Share

Giyo Ramadhan

Adinda masih betah berdiri memperhatikan pria yang tengah asyik bercerita bersama sang ayah. Kedua orang itu tampak cocok dalam beberapa hal. Entah bagaimana, keduanya tampak memiliki karakteristik yang sama. Serta keduanya tampak sama-sama memiliki pendirian yang teguh. Tak dapat digoyahkan dengan mudah.

Yang sang ayah tidak duga adalah, pemuda yang sedang menjadi lawan bicaranya ini sebenarnya tengah mengincar anak semata wayangnya. Beliau hanya tahu, bahwa pemuda itu memang anak dari teman dekat istrinya. Dan pemuda ini memiliki latar belakang yang kurang lebih sama dengan dirinya. Karena sejatinya Bapak Anjas Bradi ini, adalah mantan mafia besar di Provinsi Beluk. Tanah kelahiran Beliau dan anak istrinya.

“Kakak, ngapain, sih pakai ke sini segala? ‘Kan aku jadi deg-degan,” gumam Adinda seraya memeluk bagian tembok putih kamarnya.

Gadis kota yang selama ini dikenal lugu. Kini sudah memasuki fase dewasa. Dan mulai merasakan yang namanya jatuh cinta. Ia juga mulai tahu, bagaimana seorang wanita akan salah tingkah. Bila sedang bersama dengan pria yang disukainya. Terlebih bila rasa cinta itu bagai bersambut.

Tidak lama setelah itu, Andara datang bersama motor gedenya. Dengan gagah ia turun dengan sebuah kantong plastik di tangannya. Setiap ia bertandang ke kediaman gadis cantik ini. Ia tak pernah datang dengan tangan kosong. Dan yang lebih membuat ia seakan lebih dekat dengan keluarga Adinda. Sang adik gadisnya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) berteman dekat dengan Adinda.

“Assalamualaikum,” tutur pemuda dengan wajah yang tak kalah tampan, dibandingkan dengan Giyo yang telah lebih dulu berada di sana. Nada yang ia gunakan terdengar sopan dan lembut.

“Waalaikumsallam. Eh, Nak Andara. Ayo, sini duduk,” ujar Pak Anjas menyambut pemuda tampan itu.

“Terima kasih, Pak,” sahut Andara setelah mencium tangan Pak Anjas.

Pria paruh baya itu tampak sangat menyukai Andara. Selama ini memang Beliau selalu mengeluh-eluhkan sosok pemuda baik ini. Bahkan Beliau sangat mendukung kedekatan anak gadisnya dengan pemuda ini. Beliau juga selalu mengatakan bahwa pria seperti, Andaralah yang cocok mendampingi putrinya yang berharga. Dan hal itu tentu membuat sang putri bimbang.

Dulu ia memang sangat menyukai Andara. Bahkan kedua sudah sempat saling ingin berkomitmen. Namun, semenjak kedekatannya dengan Giyo perlahan ia mulai menunjukkan sikap menjauh dari Andara. Padahal yang harusnya ia sadari. Dari sekian banyak pemuda yang bertandang ke rumah mereka. Hanya Andara seorang yang bisa menarik hati sang ayah.

Sebenarnya sejak dulu banyak yang ingin mendekati Adinda. Namun, dikarenakan sifat keras kepala dan keteguhan pendirian sang ayah. Yang memiliki cita-cita mendapatkan menantu yang baik dan memiliki masa depan cerah. Tentu bukan perkara uang saja, akan tetapi lebih—memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Dan memiliki keteguhan iman untuk tetap memimpin anaknya tetap berada dalam jalan yang lurus.

 “Din, Dinda. Ke sini sebentar, Nak,” panggil Pak Anjas pada anak gadisnya, “ini ada, Nak Andara datang mau bertemu kamu.”

“Iya Ayah,” jawab Adinda dari dalam kamar.

Adinda yang sejak tadi sudah memperhatikan kondisi di luar. Terlihat beberapa kali membuang nafas panjang sebelum keluar dari kamarnya. Dia menemui, Andara dan juga Giyo yang duduk bersebelahan. Dua pasang mata pemuda yang tadinya terlihat kaku. Kini memiliki objek pandang yang sama. Ketika Adinda duduk di samping sang ayah. Tentu saja mereka sangat mengagumi sosok gadis cantik itu.

