Share

Part 07

—7—

Lea sedang berbicara dengan Joe mengenai Aleandra yang sekarang dirawat di rumah sakit tepatnya beberapa hari yang lalu. Lea menceritakan semua yang terjadi padanya dan James. Joe sangat marah dan berniat meminta tolong para godfather untuk membantunya menghancurkan James. Namun Lea melarangnya karena James berniat membantu Aleandra untuk sembuh.

"Jadi kau akan menerima tawarannya yang memintamu untuk..."

"Aku hanya ingin memintamu membantuku untuk menghindar dari dia Joe, namun tetap memantau pengobatan Ale," potong Lea.

"Itu tak mungkin bisa, Lea. Dia tak bodoh. Dia pasti akan memperlambat pengobatan Ale jika kau menghilang.”

"Jadi aku harus bagaimana menurutmu?"

"Aku akan meminta bantuan untuk meminjamkan uang pada salah satu pelangganmu,” pikir Joe.

"Aku yakin orang yang kau mintai tolong pasti akan meminta Lea untuk melayaninya di ranjang!"

Lea dan Joe seketika terkejut mendengar suara James berada di pintu ruangan khusus tersebut.

"Ayo pulang, Lea! Kau lupa dengan apa yang ku katakan tadi sore?!"

"Jika kau ingin membawanya pulang, kau harus berhadapan denganku dan para pengawal pelanggan Lea!" Joe berdiri dari duduknya saat James menarik Lea untuk ikut dengannya.

"Sayangnya aku tak tertarik untuk mengotori tanganku. Jadi biarkan Lea yang memilih." James menatap tajam Lea.

Lea menggelengkan kepalanya pada Joe, meminta untuk tak menimbulkan keributan. Dia memohon pada Joe untuk mengizinkannya  pergi bersama James.

Joe tampak kesal dan mengepalkan tangannya. Dia berusaha menekan emosinya karena tak ingin Lea semakin kesulitan.

"Kuharap kau tak membuat hidupnya semakin sulit, Dude! Jika itu terjadi, kau tahu apa yang akan terjadi pada kariermu sebagai dokter!" kecam Joe sambil menatap tajam James.

Lea dan James sudah pergi dari sana. Joe langsung menelepon seseorang ketika pintu ruangan tersebut tertutup.

"Tolong lakukan pengintaian pada seorang dokter bernama James Savier Hoult. Cari tahu apa yang dia lakukan pada Lea dan kekasihnya yang lain." Joe menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari seseorang yang menerima perintahnya.

***

Lea memekik kesakitan ketika James menariknya cukup keras dan memasukkan Lea ke dalam mobil. Dia menatap nyalang wajah James yang terlihat kesal.

"Kau pikir siapa dirimu? Melakukan segala sesuatu dengan seenaknya? Bahkan aku—"

Ucapan Lea terhenti saat James melemparkan sebuah amplop berisi surat perjanjian selama pengobatan Aleandra berjalan. Lea membulatkan matanya ketika membaca peraturan yang dibuat James yang kurang lebih isinya sangat merugikannya dan sangat menguntungkan bagi James.

Lea melempar kembali surat tersebut dan siap memaki.

"Kau pikir aku akan menyetujui perjanjian bodoh ini?! Hah?! Aku akan meminta Ale untuk pulang saja!"

"Sayangnya dia sudah melakukan pengobatan pagi ini," ucap James dengan santai dan mulai menjalankan mobilnya.

"Antar aku ke rumah sakit! Aku ingin memastikannya sendiri!"

"Aku tak ingin diperintah olehmu, Nona. Jadi besok saja kau pergi sendiri ke sana."

"Kalau begitu turunkan aku di sini!"

"Dan membiarkanmu melayani para lelaki hidung belang?!" seru James. "Kau pikir aku sebodoh itu, Lea?! Kau sendiri yang mengatakan dirimu tak sama dengan para pelacur di dalam sana. Harusnya kau bersyukur aku menyelamatkanmu serta menolong adikmu!"

