Share

6 - Mulai Terjadi Peperangan

Di tempat lain Regan tampak mengepalkan tangan begitu kuat kala mendengar semua niat buruk Miko. Apalagi mendengar Miko akan membantu proses perceraian dirinya dengan Ziva. Memang ini hanya pernikahan status, tapi Regan tidak suka kala urusan pribadinya diikut campuri oleh orang lain seperti ini.

Melihat jam kuliah Ziva yang sebentar lagi selesai membuat Regan segera bergegas ke kampus untuk menjemput istri kecilnya itu. Regan tidak ingin jika Ziva dimonopoli oleh Miko.

Saat menjalankan mobil pun Regan mencengkram setir dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Regan marah kala mendengar Miko ingin memberikan obat rangsangan kepada Ziva. Entah kenapa mendengar itu membuat hati Regan tak terima bahkan panas.

Tepat sampai di kampus, mata Regan langsung menyusuri keberadaan Ziva. Ia pun langsung mengirim pesan kepada orang suruhannya untuk mengecek keberadaan Ziva atau Miko saat ini.

Mendengar Miko sedang ada kelas membuat Regan bernapas lega. Artinya istri kecilnya sedang sendirian. Regan tinggal menunggu sabar Ziva keluar kampus.

Saat akan turun dari mobil, mata Regan menangkap sosok Ziva yang sedang berjalan keluar kampus sambil meringis kepanasan. Regan melihat wajah Ziva yang sangat pucat itu. Bahkan bibir merah ranumnya yang Regan lihat sangat tampak putih.

Regan langsung memanggil nomor kontak Ziva, dan seperti dugaannya jika teleponnya hanya dilihat saja tanpa dijawab.

Terpaksa Regan keluar mobil dan berjalan cepat ke arah Ziva yang sedang berjalan menuju fakultas teknik yang artinya akan menuju Miko.

Regan langsung menarik lengan Ziva dari belakang yang membuat sang empu langsung terkejut.

“Astaga.”

“Mau kemana?”

“Lho, kenapa kamu ada di kampus?” mata Ziva tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pasalnya Ziva tak suka jika pria menyebalkan ini berkunjung ke kampus yang pasti nanti akan menimbulkan berita heboh.

“Pulang.”

“Aku ada perlu.”

“Pulang atau nanti kamu menyesal.”

“Apa sih ancam-ancam begitu.”

Ziva tetap tak menghiraukan ancaman Regan. Yang dibutuhkan hanya segera ke fakultas teknik untuk menemui Miko-nya.

Baru berbalik arah, tangan Regan langsung menarik Ziva paksa dan menyeret ke mobilnya. Untungnya keadaan kampus sedang sepi karena kebanyakan lagi dalam kelas. Hanya kelas Ziva saja yang selesai lebih awal.

“Lepasin, Regan apaan sih. Aku bukan Kak Celine,” seru Ziva lantang.

Regan berhasil memasukkan Ziva ke dalam mobil. Ia sendiri langsung berputar ke arah kemudi dan segera melajukan menuju ke rumah bundanya. Pasti Ziva akan selalu menurut jika di depan bundanya. Di apartemen sepertinya akan berbahaya untuk kedepannya. Buktinya saja Ziva pernah kabur di pagi buta.

“Ceraikan aku! Rasanya aku nggak kuat hidup seperti ini,” teriak Ziva di dalam mobil sambil menangis. Sebelum berurusan dengan Regan, hidup Ziva baik-baik saja dan sangat bahagia karena ada Miko. Tidak seperti ini banyak tuntutan.

“Kamu tahu dong, kita kan sedang diberitakan honeymoon ke Singapore.”

“Persetan! Aku nggak peduli soal itu. Aku pokoknya minta cerai!”

Ckiiiiiiiiiiiittt.

Dug!

Ziva langsung terjedud ke dashboar mobil karena tidak menggunakan seatbelt. Suara rengekan dan tangisan pun keluar dari mulut Ziva yang membuat Regan merasa bersalah.

“Maaf,” lirih.

“Hiks … dasar iblis neraka!” teriak Ziva lantang dan memukul dada Regan dengan brutal. Bahkan ia sangat emosi sekali dengan pria menyebalkan ini.

Mendapat serangan bertubi-tubi membuat Regan diam dan memegang lengan Ziva kuat. Saat sudah dipegang kuat oleh tangan Regan, Ziva hanya berontak untuk dilepaskan.

“Lepas iblis neraka!” teriaknya lantang.

