Share

7. Dasar laki-laki kelainan!

Di dalam kamarnya Harry termenung setelah menghancurkan sangat banyak benda di atas lantai. Dia sudah seperti orang bodoh.

"Kenapa aku tak bisa marah pada gadis itu?" gumamnya kesal.

Ini kali pertama Harry membiarkan seseorang bersuara keras di depannya. Semua orang, tak terkecuali lawan bisnisnya di luar sana, tak satu pun yang pernah mengangkat suara di depan Harry. Semuanya selalu ketakutan jika dia sudah marah. 

"Bukannya aku sudah menawarkannya uang yang banyak? Bahkan jika dia bekerja di Toko Toserba sampai tua, aku yakin gajinya tak akan pernah terkumpul satu miliar!" ucapnya lagi. Entah dia memang sudah menjadi bodoh.

Setiap kali dia menginginkan seorang gadis, Harry tak pernah kesulitan mendapatkan perhatian mereka. Hanya dengan berjalan saja, gadis-gadis itu sudah datang menempel padanya. Mereka akan sangat senang meski Harry hanya meletakkan tangan di pinggang mereka. Apalagi jika sampai membawa mereka ke atas ranjang, itu suatu kehormatan besar bagi gadis-gadis simpanannya. 

"Dia sangat berbeda. Dia bahkan rela mati demi menghindariku." 

Mengatakan itu, Harry bangkit dari duduknya dan melangkah cepat menuju cermin. 

"Apa aku tidak menarik di matanya?" guamamnya lagi. "Sial! Kenapa aku harus memikirkan itu?"

Harry tak butuh terlihat menarik atau tidak bagi Alena. Yang terpenting adalah, gadis itu segera hamil dan melahirkan bayi untuknya. Hanya dengan itu lah satu-satunya agar Harry bisa meminta keringanan pada orang tuanya. Membatalkan pernikahan yang sudah diatur.

"Bagaimana keadaanya?" tanya Harry, melihat Lukas datang melapor ke kamarnya. 

"Nona Alena sudah tidur, Tuan. Sepertinya dia sangat lelah."

"Suruh siapa dia memanjat seperti monyet?" sentak Harry marah. 

'Memanjat saja tidak akan membuat seseorang kelelahan hingga hampir tertidur di kamar mandi, Tuan.' Lukas hanya menjawab di pikirannya.

Siapa pun pastinya tahu bahwa Alena kelelahan oleh serangan Harry yang bertubi-tubi. Dalam tiga hari gadis itu berada di rumah ini, mungkin Harry sudah menggagahinya berpuluh-puluh kali. Sebagai seorang yang pertama kalinya melayani laki-laki seperti Harry, sudah pasti Alena sangat kelelahan. 

"Tuan, sepertinya fisik Nona Alena sangat lemah. Saya pikir dia tidak akan mampu mengandung putra Anda." 

Lukas hanya tak tega mendengar Alena yang terus menangis. Dia pikir, dengan berkata seperti ini pada Harry maka tuannya itu bisa mempertimbangkan. Lukas akan mencari gadis lainnya yang bersedia dengan rela untuk melancarkan niat Harry.

"Apa maksudmu? Kau ingin aku melepaskannya?" tanya Harry. Mata dinginnya menusuk langsung ke netra Lukas.

"Jika Anda tidak keberatan, kita bisa mencari gadis yang bersuka rela tanpa paksaan."

Sebelumnya Harry sudah memikirkan itu saat dia memerintahkan membuang Alena ke hutan. Tapi sekuat apa pun dia ingin membuang Alena, Harry sangat merasa bersalah lalu menyuruh anak buahnya menjemput mereka kembali. Dia sendiri pun tak yakin kenapa bisa menjadi ragu-ragu mencarikan pengganti Alena.

"Jangan mengguruiku, Lukas. Aku bukan laki-laki bajingan yang membuang gadis dengan sembarangan." 

Nyatanya memang seperti itu selama ini, kan? Dia akan membuang mereka ketika bosan. Lukas menggaruk kepalanya, tak yakin dengan jawaban dari tuannya. 

"Apa bagimu aku sehina itu?"

"Ti-tidak, Tuan Muda. Mana mungkin saya berani pada Anda." 

"Maka jangan mengajari apa yang harus aku lakukan!" sentak Harry. 

***

Makan malam sudah disajikan di atas meja penuh dengan berbagai menu. Harry menatap meja itu tanpa sedikit pun berniat menyentuh piringnya. 

"Di mana monyet pemanjat itu?" tanyanya. 

"Nona Alena ada di kamar, Tuan. Kami akan mengantar makan malamnya segera."

"Tidak. Bawa dia makan ke sini!" perintah Harry. 