"Aku sangat menyesal seumur hidupku telah bertemu denganmu!" seru Lea yang akhirnya memilih diam dan menatap jalanan.

James melirik Lea yang terdiam setelah mengatakan hal yang membuatnya mengumpat dalam hati. Sebenci itukah dirimu padaku Lea?

Perjalanan hening sampai mereka tiba di unit Apartemen Lea. Dia langsung memasuki kamar dan menguncinya. Dia tak akan membiarkan James kembali memasukinya lagi. Sudah cukup perlakuan kurang ajar James padanya yang berakhir mengecewakan.

"Besok pagi aku akan ke rumah sakit, aku tunggu kau jam tujuh di mobilku!" teriak James seraya berjalan keluar dari unit Apartemen Lea.

***

James sudah kembali ke unit Apartemennya dan menuju kamar. Dia melihat Keyla yang masih tertidur lelap. Setelah membersihkan diri, dia berbaring di samping Keyla. Menatap wajah tenang Keyla yang sempurna.

Kau cantik Key. Aku bersyukur kau sudah mulai membuka hati untukku. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan. Kau berhak bahagia setelah terlalu banyaknya derita yang kau alami selama hidupmu, Key. Maafkan aku. batin James. Dia mencium kening Keyla lalu memeluknya.

Pergerakannya membuat Keyla terbangun.

"Jamie, kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Keyla polos.

"Sudah. Tidurlah. Aku sudah di sini," jawab James sambil mengeratkan pelukannya pada Keyla.

"Aku haus Jamie, biarkan aku bangun sebentar untuk minum."

"Aku akan ambilkan. Kau tetaplah di sini.

James pergi keluar kamar dan beberapa menit kemudian sudah masuk kembali sambil membawakan segelas air putih.

"Kau ke mana? Aku tadi sempat terbangun untuk ke toilet, namun tak ada dirimu di meja kerjamu.” Keyla mengembalikan gelas yang sudah dia minum setengahnya pada James.

"Aku tadi aku membeli flashdisk. Aku lupa menyimpan yang lama jadi aku membelinya sebentar," jelas James.

"Oh begitu. Baiklah sekarang tidurlah Jamie kau tampak lelah." Keyla mengusap rahang James.

"Kau juga tidurlah. Aku akan terjaga sampai kau terlelap.”

"Kali ini biar aku yang terjaga hingga kau terlelap. Aku tak ingin saat aku terbangun, kau tak ada di sampingku." Keyla memohon.

"Baiklah." James memejamkan matanya.

Keyla merasa ada yang aneh dari diri James namun, dia berusaha percaya. Tapi ketika dia melihat sebuah kebohongan tersirat dari manik mata biru terang milik James, membuatnya sadar bahwa kekasihnya mulai berubah.

***

Lea tertidur setelah lelah memikirkan bagaimana caranya untuk lepas dari perjanjiannya dengan James. Namun hatinya berat. Dia memikirkan Aleandra yang harus segera disembuhkan sebelum semuanya terlambat. Dia menangis mengingat kejadian buruk yang menimpa kedua orang tuanya. Dia merasa sendirian saat ini sampai akhirnya dia jatuh terlelap.

Pada saat subuh tiba, dia terbangun dan teringat ucapan James yang akan menunggunya jam tujuh pagi. Dia bergegas sebelum jarum jam menunjuk angka tujuh. Dia pergi keluar dari apartemennya tepat pukul enam lewat tiga puluh menit. Sialnya dia terlambat. James sudah menunggunya di depan pintu kamar apartemennya.

"Kau terlalu mudah ditebak Lea. Ayo, ini hari penting adikmu.” James berjalan lebih dulu. Dia mengabaikan wajah kesal Lea yang sudah bersiap-siap untuk pergi sendiri namun malah ketahuan olehnya.

