Share

5 - Rencana Gila Miko

Merasa sudah malam dan perempuan manja itu tidak juga keluar kamar membuat Regan sedikit khawatir. Pasalnya bertemu terakhir saat sore hari pas perempuan itu terjatuh. Regan pun langsung menelepon salah satu asisten rumah tangga yang di rumah untuk ke apartemen agar membersihkan apartemennya serta untuk memasak makan malam nanti.

“Bi, tolong kamu ketuk kamar Ziva.”

“Baik, Den.”

Bi Minah akhirnya menurut perintah sang majikan. Dia mengetuk pintu kamar Ziva yang tertutup rapat.

Tok. Tok. Tok.

“Non, Non Ziva. Buka pintunya Non, makan malam.”

“Ziva nggak makan,” sahutnya lirih.

Sudah mendapat respon membuat Bi Minah kembali ke arah meja makan untuk melaporkan.

“Katanya nggak mau makan.”

Regan langsung berdecak kesal. “Ya sudah, makasih Bi. Sekarang Bibi bisa kembali ke rumah Bunda.”

“Baik, Den. Permisi.”

Saat sudah tidak ada siapapun membuat Regan bertekad ke arah kamar Ziva. Regan mengetuk dengan tidak sabaran karena mendengar penolakan dari perempuan kecil itu.

“Ziva! Bukan pintunya, makan!”

“Aku nggak makan.”

“Buka pintunya atau aku dobrak nanti.”

Sengaja Regan mengancam seperti itu agar Ziva takut. Dan ancaman dirinya berhasil dengan Ziva yang sudah membuka pintu kamar saat ini.

Terdapat keanehan di wajah Ziva yang tampak pucat. Regan yang merasa khawatir langsung mengenyahkan perasaan itu.

“Makan!”

Ziva menggeleng dengan lemah.

“Ck! Mau disuapi, hah? Aku lupa kalau kamu emang masih suka disuapin. Celine pernah mengatakan ini sama aku.”

Ziva yang diam saja membuat Regan semakin khawatir. Apalagi jika dipancing ledekan seperti ini pasti perempuan kecil ini akan kesal dan mengumpatinya.

“Kepalaku pusing,” cicitnya.

“Kamu sakit?”

Tangan kekar Regan pun langsung mengecek suhu tubuh Ziva di keningnya. Sedikit hangat dan itu membuat Regan khawatir. Apa efek jatuh bisa demam?

“Ya sudah minum obat. Tapi makan dulu.”

Ziva menggeleng lemas.

“Dasar manja! Tunggu di sini.”

Regan langsung berjalan menuju ke meja makan. Ia mengambil nasi dan lauk pauk lengkap untuk perempuan kecil manja itu.

Melihat Ziva yang masih berdiri membuat Regan segera menuntunnya ke dalam kamar. Regan menyuruh Ziva duduk di pinggir ranjang dengan ia yang mencoba menyuapi perempuan manja ini.

Seumur-umur ini Regan pertama kali menyuapi seorang perempuan. Saat pacaran dengan Celine saja ia tidak pernah suap-suapan seperti ini. Dan sekarang dirinya sedang menyuapi seorang gadis. Sialan! Kalau begini terasa menjadi sugar daddy.

“A,” titah Regan tegas.

Ziva menggeleng pelan. “Aku mau tidur.”

“Makan dulu terus minum obat.”

Terus disodori sendok membuat Ziva membuka mulut. Ziva menerima suap demi suap makanan dari tangan Regan hingga habis setengah. Merasa sudah kenyang pun membuat Ziva angkat tangan.

Regan lupa membawa air hingga membuatnya keluar mengambil air dan obat. “Minum.”

Ziva diam saja sambil matanya melihat obat demam di tangan Regan. Pasalnya Ziva tidak bisa minum obat tablet dalam bentuk utuh seperti itu. Ia bisa minum obat harus sirup atau puyer.

“Aku nggak bisa minum tablet,” katanya.

“Hah? Maksudnya?”

“Digerus dulu,” tambahnya.

“Shiiit!” umpat Regan mendengar permintaan bocah kecil ini yang memang banyak maunya.

Tak ingin nanti suhu tubuhnya naik membuat Regan langsung keluar kamar mengambil dua buah sendok untuk menggerus obat itu.

Setelah menjadi puyer baru Regan suapkan kepada Ziva. Regan benar-benar merasa menjadi seorang daddy saat ini.

“Ya sudah tidur sana, kalau besok masih sakit tidak usah berangkat ke kampus.”

Ziva tak menghiraukan ocehan Regan yang selalu bernada ketus itu. Apalagi tidak ada lembut-lembutnya sama sekali jika berbicara kepadanya. Ziva lebih memilih memejamkan mata untuk menghindari tatapan elang Regan.

Di saat akan beranjak dari pinggiran ranjang, terdengar getaran ponsel Ziva yang memang diletakkan di atas nakas. Ekor mata Regan menangkap id caller yang memanggil.

‘My Love,’ batin Regan dengan senyum kecutnya.

Merasa tidak ada urusan lagi membuat Regan segera keluar kamar Ziva. Entah kenapa id kontak itu sangat mengganggu pikirannya malam ini.

“Sial!” umpat Regan kesal.

***

Pagi ini seperti biasa. Ziva sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kampusnya. Tubuhnya yang masih terasa nyeri pun ia abaikan. Apalagi semalam setelah minum obat ia langsung tertidur begitu pulas.

