Share

SWEET MY LOVE (INDONESIA)
SWEET MY LOVE (INDONESIA)
Penulis: Jezlyn

1 - Istri Pengganti

“SAH?”

“SAH!”

Seluruh pengunjung tamu langsung berdoa dan mengaminkan doa dari seorang penghulu. Berbeda dengan Ziva yang masih diam membisu karena terasa jika dunianya telah berakhir. Bukan karena ia ikut meninggal seperti kakaknya yang terkena serangan jantung melainkan statusnya yang saat ini menjadi seorang istri sah dari pengusaha sukses Jakarta bernama Regantara Abimana.

Ziva masih tidak menyakini kejadian yang begitu sangat mendadak ini. Kakaknya. Celine Nadira meninggal dunia terkena serangan jantung saat acara ijab qobul yang akan dimulai dua jam lagi. Semua langsung terkejut dan merasa sedih melihat kepergian Kak Celine yang sudah mengenakkan baju pengantin. Ziva sang adik hanya bisa menangis sambil menatapi wajah pucat dari sang kakak.

Saat itu, Bramono memberitahukan berita duka ini kepada pihak keluarga Regantara Abimana. Namun, saat memberikan berita duka ini justru pihak keluarga mempelai laki-laki ingin pernikahan tetap dilanjutkan karena sudah mengundang banyak tamu serta wartawan bisnis yang akan meliput. Bramono yang merasa bingung dengan permintaan dari pihak keluarga Regantara pun akhirnya menawarkan putri bungsunya yang masih kuliah di bangku semester tujuh ini. Pihak Regantara pun langsung setuju dengan ide usulan dari Bramono.

Bramono pun langsung memberitahukan kepada keluarga besarnya jika pernikahan dilanjutkan setelah pemakaman Celine dilakukan. Ia juga memberitahukan jika mempelai perempuan digantikan oleh Zivanya Alesha. Tentu saja semua keluarga besar merasa terkejut dan syok. Pasalnya Ziva sudah memiliki kekasih bernama Miko.

Dan saat itu pula, Bramono langsung berbicara empat mata dengan Miko yang memang hadir untuk meramaikan pernikahan calon kakak iparnya. Awalnya Miko menolak untuk melepaskan Ziva, namun melihat tampang memelas dari Bramono akhirnya Miko setuju untuk melepaskan Ziva menikah dengan Regantara. Namun tentu saja Miko meminta pernikahan itu dilakukan hanya setahun saja, dan mereka harus bercerai. Miko pun memberi syarat jika Ziva dan Regantara hanya menikah di atas kertas alias status semata. Mereka tidak boleh melakukan hubungan suami istri hingga bercerai.

Mendengar permintaan Miko, membuat Bramono berpikir dan memberikan penjelasan kepada pihak Regantara pelan-pelan mengenai persyaratan yang diajukan oleh Miko. Dan pihak Regantara pun setuju asal pernikahan tetap lanjut.

Hingga akhirnya kini Ziva sudah berdiri di samping Regantara dan bola matanya terus menatap Miko yang berdiri di antara tamu undangan.

“Mikoooo,” lirih Ziva.

Jangan tanya perasaan Ziva saat ini bagaimana. Yang pasti sangat hancur redam karena impian menikah dengan pria yang dicintai telah pupus. Ziva tak bisa menahan bendungan air matanya hingga kini terjatuh membasahi pipi mulusnya.

“Jangan nangis, bisa?” geram Regantara.

Ziva menoleh tidak percaya mendengar perkataan Regantara. Bahkan tampang pria itu tidak nampak sedih sama sekali saat ini. Padahal harusnya sedih karena Kak Celine baru saja pergi meninggalkannya. Dan yang lebih membuat Ziva sangat benci pria itu selalu tersenyum menyambut tamu undangan yang mengajaknya bersalaman.

“Lebih dekat lagi, itu banyak wartawan yang sedang memotret kita,” katanya lagi.

Ziva diam. Ia hanya menurut saja saat ditarik pinggulnya oleh pria yang akan jadi kakak iparnya itu. Ziva masih tidak menyangka jika pria menyebalkan ini justru menjadi suaminya saat ini.

Dulu sewaktu Kak Celine masih berpacaran dengan Regantara, Ziva selalu merayu dan membujuk kakaknya untuk putus dengan pria menyebalkan itu. Pasalnya Ziva sering melihat pria itu membuat menangis Kak Celine. Ziva tahu betul jika mendiang sang kakak sangat mencintai Regantara namun entah dengan perasaan pria setengah bule itu kepada kakaknya, Ziva nggak tahu. Mungkin bagi dia kak Celine hanya pelampiasan nafsu bejadnya saja. Meski Kak Celine tak pernah cerita, tapi Ziva yakin jika pria yang menjadi suaminya ini penjahat wanita.

