Share

3. Oh, Tidak!

Shayra terbangun dari tidurnya membuka matanya lebar, akibat terganggu oleh suara berisik yang ditimbulkan oleh handphone yang entah milik siapa, mungkin punya Adien yang ketinggalan.

Akan tetapi tiba-tiba Shayra kembali dengan cepat memejamkan matanya kala menyadari mendengar mendengar bunyi lain diruangan itu. Tepatnya bunyi tapak sepatu seseorang yang bergesekan dengan lantai dan sedang berjalan mendekatinya.

Shayra berpikir itu adalah Adien yang kembali ke ruang kerjanya setelah pergi entah kemana tadi.

Shayra berpura-pura tidur, sebab dia belum sanggup menghadapi Adien mengingat kejadian kemarin saat dirinya begitu nekat dengan beraninya merampas kotak kemasan es krim bubuk rasa mangga milik Pria itu.

Ditambah kejadian beberapa jam lalu saat Pria itu meminta pertanggung jawabannya dan juga ide bodohnya yang menyebabkan dirinya kini terjebak di dalam ruang kerja Adien sampai sekarang.

Atau Shayra ingat kejadian dua tahun silam yang membuat Pria itu membencinya hanya karena tamparannya.

Semua itu membuat Shayra makin kalut juga takut dan menyesali keputusannya beberapa saat lalu sebelum ia tidur sejenak. Kalau tau begini lebih baik Shayra paksakan tubuh sakitnya keluar dari ruang kerja Adien dari pada menghadapi empunya.

Tiba-tiba handphone itu kembali terdengar berdering berisik menyebabkan Shayra makin terganggu dan membuatnya kegeraman.

'Astaga, dasar Adien gila ... angkat teleponmu bodoh! Itu sangat berisik dan menggangguku!!' Geram Shayra membatin masih terpejam tak berani mengungkapkannya secara langsung.

Sebab Shayra masih menyanyangi dirinya dan ia paling malas berhadapan dengan Adien. Oh, baiklah, bukan malas tapi takut. Takut jika dirinya sadar dia Adien akan berdebat dan pria itu akan melakukan hal buruk jika tersinggung oleh ucapannya. Tidak! Shayra takkan membiarkan bayangan buruk itu sampai menjadi kenyataan. Maka dari itu ia pun tetap berpura-pura tidur dan belum sadarkan diri.

"Hallo."

"..."

"Hm, maaf Shayranya sedang beristirahat. Jadi, bisakah kamu meneleponnya nanti saja," beritahu Adien tegas dengan nada dingin.

Sontak saja membuat Shayra kaget, lantas membuka sedikit kelopak matanya membiarkan sedikit celah untuk mengintip dan langkah kagetnya dia melihat Adien yang membelakanginya. Hampir saja akan mengumpat kalau tak segera ingat keadaannya yang sedang pura-pura tidur.

Shayra menemukan Adien menerima panggilan telepon dari handphone miliknya sendiri.

Pertanyaan seketika melintas dibenaknya, kenapa handphone miliknya bisa sampai berada ditangan Adien?

Bukankah ponselnya itu terakhir kali seingat Shayra, diletakkan didalam sakunya. Apakah handphone miliknya samaan dengan milik Adien? Oh tidak yang benar saja, Shayra bahkan masih ingat kalimat Adien ditelepon beberapa saat lalu.

Shayra mengerut lantas meraba dan memeriksa sakunya untuk memastikan sesuatu. Dia tidak menemukan keberadaan handphone miliknya di sana. Artinya handphone yang berada ditangan Adien bukan mirip dengan handphone miliknya melainkan handphone tersebut adalah benar-benar miliknya.

Terlihat Adien selesai berbicara kepada orang diseberang telepon, Adien meletakkan handphone milik Shayra diatas meja. Bersamaan dengan itu Shayra kembali diam serta memejamkan mata sepenuhnya dan kembali berpura-pura tidur.

Adien berbalik memperhatikan Shayra sejenak lalu menghela nafas. "Kamu ternyata sudah bangun," kata Adien mengakibatkan kerutan tersemat di kening Shayra.

Bangun darimana diakan masih tetap memejamkan matanya. Jangan bilang Adien sedang mengujinya karena Shayra takkan tertipu dengan hal itu.

"Jangan mengerutkan keningmu begitu nanti kamu cepat tua." Adien menghampiri Shayra dan memapahnya agar duduk, tapi ketahuilah bahwa Shayra masih memejamkan matanya berusaha bersandiwara, Shayra masih bersih keras berpikir kalau Adien sedang menjebaknya.

"Ayo duduklah Shayra dan buka matamu," ucap Adien lagi dengan nada halus dan ketahuilah itu adalah perkataan Adien setelah sekian lama tak melakukannya kini ucapannya bisa lembut juga.

Biasanya selain ketus dan dingin pria itu suka berkata kasar dan kali ini justru sebaliknya.

Disisi Adien, ia mulai kesal dengan sandiwara Shayra yang terus-terusan berpura-pura tidur dan berpikir bisa membodohinya. Adien sudah tahu kepura-puraan Shayra dan bahkan ia sudah menyaksikan kecepatan kilat gadis itu mata saat Adien menghampirinya sebelumnya.

Hal itu mengakibatkan Adien terbawa emosi sedikit dan mendengus kasar.

"Apa begitu tak berdayanya kamu sampai membuka mata saja tak bisa," geram Adien menahan emosinya membuat Shayra menyerah dan akhirnya membuka matanya.

