasa tegang saat melihat tanda itu. Tanda yang membuatnya terus bertanya-tanya, apa mungkin dia orang yang sama, yang dulu pernah... “Tidak mungkin! Aku yakin ini hanya sebuah kebetulan saja,” gumamnya dengan kembali menutup mata. Merasa cukup, akhirnya pria itu keluar dan membersihkan sisa