Setelah mereka tiba di rumah sakit, James mengenalkan Lea pada dokter yang akan menangani Aleandra selama pengobatan. Mereka berniat membawa Aleandra ke Amerika untuk pengobatan lebih lanjut dengan peralatan yang lebih canggih dan bagus.

Awalnya Aleandra menolak karena dia tidak ingin jauh dari kakaknya namun, Lea memaksa. Walau sejujurnya Lea juga tak bisa jauh dari adiknya, tetapi keadaan Aleandra lebih penting dari apapun juga.

Akhirnya mereka membawa Aleandra pergi hari itu juga untuk mempercepat berjalannya pengobatan. Lea menghela napas lelah. Rasanya terlalu sulit melihat adiknya harus menderita seperti ini.

Lea berjalan pulang sendiri karena James sedang praktek. Dia merapikan baju-baju Aleandra dan berniat membawanya minggu depan saat operasi Aleandra mulai. Walau adiknya sudah dibawa lebih dulu, namun untuk melakukan operasi besar pihak rumah sakit dan para dokter ahli memerlukan beberapa tahap dan proses untuk melakukannya.

Setelah merapikan bajunya dan Aleandra, dia keluar dari unit apartemennya dan berniat makan di foodcourt yang ada di sana. Entah kesialan apa lagi yang dia dapatkan saat melihat James dan Keyla sedang menyantap makan malamnya di tempat yang dia pijaki sekarang. Dia menyaksikan kemesraan James yang begitu memanjakan Keyla sampai dia tidak sadar seseorang tengah berdiri di sampingnya dan mengikuti ke mana arah matanya melihat.

"Kau mulai jatuh cinta dengan dokter brengsek itu?" Lea terkejut mendengar suara bariton

milik Joe. Dia menepuk dada Joe mencoba menyangkal apa yang dikatakan lelaki itu.

Lea berjalan memesan makanan di salah satu kios makanan chinese food. Setelah memesan, dia mencari tempat duduk dan membelakangi James dan Keyla, sedangkan Joe duduk di depannya.

"Jangan menutupinya Lea, kau sudah ku anggap seperti adikku."

"Kau tak ke kelab?" Lea mengalihkan pertanyaan Joe yang terus membahas James.

"Kelab

itu bisa beroperasi tanpa adanya aku. Tempat itu akan sepi jika para bitch bertobat," jawab Joe asal walau benar adanya begitu.

"Aku sedikit merindukan para godfather yang terkadang sering menceritakan keburukan istrinya jika mereka sudah mabuk."

"Dan kau akan mengutuk mereka saat mereka mulai menggodamu! Hahaha...." Joe sengaja tertawa sedikit keras untuk membuat James melihat ke arahnya. Bahkan dia dengan sengaja mengacak rambut Lea yang mulai memanyunkan bibirnya saat dia terus menggodanya.

***

Setelah makan malam selesai, Lea naik ke unit apartemennya sementara Joe pergi ke tempatnya bekerja. James dan Keyla sudah kembali ke unit apartemennya setengah jam yang lalu.

Dia memasuki lift dan memencet angka lantai apartemennya. Ketika bunyi 'ting!' terdengar nyaring, pintu lift terbuka dan menampilkan sosok yang tak ingin dia temui. Dia berusaha mengabaikan dengan melewati James tanpa menatapnya.

James mengekor dari belakang dengan perasaan kesal bercampur senang. Dia merasa Lea cemburu pada Keyla, namun dia juga kesal melihat Joe yang terlihat dekat dengan Lea.

Mereka berdua masuk ke dalan unit apartemen Lea.

"Untuk apa kau ke sini? Bukankah tunanganmu harus kau temani? Jika memakan saja harus disuapi, sku rasa mandi pun harus dimandikan," ejek Lea sinis.

"Jadi kau ingin aku melakukan hal yang sama dengan apa yang ku lakukan pada Keyla?"

"Sayangnya aku akan merasa mual jika diperlakukan seperti itu!"

