Regan sebisa mungkin bersikap biasa saja saat ini. Dan tampak terlihat enggan dengan Ziva meski hasratnya benar-benar tersiksa luar biasa.
“Tadi sudah aku katakan sama kamu. Utang Papamu dan kamu atas klinik ini, dan denda penalty atas pelayanan yang buruk.”
Ziva memegang kepalanya yang membuat Regan khawatir tapi ia enggan menunjukkannya. Kepala Ziva rasanya ingin pecah banyak utang seperti ini. Padahal ia tak pakai uangnya sedikitpun tapi kenapa banyak utang, sih.
“Nih kalau tidak percaya.” Regan melempar kertas pembayaran administrasi klinik yang sudah dipalsukan olehnya. Regan menyuruh pihak klinik untuk membuat catatat totalan saja di ms.word dan diprint.
Membuka itu membuat Ziva malas membacanya. Apalagi angka 0 yang banyak itu semakin membuatnya pusing.
“Ayo pulang dan segera pulihkan tubuhmu supaya bisa melayaniku dengan baik.”
Ziva hanya memutarkan bola matanya jengah mendengar Regan yang selalu m
Mereka berdua pun turun tangga dengan tangan saling bergandengan hingga membuat Maya tersenyum lebar.“Bunda iri melihat keromantisan kalian berdua.”Regan tersenyum dan menarik kursi untuk Ziva. Regan sendiri duduk di samping Ziva dan mengambilkan makan untuk Ziva.“Ziva lagi sakit, Yah. Biasalah.” Regan sengaja membuka suara terlebih dulu karena melihat tatapan penasaran yang diperlihatkan oleh Narendra.Mendengar penjelasan anaknya membuat Narendra Abimana mengangguk paham. “Jangan keseringan dikerjain lah. Kasihan nanti gampang sakit. Ziva kan masih kuliah juga.”“Ziva yang mau.”“Ayah nggak yakin.”Ziva masih nggak tahu kedua orang itu sedang membahas apa. Apalagi namanya dibawa-bawa segala.“Makan yang banyak sayang,” kata Maya saat ingin mengambilkan lauk pauk untuk Ziva.“Ini udah cukup kok Bunda.”Dan kini keluarga Abimana
Ziva langsung menelepon Miko dan panggilannya langsung diangkat.“Honey … aku punya salah, ya, sama kamu? Aku minta maaf honey, aku benar-benar nggak punya uang sebanyak itu. Uang di ATM aku cuma 50juta aja.”“Mikoo ….”Terdengar suara tangisan Ziva karena bisa mendengar suara sang kekasih. Rasanya sangat senang juga merasa bersalah karena dirinya menjual diri kepada seseorang.“Honey, kamu kenapa? Kamu kenapa nangis, hmm?”“Aku kangen. Kangen banget.”“Kamu katanya cuti dua minggu, ya? Kenapa? Kamu sakit?”“Miko, aku pengin ketemu tapi nggak tahu cara keluar rumahnya bagaimana.”“Lho, sekarang kamu di mana, hmm?”“Lagi di rumah orang tua Regan. Setiap aku ingin keluar Bundanya mau ikut.”“Shit!” umpat Miko dari seberang telepon. “Kamu izin saja ke rumah orang tuamu. Nanti aku kesana dan
Mendapat informasi semuanya membuat Regan langsung meluncur ke kosan Rio. Ya, selama ini Rio bekerja dengannya sebagai mata-mata untuk mengawasi hubungan Miko dan Ziva. Pintar bukan seorang Regantara Abimana ini. Dia berhasil menyusupkan orang terdekat Miko untuk selalu mengorek dan mengirim info tanpa dicurigai oleh kedua targetnya itu.Jangan remehkan Klan Abimana yang memiliki otak cerdas ini, dan sangat dominan dalam hidup seseorang. Bahkan Klan Abimana tidak sudi jika miliknya disentuh orang lain, dan semua itu tentu akan membuat murka luar biasa.Setelah sampai di depan gerbang kos-kosan Rio. Regan tak turun dan memilih di dalam mobil saja saat ini. Ia bahkan ingin sekali segera menyeret Ziva keluar saat ini. Tapi demi kebaikan Rio juga informasi ke depannya. Regan tidak ingin gegabah dalam bertindak yang akan merugikan dirinya ini.Melihat kelakuan Ziva yang sulit menurut kepadanya membuat otak licik Regan bekerja dengan sangat cepat. Ia segera menelepon
