Share

Bab 3

"Apa yang terjadi, mengapa Ai pulang dengan tubuh yang basah kuyup?" Tanya Jendral besar Hongli khawatir ketika melihat putra sulungnya membopong putri bungsunya masuk tergesa - gesa menuju pavilium Lan bagian barat dari pavilium utama.

"Nanti ku jelaskan ayah, sekarang tolong pinta pelayan memanggilkan dokter kerajaan sekarang" jawab Feng Qi Qiang.

Jendral Holing mengangguk, ia lantas berhenti melangkah dan menatap kepala pelayan Zhong yang kini mengangguk mengerti setelah di perintahkan memanggil dokter kerajaan kepercayaan keluarga Feng.

"Panggil dokter kerajaan BoQing kemari, pastikan kejadian ini tidak menyebar keseluruh penduduk. Akan sangat merepotkan apabila muncul rumor yang tidak - tidak mengenai Ai, terlebih lagi kita belum tahu pasti apa yang selalu membuat putri kecilku itu selalu diintai dalam bahaya" kata Jendral Holing memperingati kepala pelayan Zhong.

"Baik tuan besar" jawab pria paruh baya itu patuh lalu membungkuk hormat dan segera pergi menjalankan perintah.

Sepeninggalan kepala pelayan Zhong yang akrab jendral Hongli panggil paman karena sudah menganggap bagian dari keluarganya, ia lantas menghela nafas berat. Entah kejadian apa yang pernah putri bungsunya lihat atau saksikan, mengapa setiap kali ia baru saja pulang dari medan perang, putri kecilnya selalu saja di intai oleh bahaya dan selalu saja mendapat celaka.

Jika seperti ini, jendral Holing rasa akan menambah dan memperketat pasukan penjaga untuk putrinya. Selain itu, ia harus segera mencari tahu alasan mengapa putrinya selalu saja mendapat mara bahaya ketika ia keluar dari kediaman.

.

.

.

"Apa yang terjadi pada adikmu Qiang, ayah tahu kau pasti mengetahui sesuatu" desak jendral besar Holing setelah mengantar dokter kerajaan BoQing yang baru saja memeriksa keadaan Ai.

Feng Qi Qiang menghela nafas berat, ia lalu berkata "ini salahku ayah" katanya menyalahkan diri.

"Apa maksudmu?" Tanya jendral Holing tidak mengerti

"Ayah ingat pesta perjamuan penghargaan yang diterima para jendral dan prajurit kerajaan MingQi setelah berhasil memenangkan perang perebutan wilayah perbatasan selatan dengan kerajaan YongXi?" Tanya putranya yang merupakan seorang wakil jendral muda.

Jendral Holing mengangguk.

"Tentu saja ayah sangat mengingat malam dimana pertama kali Ai menghilang hingga membuat ayah nyaris melaporkan kepada pihak berwajib karena keberadaannya yang tiba - tiba menghilang di tengah keramaian pesta" jawab jendral Holing.

"Tapi apa hubungannya dengan hal itu dengan apa yang menimpa Ai berulang kali?" Tanya jendral Holing masih bingung dengan penjelasan putranya.

"Maka dari itu ayah harus mendengar penjelasanku hingga akhir tanpa memotong sedikit pun" kata Qiang mulai kesal dengan ayahnya yang tidak sabaran.

"Baiklah, baiklah. Ayah tidak akan memotong ataupun menyanggah penjelasanmu, sekarang lanjutkan" titahnya yang langsung membuat putra sulungnya mendengus.

"Hari dimana mei mei menghilang merupakan hari dimana putra mahkota Ming Qing Rui juga menghilang, menurut kabar yang kudengar, putra mahkota Rui yang pesakitan diculik hingga sekarang baik keluarga kerajaan tak ada yang mengetahui keberadaannya. Aku yakin, orang - orang yang menculik putra mahkota Rui merupakan orang - orang yang ingin menjatuhkan dan mengulingkannya dari tahta yang seharusnya menjadi miliknya"

"Lalu apa hubungannya putra mahkota Rui yang sampai saat ini tidak ada kabar dengan setiap mara bahaya yang menghampiri adikmu?" Potong jendral Holing yang mulai kesal saat tak menemukan hubungan penjelasan putranya dengan apa yang menimpa putrinya.