Bersamaan dengan hal itu, ruang kerja Adien diketuk dari luar dan ternyata itu adalah kurir pengantar makanan yang tiba.

Sesaat kedatangan kurir itu membuat Shayra merasa selamat, namun setelah kurirnya pergi dan di ruang kerja Adien kini kembali hanya tinggal Adien dan Shayra berdua. Shayra menjadi merinding.

Shayra kalut ketakutan memperkirakan nasibnya akan buruk ditangan Adien. Jangan-jangan Pria itu akan menghabisinya setelah tahu Shayra hanya berpura-pura tidur atau mungkin lebih buruk lagi dan Shayra makin berpikiran buruk.

Namun yang terjadi anehnya Adien tak juga mengambil ancang-ancang untuk menghabisinya dan malah menyiapkan makanan yang dibawa kurir tadi dan menaruhnya diatas meja dekat Shayra.

"Berapa kali lagi kuperingatkan padamu, jangan mengerut, Shayra!" Tegas Adien dingin sambil menoleh tajam.

"Maa-af," cicit Shayra menjawab pelan.

"Kamu tidak melakukan kesalahan, jadi tidak perlu meminta maaf," jawab Adien cepat.

"Untuk es krim mangga kemasan bubuk yang kurampas kemarin," jelas Shayra mengingatkan Adien. Shayra sedikit memberi jarak dan berusaha waspada.

"Itu bukan yang pertama kalinya dan kejadian kamu merampas es krim milikku sudah sudah berulang kali terjadi sepanjang dua tahun ini. Kenapa sekarang kamu baru meminta maaf?" Sarkas Adien dingin.

Shayra bungkam tak tahu harus berkata apa lalu menunduk mulai memikirkan perkataan Adien. Benar juga, sudah berapa kali dia merampas es krim milik Adien. Es krim kemasan bubuk atau yang es krim yang telah jadi, Shayra sudah sering merampasnya dan entah sudah yang keberapa kali. Akan tetapi baru kali ini Shayra meminta maaf pada Adien.

"Maaf, aku hanya tak bisa menahannya," jujur Shayra. "Es krim rasa mangga yang aku inginkan anehnya selalu saja tersisa satu di supermarket, bahkan ketika aku ke kedainya hanya ada satu. Kamupun juga selalu datang tiba-tiba mengambilnya lebih dulu dariku. Hm, mungkinkah karena rasanya mangga, makanya sangat jarang?" sambungnya menghela nafas diakhir kalimatnya.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kamu makan agar tenagamu cepat pulih," ucap Adien kembali terdengar bersahabat membuat Shayra heran.

Apa yang terjadi, kenapa Adien jadi baik dan ramah begini?

Terlebih lagi sudah berlangsung sejak Shayra bangun dann hal itu berhasil membuat Shayrapun mulai tersanjung dan memuji kebaikan yang Adien tunjukkan saat ini.

Sayangnya hal tersebut tak berlangsung lama, pasalnya Shayra kembali kesal dan menyumpah serapah Adien dalam hati ketika melihat makan apa yang Adien perintahkan untuk dimakannya.

"Makan, Shayra! Apa lagi yang kamu tunggu." Adien berseru tegas serta menatap dengan dinginnya mengintimadasi Shayra penuh hawa mencekam.

"Tidak, terima kasih Pak. Aku tidak ingin merepotkanmu dan aku lebih baik makan siang dikantin saja," beritahu Shayra hati-hati takut menyinggung Adien.

Jujur sebenarnya Shayra bukannya enggan atau merasa tak enak hati memakan makanan pemberian bosnya. Tetapi, makan yang Adien berikan tampak tak enak ditenggorokannya, melihat bagaimana jenis makanan diatas meja hanyalah serba sayuran dan Shayra paling anti dengan itu.

Jika gologan hewan Shayra adalah karnivora alias pemakan daging. Bercanda!! maksudnya pecinta makanan berbahan dasar daging-dagingan. Jadi tidak mungkin ia makan sayuran terlebih lagi yang berada tepat dihadapannya, sungguh sayuran itu membuatnya mual dan Shayra yakin pasti juga terasa amat pahit.

Tanpa tahu ucapannya ternyata telah menyinggung Adien. Terlihat dari tatapan Pria itu yang tak suka menatap Shayra.

"Dikantin?!" Tanya Adien datar disertai tatapan galak. "Memangnya kamu sudah sanggup berdiri? Ch, membuka mata saja kamu susah payah bagaimana mau kekantin yang berada di lantai bawah!" Lanjutnya meremehkan Shayra.

"Jalan pake kakilah," sarkas Shayra terbawa kekesalan tanpa sadar.

"Apa katamu?!" Tanya Adien dinginnya.

"Ma--aaf, Pak," jawab Shayra terbata takut sambil merutuki kebodohannya.

"Sekarang makanlah!" Perintah Adien tegas tak ingin dibantah dan menyebabkan Shayra dengan segera sigap menutup mulut dengan tangan.

"Oh, ternyata kamu ingin makan saya suapi." Adien menyeringai penuh ancaman menyebabkan Shayra beringsut mundur dan berniat mau kabur.

Tetapi terlambat Adien lebih dulu mengapitnya lalu tanpa perasaan menyuapi Shayra dengan paksa dan dengan cara mencengkram rahang Shayra agar membuka mulut.

Oh, tidak!

Adien benar-benar iblis.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status