Ziva yang masih lemas hanya menggeleng saja. Ia masih merasa syok dan takut. Tubuhnya juga terasa dingin.Merasa tubuh Ziva menggigil membuat Regan segera membopong istrinya untuk masuk ke rumah. Saat dibopong pun Ziva langsung mengalungkan tangannya otomatis. Matanya menatap wajah tegas Regan yang kalau dipikir-pikir tampan, tapi menyebalkan.“Lho kalian habis ngapain kenapa basah semua? Bukannya Ziva nggak bisa renang?” Maya heboh melihat Ziva basah kuyup digendongan Regan.Regan tak menjawab justru terus berjalan menuju ke lantai atas. Dia masuk kamar dan menuju ke kamar mandi. Regan meletakkan Ziva ke bathtub dengan gerakan pelan. Ia menyalakan air hangat dan mencoba membuka pakaian Ziva namun dicegah oleh Ziva cepat.“Jangan.”“Bisa buka sendiri?”Ziva mengangguk. Matanya masih menatap Regan yang masih saja berjongkok di samping bathtub.“Kamu enggak keluar?”Regan berdecak s
Jangan tanya perasaan Regan saat ini bagaimana. Yang pasti sangat tersiksa luar biasa melihat perempuan itu perlahan melucuti pakaiannya sendiri seperti itu.Mati-matian Regan berusaha bersikap tenang juga masa bodoh. Sebisa mungkin ia menunjukkan tidak membutuhkan cicilan ini agar Ziva semakin berusaha keras.Dan di saat Ziva menaiki ranjang serta duduk di pangkuannya membuat tubuh Regan merasakan gelenyar aneh dan sesuatu dirinya mulai panas terbakar.Matanya menatap ke manik mata Ziva yang tampak sayu itu. Gairahnya meningkat tanpa diminta, dan embusan napas Ziva bisa Regan rasakan di hidungnya.Tampak perempuan itu kebingungan, dan ekor mata Regan melihat dua gundukan besar yang menyembul di balik bra yang Ziva kenakan itu. Regan berusaha keras menahan birahinya yang benar-benar tak tahan ini.Terlebih Ziva masih duduk diam dan bingung. Regan yang gengsi hanya bisa menahan hasrat birahi dengan wajahnya yang datar.“Regan, aku mau c
Senyum Ziva langsung terbit mendengar suara lembut kekasihnya. Rasanya penyiksaan ini ingin cepat berakhir. Tapi ia masih memiliki cicilan sebanyak 31 kali.“Mikooo.”“Besok bisa ketemu?”“Emm ….” Ziva bingung karena besok ia akan menjenguk sang papa ke penjara. Apalagi jika ia pergi takut membuat Regan murka kepadanya yang berimbas ke mama papanya. “Nanti aku kabarin lagi besok.”“Aku tahu pasti hatimu sangat tersiksa kan? Aku akan berusaha kumpulin uang biar bisa sewa pengacara untuk kamu gugat cerai pria tua itu.”“Makasih Miko.”“Hmm, kamu tidur gih. Jaga diri kamu jangan sampai mau disentuh sama pria tua itu. Dia hanya penghancur hubungan kita saja.”Ziva diam. Pasalnya ia baru saja akan memberikan kesuciannya kepada Regan jika bunda tidak membuka pintu barusan.“Iya,” jawab Ziva pelan.“Bye honey.”
Sampai apartemen baik Regan dan Ziva langsung berjalan menuju ke kamar milik Regan. Apalagi Ziva sudah merasa frustasi dan tidak ada pilihan lain selain menyicil itu semua. Dan ia juga ingin bebas dari Regan. Tidak seperti ini yang selalu diikuti kemana saja.“Kamu yakin? Sekali kita menyatu nanti aku nggak bakalan bisa berhenti untuk keluar lagi dan justru aku akan semakin memperdalamnya.”Ziva diam.Rasanya ia sudah ingin cepat-cepat selesai urusan dengan Regantara Abimana ini. Ziva memejamkan matanya dan mengambil napas panjang kemudian mengangguk yakin.“Ya, aku yakin akan melakukan ini semua sekarang. Maka lakukanlah agar segala utangku cepat lunas dan Papaku bisa bebas.”Regan berjalan melangkah mendekati Ziva. Ia berjalan memutari tubuh mungil perempuan ini sambil memegang dagunya yang ditumbuhi rambut tipis sehingga terkesan sangat tampan di mata k
Merasa sudah bisa beradaptasi membuat Regan mulai memaju mundurkan miliknya dengan gerakan pelan. Saat itu juga suara lenguhan Ziva terdengar sangat merdu ditelinganya. Bahkan suara musik sebagai backsound kegiatan mereka membuat Regan mengabaikannya. Ia lebih suka suara yang keluar dari mulut istrinya.“Regan.”Disebut terus menerus oleh Ziva membuat rasa semangat dalam tubuh Regan terbakar. Regan mulai menambah tempo kecepatan genjotannya itu hingga keduanya merasa ingin menuju klimaks dengan suara Ziva yang memekik kencang.“Aaaaah, aku ingin keluar.”“Bersama sayang.”Merasa tubuh Ziva sudah menegang dan berkedut di area bawah sana membuat Regan memeluk tubuh istrinya erat dengan genjotan di bawah dibuat secepat mungkin hinggi keduanya sama-sama melakukan pelepasan.Bibir Regan tersungging kala mengetahui jika benihnya