Waktu terus berlalu hingga kini sudah memasuki penutupan acara pernikahan. Ziva dan Regan pun langsung turun dari panggung dekorasi dan berjalan masing-masing menuju ke arah keluarga masing-masing.

Ziva langsung memeluk mama dan papanya. Ketiga orang ini langsung menangis bersama karena benar-benar merasa berduka ditinggal pergi oleh Celine.

“Maafin Papa, ya, Nak,” ujar Bramono.

Ziva menggeleng pelan. “Gapapa, lagian kalau Ziva nggak nikah sama dia pasti nanti Papa dipecat dari kantornya kan?”

Bramono terkekeh pelan dan mengecup kening sang putri. “Papa sudah ikhlas dipecat dari kantor Regan, tapi yang Papa sedih saat ini adalah melihat kamu menikah dengan pria yang tidak kamu cintai. Maafin Papa sudah jahat sama kamu.”

“Gapapa, Pa, lagian kita juga punya utang banyak di kantor dia kan? Utang itu juga buat biaya kuliah Ziva. Kak Celine juga udah kerja keras buat Ziva, jadi gapapa jika memang pernikahan ini sebagai wujud bakti Ziva sama Papa dan Kak Celine.”

Lagi-lagi mereka berpelukan, dan tak lama terdengar suara baritone yang membuat semuanya menoleh.

“Sebaiknya cepat ke mobil, karena kita akan langsung terbang ke Singapore.”

Ziva langsung melongo dan mengatupkan kembali mulutnya. Ia menatap sedih kedua orang tuanya yang diam tak berdaya.

“Pergilah, Nak.”

Ziva mengangguk, dan ia pun langsung mengikuti derap langkah kaki Regan yang keluar ballroom hotel yang dijadikan acara pernikahan. Ziva menatap dekorasi pernikahan yang begitu mewah dan megah, namun sayang hatinya tidak bahagia dengan pernikahan ini. Ziva tersenyum miris membayangkan kakaknya yang berdiri di atas panggung itu, tapi Tuhan lagi-lagi punya rencana indah dibalik itu semua.

Saat memasuki mobil milik Regan pun, Ziva merasa bingung karena mereka tak menuju ke arah jalur bandara melainkan ke arah pemakaman.

“Kita ….”

“Makam Celine.”

Ziva langsung diam. Ia juga merasa sedih karena tidak mengantarkan kakaknya sampai peristirahatan terakhirnya karena ia harus dirias detik itu juga. Ziva hanya melihat saat kakaknya tengah dirias dan mendadak memegang dada kemudian langsung pergi meninggalkan semuanya.

Proses pemakaman pun dilakukan sangat cepat karena terkejar dengan acara pernikahan konyol ini. Mama Papa Ziva pun ikut mengiring kepemakaman dan langsung kembali ke hotel tempat resepsi dilakukan.

Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil itu sampai di sebuah pemakaman Jakarta. Regan langsung turun dan mengambil bunga yang diletakkan di bagasi mobil. Ziva yang melihat itu langsung ikut keluar dan sedikit menarik gaunnya ke atas karena saat ini ia masih mengenakkan baju pengantin yang kebesaran.

Ziva langsung memelankan jalannya saat melihat Regan berjongkok di depan batu nisan bertuliskan nama kakaknya. Hati Ziva langsung terasa teriris-iris melihat kakaknya sudah tiada. Ia masih merasa jika kemarin malam masih bercanda dan curhat soal pernikahan yang kakaknya impikan ini.

Ziva langsung ikut berjongkok dan mengusap batu nisan itu lembut. Bahkan tanahnya pun masih sangat basah dan bunga-bunga pun masih tampak segar.

“Kak … Ziva di sini kunjungi Kakak,” lirihnya.

Di saat sedang meratapi kesedihan, Ziva terkejut dengan sikap Regan yang berdiri dengan cepat dan berjalan meninggalkannya. Ziva yang penakut pun langsung menoleh ke arah kanan dan kiri.

“Woy Regan tunggu,” teriak Ziva yang membuat Regan berhenti melangkah. Kepalanya menoleh ke belakang dengan tatapan yang begitu mengintimidasi Ziva. Melihat itu membuat Ziva merasa takut sendiri.

“Cepat berdiri, ini sudah malam. Kamu mau tidur di sini sama hantu?” katanya tegas.

Mendengar kata ‘hantu’ membuat Ziva langsung berdiri dengan cepat hingga membuat kakinya tersangkut gaun pengantin sampai membuatnya terjatuh di atas tanah kuburan.

“AAAAAAAA,” teriak Ziva kencang.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Liliani Susanto
saadgjkl vfy
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
wah baru baca sudah ekstrim gini cerita emak. semangat mak ku tunggu karya² nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status