Regan melepaskan cekalan itu dan melihat apa yang akan dilakukan oleh perempuan kecilnya. Mendapat kesempatan membuat Ziva keluar mobil dan berlari sejauh mungkin meski kepalanya sangat pusing.

Melihat sikap keras kepala Ziva membuat Regan berputar otak agar istri kecilnya akan kembali dan memohon kepadanya sambil berlutut.

“Jangan panggil Regantara Abimana kalau tidak bisa membuat perempuan kecil itu bertekuk lutut,” gumamnya sambil mengepal kuat.

Lain hal dengan Ziva yang berjalan di trotoar sambil menangis. Ponselnya terus berdering yang membuat Ziva penasaran.

Keningnya mengerut kala papanya menelepon sebanyak itu. Ziva segera mengangkat panggilan papanya sambil mengusap air mata yang terus mengalir.

“Halo, Pa.”

“Zivaaaaa.”

Ziva terkejut kala mendengar suara sang papa yang begitu bergetar, kenapa feelingnya jadi tak enak seperti ini.

“Papa kenapa?”

“Papa dipecat dan dituntut oleh Regan. Kalau hari ini tak melunasi utang katanya Papa akan dimasukkan penjara dengan kasus penggelapan dana perusahaan. Zivaaaa ….”

Entah kenapa masalah kehidupannya semakin pelik dan susah saja semenjak kematian Kak Celine dan kenal dengan sosok Regantara Abimana itu.

“Halo Ziva.”

“Iya, Pa.”

“Kamu bisa bantuin Papa nggak? Kamu bujuk Regan untuk cabut tuntutannya itu. Kamu tahu sendiri kalau Papa utang itu untuk biaya sekolah Celine, kuliah Celine, dan dilanjut ke kamu. Sekarang Celine sudah nggak ada, jadi Papa bingung harus minta tolong sama siapa.”

“Paa ….” Ziva langsung menangis dan suaranya begitu bergetar. “Papa tenang aja, pokoknya nanti Ziva cari uang untuk melunasi itu semua. Jika Papa dipecat itu hal bagus kan? Jadi kita bebas dari keluarga Abimana.”

“Tapi hari ini Ziva, sebelum jam 12 malam.”

“Iya, Pa. Pokoknya Papa tenang aja. Ziva akan usaha terlebih dulu. Bye Pa.”

Ziva mematikan sambungan telepon papanya. Kepalanya semakin sakit saja mendengar berita mengejutkan ini. Ternyata ancaman pria menyebalkan itu benar-benar nyata.

Kali ini benar-benar Ziva merasa buntu. Ia tidak sudi jika harus meminta bantuan Regan apalagi harus mengemis kepada pria menyebalkan itu. Sudah pasti akan besar kepala.

Ziva meminta bantuan Miko untuk meminjam uang sebesar 100 juta rupiah, namun kekasihnya tidak memiliki uang sebanyak itu karena ATM milik Miko dibatasi oleh papanya.

Merasa frustasi membuat Ziva menelepon Idhar untuk meminta nomor seseorang.

“Halo Idhar.”

“Eh Ziva. Ada apa nih tumben.”

“Gue …. “ Entah kenapa Ziva merasa ragu sekali saat ini. Ia juga bingung harus mencari uang sebesar itu kemana sebelum jam 12 malam nanti. Sialan iblis neraka. “Minta nomor Mamih dong, lo punyakan?”

“Hah, Ziva lo lagi mabuk, ya?”

“Enggak, gue sadar kok.”

“GILA! Buat apa woy! Itukan buat ayam kampus yang suka kontekan sama mamih.”

“Gue butuh Har.”

“Va ….”

“Please … tapi jangan bilang sama Miko, ya.”

Tak ada jawaban dari Idhar. Pasalnya yang disebut mamih ini merupakan orang yang suka menyalurkan para mahasiswa kepada om-om yang butuh servis dari luar.

“Oke, gue kirim.”

“Sekarang, ya.”

“Hmm.”

“Makasih banyak, Har.”

Ziva menangis, dan ponselnya bergetar sejenak yang menandakan jika Idhar telah mengirimkan nomor mamih. Ziva rasanya sudah bingung dengan hidup ini. Semoga saja setelah ini ia tidak berurusan lagi dengan yang namanya Regantara Abimana.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
gemes sm ziva.... gampg bgt mo jual diri... prinsip yg aneh... lbh baik mlacur drpd mint tolg sm suami sah....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status