Sedangkan Adinda tampak menundukkan pandangannya. Namun, sesekali ia mencuri pandang dengan melirik pria pujaan yang diam-diam dikaguminya. Andara menyerahkan bingkisan yang tadi dibawanya. Adinda mengambil dan membawanya masuk. Kemudian ia menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk tamunya.

Ketika ia mengantarkan minuman kepada, Andara, Giyo, serta sang ayah. Bola matanya malah memperhatikan Giyo yang juga meliriknya. Setelah semuanya selesai ia kembali masuk ke kamar. Ia kembali memperhatikan kedua pemuda tersebut dari jendela kamar. Di sana Adinda tersenyum malu-malu memperhatikan wajah pria mengenakan kaos berwara hitam dengan celana jeans yang terdapat robekan pada bagian lututnya.

Bapak Anjas tampak sangat antusias dengan pembicaraannya bersama pemuda idaman. Di saat keduanya asyik membicarakan pesta yang akan diadakan nanti malam. Adinda yang masih berada di sisi jendela. Tersadar ketika mendengar nada pesan singkat dari telepon selulernya. Ia bergegas untuk melihat siapa pengirimnya. Dan ternyata, pengirimnya adalah Giyo. Pria yang sejak tadi diperhatikan olehnya dari balik gorden jendela yang tertutup.

“Dek.” Isi pesan singkat yang dikirimkan, Giyo padanya.

“Iya, Kakak. Ada apa?” Adinda dengan wajah yang berseri-seri membalas pesan itu.

“Nanti malam kamu akan pergi sama anak ini?”

“Iya, soalnya mereka sudah rencanakan semuanya dari jauh hari. Jadi, Adinda enggak enak kalau harus menolak.”

“Oke! Nanti malam aku juga ada acara di rumahku. Tapi, kalau sempat aku akan mampir ke acara kalian. Untuk memastikan kamu baik-baik saja di sana.”

Membaca balasan yang diberikan oleh, Giyo. Seketika Adinda terlihat sangat senang. Bahkan, ia hampir saja berteriak. Dengan riang gadis itu meloncat bagaikan, seorang bocah yang mendapatkan mainan baru. Diiringi dengan senyuman pertanda ia sangat bahagia mendapatkan segalanya.

Adinda bahkan, terlihat enggan mengakhiri obrolan melalui pesan singkat itu. Adinda benar-benar tengah merasakan dahsyatnya jatuh cinta. Entahlah, apa karena ini kali pertama baginya. Jatuh hati pada pemuda yang memiliki latar belakang yang sama dengan sang ayah. Atau bisa jadi karena ia merasa memiliki tantangan tersendiri. Ketika ia harus menjalani kedekatan secara sembunyi-sembunyi. Entahlah hanya ia dan Tuhan yang paham isi hatinya.

“Oke. Tapi janji, ya, kalau Kakak datang ke sana. Jangan buat onar. Aku enggak mau liat, Kakak mabuk juga,” pinta Adinda dalam pesan yang dikirimkannya kali ini.

Kemudian ia kembali mengintip reaksi, Giyo dari balik gorden kamarnya. Dan ternyata pria itu tersenyum melihat balasan darinya. Hal itu tentu membuatnya ikut tertawa tanpa suara. Adinda ia gadis polos yang tengah berusaha mengikuti kata hatinya. Giyo sebenarnya bukanlah pemuda buruk yang patut ditakuti. Hanya saja, pemuda ini sudah terlanjur terjerumus ke dalam jalan yang salah. Dan itulah yang membuatnya akan kesulitan untuk kembali pada jalur yang benar.

Tentu tak ada yang bisa disalahkan. Jika sudah berkata tentang kata hati dan cinta. Namun terkadang, cinta itu dapat mengganggu fungsi sebenarnya dari anggota tubuh manusia. Itulah kenapa banyak orang yang melakukan hal nekat hanya karena alasan cinta. Terkadang cinta dijadikan alasan untuk memaksakan kesalahan, untuk menjadi benar. Dan itulah mengapa setiap orang tua menginginkan pasangan terbaik bagi anak-anak mereka di masa depannya kelak.

Adiarizki

Cemburu dalam diam itu menyiksa kawan. _Giyo||Adinda_

| 1
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Herawati Yusuf
gak konsisten ..adinda teman sekolah adik andara tp kenapa andara lbh muda dari adinda ?
goodnovel comment avatar
Adiarizki
Terima kasih Zoya,
goodnovel comment avatar
Adiarizki
aaaa Kakak Autoa ikut sedih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status