Veronica mengatur kecepatan napasnya yang bergerak tidak teratur. Latihan pertarungan yang menurut penjelasan Isabella adalah teknik dasar untuk pemula ternyata benar-benar sulit. Ia sampai bisa merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat saking intensnya latihan pertamanya tersebut.Jika ia bertanya apakah ia menyesali keputusannya barusan untuk menerima tawaran Karl atau tidak, jawabannya sudah jelas; ia cukup menyesali keputusannya. Tapi tidak ada jalan mundur untuk menarik kembali keputusan yang sudah ia buat. Keadaan bergerak ke arah yang mengerikan, meninggalkannya tanpa opsi yang menguntungkan selain belajar untuk melindungi dirinya sendiri.Setidaknya, ia tidak akan merepotkan Karl ataupun orang-orang di sekitarnya jika sesuatu terjadi padanya. Perasaan kagum kini berkumpul di dalam hatinya, memuji betapa kuatnya Claire Fray--protagonis dalam serial drama Netflix favoritnya, Shadowhunters--yang dipaksa oleh keadaan untuk belajar menerima identitas barunya sebagai manusia setenga
Veronica mengatur kecepatan napasnya yang bergerak tidak teratur. Latihan pertarungan yang menurut penjelasan Isabella adalah teknik dasar untuk pemula ternyata benar-benar sulit. Ia sampai bisa merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat saking intensnya latihan pertamanya tersebut. Jika ia bertanya apakah ia menyesali keputusannya barusan untuk menerima tawaran Karl atau tidak, jawabannya sudah jelas; ia cukup menyesali keputusannya. Tapi tidak ada jalan mundur untuk menarik kembali keputusan yang sudah ia buat. Keadaan bergerak ke arah yang mengerikan, meninggalkannya tanpa opsi yang menguntungkan selain belajar untuk melindungi dirinya sendiri. Setidaknya, ia tidak akan merepotkan Karl ataupun orang-orang di sekitarnya jika sesuatu terjadi padanya. Perasaan kagum kini berkumpul di dalam hatinya, memuji betapa kuatnya Claire Fray--protagonis dalam serial drama N*****x favoritnya, Shadowhunters--yang dipaksa oleh keadaan untuk belajar menerima identitas barunya sebagai manusia seten
Mendengar jawaban dari Nikki barusan saja sudah membuatnya senang setengah mati. Stephen menahan diri untuk tidak melompat senang begitu mendengar jawaban dari Nikki. Walaupun mendapatkan pengampunan dari Nikki itu memiliki harga yang mahal: mengorbankan status hubungannya dengan pacar-pacar perempuannya dan juga membatalkan seluruh acara kencannya dengan kelima orang pacar perempuannya yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari tersebut untuk menghilangkan kepenatannya akan urusan klan werewolf Laurent. "Aku bisa sendiri. Apa kamu pikir aku selemah itu sampai kamu harus menuntunku?" Nikki menepis tangannya saat ia kembali berinisiatif untuk membantu wanita itu mencapai kamar tidurnya yang ada di lantai atas. Ruang latihan yang ia pinjamkan pada Isabella sebagai ruang latihan wanita itu untuk melatih kemampuan bertarung Nikki itu berada di bawah tanah dengan tangga menjadi satu-satunya akses untuk menuju tempat latihan tersebut. Sehingga jelas begitu melihat Nikki yang kini tengah ber
Erna melompat keluar dari mobil yang berhasil membawa mereka keluar dari area La Concha Beach, membawa mereka kembali pulang ke kediaman keluarga Zhang beberapa jam kemudian. Bibirnya mengerucut menahan jengkel, alisnya berkerut sebal saat melihat Bianca masih sibuk menelepon seseorang (atau mungkin beberapa orang? Ia tidak tahu dan tidak mau tahu tentang itu) tanpa menjawab satu pun pertanyaannya selama perjalanan pulang tadi. "Bianca! Apa kamu bisa berhenti menelepon dan jelaskan padaku apa yang terjadi?" serunya seraya menghentakkan kedua kakinya, meluapkan amarahnya yang memuncak saat mengetahui Bianca masih mengacuhkannya. Namun wanita itu tampak tidak terpengaruh with her tantrum, making her even more annoyed than before. "Fine." she finally gave up after everything she did to distract Bianca's attention away from whoever Bianca was calling at the moment. "Ignore me. I will pack my things and go home! Better than staying here with you!" Ia baru saja memutar tubuhnya berbalik