"Tks, ayah sudah berjanji untuk tidak menotong atau menyanggah penjelasanku" balas Qiang tidak kalah kesal.

"Jika kau terus menjelaskan penjelasan yang sangat berbelit, ayah akan memukulmu" ancam jendral Holing yang membuat Qiang yang berusia 22 tahun itu lantas cemberut.

"Hubungan hilangnya putra mahkota Rui dan masalah yang terus menghampiri mei mei itu dikarenakan saat mei mei menghilang, ia melihat para pelaku yang menculik putra mahkota Rui" kata Qiang melanjutkan penjelasannya, walaupun hatinya merasa sangat kesal dengan ayahnya.

"A-apa? Jadi Ai merupakan kunci sekaligus saksi mata yang menyaksikan penculikan putra mahkota Rui?" Teriak jendral Holing begitu terkejut.

Qiang langsung saja mendekap mulut laknat ayahnya yang seenaknya berteriak. Ini adalah masalah serius, jika orang luar mendengarnya, pihak kerajaan pasti akan mendatangi kediaman mereka meminta penjelasan yang lebih detail mengenai hal ini terlebih lagi putra mahkota Rui bahkan sampai saat ini belum juga di temukan padahal sudah berbulan - bulan lamanya kaisar Ming Li Wei menurunkan titah pencarian keseluruh tempat tanpa jeda seraya mencari putra yang merupakan pewaris sah yang akan menggantikannya.

"Ayah pelankan suaramu!" Tegur Qiang yang langsung diangguki jendral Holing yang menyadari kesalahannya.

"Bagaimana kau bisa tahu hal ini Qiang? Mengapa kau baru memberitahu ayah disaat adikmu mengalami celaka hampir berulang kali?" Tanya jendral Holing setelah Qiang melepas bungkamannya.

"Itu karena aku masih kekurangan bukti, walaupun saat itu aku juga ada disana namun tak melihat wajah - wajah para pelaku dengan sangat jelas seperti yang mei mei lihat. Karena saat itu para pelaku hanya melihat mei mei yang menyaksikan kejahatan mereka, para pelaku kejahatan tersebut terus mengejar mei mei untuk menutup kejahatan mereka" jawab Qiang

"Jika seperti ini, tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan yang mulia kaisar" putus jendral Holing

Tiba - tiba saja kedua pria yang berada diruangan tersebut tersentak kaget ketika Guang tiba - tiba saja masuk dengan menciptakan kegaduhan.

"Tu..tuan besar, tuan muda.. no..na Ai menghilang!"

"A-pa?"

Entah apa yang sebenarnya yang terjadi pada kediaman mereka, mereka jelas - jelas baru saja membawa Feng Ru Ai pulang beberapa waktu yang lalu. Lantas bagaimana bisa putri bungsu jendral Holing itu tiba - tiba menghilang?

Ini aneh. Bagaimana tidak? Kediaman Feng merupakan kediaman seorang jendral besar, bagaimana bisa gadis berusia 16 tahun hilang dari pengawasan para penjaga dan prajurit yang sudah di perketat oleh jendral besar Holing dan wakil jendral Qiang.

Terlebih lagi Feng Ru Ai bukanlah anak kecil yang keberadaannya sulit dicari, ia adalah seorang nona muda yang telah memasuki usia yang pantas untuk menikah. Jika Feng Ru Ai menghilang disaat kondisinya masih lemah seperti yang dokter kerajaan BoQing katakan, lantas bagaimana ia bisa bertahan di kondisi yang masih lemah dan rapuh seperti itu?

Mungkin saja mereka kurang teliti mencari putri bungsu kediaman keluarga Feng, tidak mungkin Ai pergi jauh dari kediaman kecuali jika putri bungsu kediaman keluarga Feng di culik.

Memikirkan hal itu lantas membuat Qiang bergerak cepat, sebelum ia keluar melalui pintu ruang kerja ayahnya, Qiang sempat menoleh dan berkata "Kurasa ayah harusnya segera meminta bantuan yang mulia kaisar, jika tak ingin terjadi apa - apa dengan mei mei" kata Qiang memperingati jendral Holing untuk lekas bertindak.