Banyak sekali missed call dan chat pesan dari Miko yang membuatnya merasa bersalah. Semalam Miko benar-benar merasa khawatir akan kondisinya. Kekasih yang baik itu seperti Miko yang selalu khawatir akan kondisinya tidak seperti iblis neraka alias Regantara Abimana.

Tepat membuka pintu kamar, Ziva berpapasan dengan Regan yang seperti habis olahraga dengan melihat pakaian yang dikenakannya itu.

Melihat penampilan Regan membuat Ziva meneguk salivanya sendiri. Tangan berotot dan dadanya yang lebar membuat terlihat begitu maco juga sangat jantan.

“Sudah sembuh?”

“Aku nggak sakit. Semalam cuma anget aja nggak demam.”

“Oh … yasudah. Sopir udah stand by di lobby.”

“Hmm.”

Ziva langsung melangkah melewati Regan yang masih berdiri dengan keringat di sekujur tubuhnya. Ia melihat perempuan kecil itu yang sudah hilang dibalik pintu apartemen.

Tangan Regan langsung mengambil ponsel dan mengetikkan pesan kepada orang suruhannya itu. Regan memerintahkan orang untuk mengawasi pergerakan Ziva juga Miko di kampus.

Ziva yang sudah di jalan menuju kampus hanya diam membisu kala seluruh tubuhnya masih terasa nyeri juga sakit. Bahkan perutnya kini terasa sangat lapar karena belum sarapan.

Merasa sudah tak memiliki uang membuat Ziva bingung. Ia ingin meminta kepada papanya namun kasihan karena sang papa sudah banyak beban hidup selama ini. Ziva pun memutuskan akan bekerja paruh waktu.

Saat sampai di kampus, Ziva tidak langsung menuju kelas. Ia langsung berjalan ke arah tempat Miko duduk bersama teman-temannya.

“Mikooo,” panggil Ziva lirih.

“Hai honey,” sahut Miko tersenyum lebar. Miko pun melambaikan tangan agar Ziva segera mendekat ke arahnya.

“Gila gila gila kalian berdua. Salut sama lo pokoknya berani panggil sayang ke istri orang,” ujar Rio. Teman kelas Miko dan tongkrongannya.

“Ck! Pria tua itu saja yang merebut Ziva dari gue. Lagian Ziva kan emang tercipta untuk Miko seorang.”

Ziva tersenyum dan tersipu malu saat Miko mengatakan itu di depan para teman-temannya.

“Lagian Ziva juga akan cerai kok nanti. Iyakan Honey?”

Ziva mengangguk sambil tersenyum.

“Kok bisa lo nggak cinta sama Regan tapi nikah sih?” kini giliran Idhar teman Miko juga yang bertanya.

“Ceritanya panjang,” sahut Miko cepat. “Pokoknya gue tinggal nunggu perceraian Ziva aja, sih. Ya mungkin sebulan lagi bisa kan, ya? Entar aku bantu cari pengacara buat kamu, ya,” lanjut Miko sambil mengecup pipi Ziva.

Ziva yang memang sudah sangat mencintai Miko hanya mengangguk setuju. Ziva juga tak malu menunjukkan kemesraan didepan publik bersama Miko. Soal ancaman Regan tak ia pedulikan.

“Entar malam nonton aku futsal, ya?” ujar Miko kepada Ziva. “Soalnya kalau ditonton kamu mendadak jadi semangat,” lanjutnya yang langsung mendapat sorakan Rio juga Idhar.

“Dasaaar kadal,” seru Rio mendengar Miko menggombali Ziva.

“Pasti. Kalau gitu aku ke kelas dulu, ya. Sebentar lagi mulai.”

“Bye Honey.”

Miko melambaikan tangan kepada Ziva. Miko kembali bersama teman-teman nongkrongnya itu membahas perempuan kampus yang gampang sekali dibawa oleh Om-Om.

“Eh, Ngab, lo udah bobolin si Ziva belum, sih?’ tanya Rio.

“Belum lha anjir. Dia itu masih perawan.”

“Tapikan dia udah nikah sekarang. Pastikan mereka ena-ena anjir.” Rio pun mengeluarkan pendapatnya.

“Enggak! Mereka nikah di atas kertas doang. Ziva udah cinta banget sama gue.”

“Bobolin Ngab cepetan,” dukung Idhar.

“Penginnya gitu, tapi nanti deh nunggu momen yang tepat. Saben mau bobolin tuh anak pasti nolak terus. Bilangnya entar aja kalau udah nikah. Yaudah gue ikuti aja, tapi gue yakin sebentar lagi bakalan gue bobol itu gawang,” ujar Miko yakin.

“Mau kita bantu nggak?” Idhar pun menepuk bahu Miko sambil menatap licik. “Obat lah Ngab.”

“Bener banget anjir, tapi gue pengin Ziva yang minta duluan.”

“Nah itu dia, kalau diobat pasti entar dia yang gelisah dan terangsang sendiri.”

Miko tampak berpikir keras mendapat usulan ide Idhar yang memang otaknya begitu cabul. Ponselnya saja banyak sekali video bokep. Bisa dikatakan dia raja bokep.

“Skuy lah.” Miko setuju dengan usulan ide gila Idhar. Ia kini berpikir mengajak Ziva ke tempat yang enak untuk menggarap kekasihnya itu agar aman dari siapa pun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status