Ruang lokakarya dari lukisan bergaya semi kontemporer tempat ia dan Erick berada saat ini bisa dikatakan cukup ramai dipenuhi oleh pengunjung walaupun bukan akhir pekan sedikit membuatnya tidak nyaman. Ia sempat berharap bahwa tempat ini tidak akan ramai dikunjungi oleh banyak turis seperti yang ia lihat saat ini, mengingat bahwa ia bukan orang yang menikmati berada di tengah keramaian seperti adik perempuannya yang sangat suka dikelilingi oleh pacar-pacar wanita dari adik perempuannya tersebut. Sedangkan ia cenderung lebih menyukai gagasan tentang berada di tempat yang tenang dan damai, ditemani suara alam yang akan menghiasi harinya dan ditemani oleh Erick di sampingnya. Tidak banyak yang menyadari kecenderungannya akan tempat-tempat yang dipenuhi ketenangan seperti yang ia pikirkan saat ini--bahkan ia bertaruh bahwa Erick juga tidak tahu tentang ini--mengingat pekerjaannya sebagai ketua klan vampir Pedrosa di Waterford city tidak mengizinkannya untuk mengungkapkan salah satu dari
Sean Laurent berdiri di depan balkon gedung sayap utara markas Schneider, memandangi langit sore wilayah perbatasan Waterford city dengan tatapan sendu. Tangan kanannya menyentuh cincin yang masih terpasang di jari manis tangannya, memutarinya sambil tersenyum lirih. ["I will."] Perkataan Neil Wilson--mendiang suaminya masih terngiang di telinganya. Saat pria itu mengangguk setuju, menerima lamarannya dengan senyum cerah di wajah tampan Neil berhasil melenyapkan perasaan cemas yang sempat menyelimutinya, khawatir Neil akan menolak lamarannya. Lalu ingatannya berpindah cepat ke saat terakhir ia bisa melihat suaminya dalam keadaan hidup. ["Tunggu di sini. Biar aku yang mengecek situasi. Stay still. Kamu baru pulang kerja."] Tangannya lalu berhenti memainkan cincin di jari manis tangannya tersebut. Menggigit bibir bawahnya dengan rahangnya yang mengeras mendadak, ia merutuki ketololannya di masa lalu. Rasa bersalah yang menghantuinya kembali. Kembali, dan kembali sampai rasanya ia
Erick tidak menjelaskan apa pun padanya selain memberikan lukisan yang ia inginkan barusan padanya. Pacar laki-lakinya itu hanya menyelipkan tangan kanannya, menggenggam erat tangannya yang tidak membawa lukisan tersebut dan menuntunnya keluar dari galeri seni itu dengan wajah yang sangat tegang. Sejak menerima panggilan dari Bianca barusan, sikap Erick berubah aneh. Sepertinya memang ada yang disembunyikan oleh Erick darinya. Sesuatu yang besar. Tapi apa? ["Kak? Kakak di mana? Aku diserang!"] Perkataan Bianca barusan di telepon sepuluh menit yang lalu mengusik kembali pikirannya, menciptakan perasaan cemas bercampur khawatir akan anggota keluarga satu-satunya yang ia miliki sekarang sejak menghilangnya ayah mereka secara misterius setelah sempat nyaris membunuhnya beberapa waktu yang lalu. "Hop in." Perkataan Erick barusan menyadarkannya dari rentetan pertanyaan yang ada di dalam pikirannya barusan, mengalihkan perhatiannya menuju pada Erick yang sudah membuka pintu mobil. M
Cukup lama Erick memeluk tubuhnya sebelum akhirnya pria itu melepaskan pelukannya dan keluar dari mobil setelah mematikan mesin mobilnya, berlari kecil memutari mobil agar bisa membukakan pintu untuknya yang menjadi rutinitas pria itu sejak mereka resmi berpacaran. Matanya memandangi sosok Erick yang semakin membuatnya merasa penasaran itu penuh arti, memberi isyarat pada pacar laki-lakinya itu untuk menjelaskan maksud perkataannya barusan. Namun bukannya menjelaskan maksud perkataannya barusan, pria Asia itu malah menyelipkan jemari-jemarinya masuk ke dalam jemari-jemarinya, menuntunnya memasuki kediaman keluarga Zhang setelah melemparkan kunci mobil pada salah satu pelayan keluarga Zhang yang menunggu di depan pintu masuk bangunan mansion tersebut. Ia bahkan belum sempat mengambil lukisan pemberian Erick barusan yang masih berada di dalam mobil mereka saat Erick menuntunnya barusan, sehingga keengganannya membuatnya terus memandang ke belakang, memandangi bayangan mobil yang ia tump