Jendral Holing dengan sigap lantas menyambar lencana identitas militer khusus untuk para petinggi militer, ia berniat meminta bantuan pada yang mulia kaisar Wei sore ini juga. Jendral Holing tak ingin menunda - nunda, pasalnya ini menyangkut keselamatan putrinya juga menyangkut mengenai dalang dari pelaku penculikan putra mahkota Rui.

"Ke istana sekarang!" Perintah jendral Holing pada para prajuritnya.

*******

Di sisi lain, Ai tidak tahu mengapa ketika ia bangun dari tidurnya, ia sudah berada di tengah hutan yang nampak sangat gelap padahal hari masih sore. Mungkin karena pepohonan yang tumbuh tinggi dan rindang yang membuat pencahayaan di dalam hutan tersebut minim, sehingga Ai yang berada di tengah hutan merasakan aura dingin ketakutan yang mencekam.

Ai tidak tahu, mengapa kakinya membawanya melangkah pergi dari kediaman keluarga Feng menuju hutan yang tidak jauh dari belakang kediaman besar tersebut. Ai tidak tahu, mengapa hatinya seakan terpanggil untuk menuju suatu tempat yang ada di tengah hutan yang nampak sangat menyeramkan tersebut.

Semilir angin akhir musim gugur tak mampu mematahkan keinginan Ai menyusuri jalan setapak penuh bebatuan tanpa alas kaki menuju tempat yang membuat hatinya terasa di panggil, bajunya yang tersibak angin kencang pun tak menjadi penghalang baginya untuk tetap terus melangkahkan kaki walaupun tiupan angin akhir musim gugur cukup kencang dan mampu menerbangkan ataupun menghempaskan tubuh kecil dan mungilnya kapan saja.

Sayang tekat yang ada dalam diri serta rasa penasaran Ai akan tempat yang ia tuju terlalu kuat dan besar, hal itulah yang membuatnya tetap nekat melangkah meneruskan perjalanan menasuki hutan pertama dan juga yang merupakan hutan yang untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupnya ia masuki seorang diri.

Langkah Ai terhenti ketika menemukan sebuah bangunan mewah di tengah hutan yang nampak seperti sebuah rumah terpencil. Ai melangkah mendekat, hatinya dan tubuhnya seakan bergerak sendiri seperti ada sebuah sihir yang memanggilnya memasuki bangunan yang nampak terawat tersebut.

Tanpa Ai bisa cegah, tubuhnya melangkah menghampiri bangunan yang penuh penerangan tersebut. Ia melewati gerbang utama tersebut dan melangkah dengan pandangan kosong menatap kedepan seakan - akan ada roh lain yang merasuki dirinya.

Seharusnya Ai tidak masuk, seharusnya ia pergi ketika mengetahui ada bangunan asing dipedalaman hutan yang berada di belakang kediaman besar Feng, seharusnya Ai tidak tinggal dan menyusuri bangunan yang entah mengapa nampak femiliar baginya.

Air mata Ai seketika luruh dari pelupuk matanya, ia tak tahu sejak kapan air matanya mengenang di pelupuk dan kini telah berhasil membasahi pipinya yang mulus. Ai menunduk dan menyeka air matanya, saat ia mendongak dan kembali memfokuskan pandangannya kedepan, ia tertengun. Di hadapannya kini berdiri seorang pemuda dengan aura kebangsawanan dan keangunan yang begitu kental tengah menatap Ai dengan tatapan tajam dan dingin.

Seharusnya Ai merasa takut dan gemetar saat mendapati tatapan penuh intimidasi yang di lemparkan pemuda itu, sayangnya hati, tubuh dan pikiran Ai berkhianat. Ia justrul merasakan hatinya berdebat, rasa rindu yang entah ada sejak kapan ada pada dirinya seketika membunyah dan mencuak di permukaan.

Lagi, Ai menjatuhkan air matanya hanya karena melihat sosok pemuda yang entah mengapa sangat ia rindukan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status