"Jadi kau ingin aku melakukan ini?" James mendekati Lea yang terlihat duduk santai di atas sofa dan menyetel televisi tanpa berniat menontonnya karena Lea terus mengganti salurannya. Dia mengacak-acak rambut Lea.

"Kau! Untuk apa mengacak rambutku? Nanti kusut!" protes Lea. Dia menepis tangan James lalu merapikan rambutnya.

"Saat Joe melakukannya kau bahkan tak terlihat protes." James berujar sambil bersandar pada punggung sofa.

"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Kembalilah ke tempatmu! Aku ingin tidur!" Lea berniat beranjak dari tempat duduknya setelah mematikan televisi, namun tubuhnya terhuyung karena tarikan James yang membuatnya terjatuh dalam pelukan pria itu.

"Kau ingin aku suapi?"

Lea menggeleng cepat dan berusaha menarik diri dari pelukan James yang erat.

"Kalau kau tak mau. Aku yang akan memakanmu.” James mencium Lea sehingga Lea kembali terlihat lemah di hadapan James.

Ciuman mereka berubah menjadi decapan menggoda. Kaos Lea telah terbuka dan kedua James meraup kedua gunung kembarnya dengan leluasa. Bukti gairah James terasa. Lea memaksa dirinya untuk berdiri dan membuka celana James dengan kasar serta tergesa-gesa sampai berhenti di tengah antara lutut dan paha James.

Secepat mungkin Lea langsung berlari menuju kamarnya. James kesulitan menyusul karena pergerakannya terhambat celana yang Lea turunkan sebelumnya.

"Leanor Beverly! Beraninya kau! Cepat buka pintunya atau aku akan mendobraknya!"

Ah, shit!! Ini akan sakit jika tak terpuaskan! batin James menggerutu.

"Lea!!"

"Pulanglah. Aku agak tak enak badan jadi jangan memaksaku," ucap Lea memelankan suaranya.

"Tak akan ada lain kali yang seperti ini Lea! Aku akan memakai kamar mandimu!" teriak James mengalah dan memilih menyiram dirinya dengan dinginnya air.

Setelah setengah jam lamanya, akhirnya James keluar dengan handuk yang sudah tergantung di gagang pintu kamar mandi. Dia tahu Lea pasti meletakannya tanpa berniat mengeluarkan suara dan kembali masuk ke kamarnya sebelum dia selesai.

"Lea, apa kau sudah tidur?" tanya James dari luar pintu. Namun hening.

"Aku akan kembali ke tempatku. Kuncilah pintunya setelah aku pergi,” ucap James.

Lea keluar dari kamar setelah merasa tak ada lagi suara James. Dia berniat mengunci pintu apartemennya namun terkejut ketika James memeluknya dari belakang. Entah di mana James bersembunyi.

Lea berontak dan menginjak kaki James hingga pria itu memekik sakit.

"Kau benar-benar!! Ini sakit Lea!"

"Kau mengagetkanku!"

James berusaha menahan sakit dan bergerak cepat mengecup kening Lea.

"Tidurlah setelah meminum coklat hangat itu.” James menunjuk segelas coklat hangat yang dia buat dan meletakkan di atas meja makan.

"Aku pergi. Jika kau sedang sakit, kau harus mengatakannya padaku." James mengingatkan sebelum membuka pintu.

"Untuk apa aku mengatakannya padamu?"

"Jangan lupa aku seorang dokter, Lea.”

James akhirnya benar-benar beranjak keluar dengan jalan terpincang-pincang.

Lea menatap pintu yang tertutup rapat. Dia kembali meruntuki dirinya yang bodoh dengan mengharapkan jawaban jika James mengkhawatirkannya. Pada kenyataannya James seorang dokter yang akan khawatir jika orang di dekatnya sakit.

Aku semakin bodoh dengan mengharapkan sesuatu yang lebih seperti kau akan memanjakanku layaknya kau memanjakan Keyla. batin Lea.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status