Dari yang mereka yakini, Harry adalah orang yang tidak suka diganggi privacinya. Lukas sudah puluhan menjadi pengasuh Tuan Muda Harry, sejak dia masih kanak-kanak. Belum pernah sekali pun Harry makan satu meja dengan orang lain selain keluarga dan rekan bisnisnya. 

Bukankah ini sesuatu yang sangat aneh?

"Kau tak mendengarku, Lukas?"

"Baik, Tuan! Saya akan memanggil Nona Alena ke sini!" Lukas menjawab seperti komandan upacara.

Gadis itu sedang duduk di depan cermin rias menatap dirinya. Bagian leher Alena penuh dengan noda merah bekas hisapan bibir Harry. Dia merabanya, mengingat lagi segala perbuatan Harry.

"Permisi, Nona Alena. Tuan Muda sudah menunggu Anda di meja makan," ucap suara Lukas yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu. 

Ada apa? Kenapa dia membiarkan Alena keluar dari dalam kamar? Bukannya lelaki gila itu berkata akan memotong kakinya jika berani keluar dari pintu kamar? 

"Mari, Nona. Jangan menunggu Tuan Muda marah."

Betul. Alena sudah tak punya tenaga untuk bertengkar dengan lelaki itu. Mau tidak mau, dia harus memenuhi panggilan Harry. Dengan malas-malas Alena mengikuti langkah Lukas menuju ruang makan.

"Duduk lah. Jangan hanya berdiri," ucap Harry saat melihat Alena diam di balik sandaran kursi.

Pelayan wanita yang baru selesai mengisi air ke dalam gelas, menarik sebuah kursi untuk Alena. 

"Silakan, Nona." 

"Tidak, aku di sini saja." Alena mengambil kursi yang sangat jauh dari Harry. 

Memangnya Harry bau busuk? Kenapa dia duduk sangat jauh?

"Hei! Pindah ke sini!" perintah Harry. 

Alena tak ingin mengundang amarah pria itu malam ini. Dia sudah paham, jika dirinya mengajak Harry ribut, pasti lah pria itu akan menghajarnya di atas ranjang. Alena dengan patuh pindah ke kursi di sebelah Harry, berharap pria itu memberinya keringanan untuk satu malam. 

"Makan lah. Bagaimana kau akan membuat bayi jika makan saja tidak." 

'Orang gila!' batin Alena. 

Dia tidak malu menyebut perkataan seperti itu di depan pelayannya? Apa memang urat malunya yang tak ada? 

Mereka makan malam dengan diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya suara peralatan makan mereka yang saling beradu lah menandakan adanya orang di ruangan itu.

Selesai makan Alena langsung pergi meninggalkan Harry. Dia membungkuk sopan, seperti yang dilihatnya dilakukan para pelayan. Harry mengerut kening melihat keanehan gadis itu. 

"Memangnya dia pelayan?" bisiknya.

Tapi bagus lah. Dia tahu tempatnya. Setidaknya, mungkin Alena akan sedikit sandar diri bahwa Harry lah bos di rumah itu. Tak ada satu orang pun yang berkuasa selain dirinya. 

Jika Harry bangga merasa dihormati, justru Alena sedang merendahkan pria itu di pikirannya. Dia sangat senang bisa cepat-cepat meninggalkan meja makan tanpa harus menunggu Harry selesai. Selera makannya sangat rusak jika terus berada satu ruangan dengan Harry.

Dia hanya ingin tidur. Alena lalu merebahkan dirinya di atas kasur untuk membalas rasa kantuk selama tiga malam berturut-turut.

"Apa kau pikir dirimu hewan? Manusia macam apa yang langsung tidur begitu selesai makan?" 

Alena dikejutkan oleh Harry yang tiba-tiba sudah bersandar di tiang pintu. 

Apa dia tak punya pekerjaan lain? Kenapa tak memberi Alena sedikit saja ruang? 

"Maaf, Tuan. Saya sangat mengantuk. Bisa Anda meninggalkan saya untuk malam ini?" ucap Alena, tak menjawab penghinaan pria itu.

"Di dalam mimpimu. Kau tak boleh tidur sebelum memberiku jatah malam." Harry menyeringai lebar.

Selain gila, Alena yakin Harry juga kelainan seksual! 

Bersambung. 

Terima kasih sudah membaca. Masukkan novel ini ke library dengan klik tanda +. Jangan sungkan meninggalkan komentar membangun untuk author juga ya, Kak. Dan jika berkenan, boleh follow ig author @itsuhamemey untuk melihat karya-karya lain dari author. Boleh juga cari di fb. Terima kasih. 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Catherine Umiamau
karya ya mantap suka sgt.cuma banyk cara UTK menghabiskan nya
goodnovel comment avatar
Endang Sulastriningsih
koinnya abis,, bikin penasana
goodnovel comment avatar
Akbar Saputra
ambil jatah lagi deh tuan Harry coba di nikahin kasian cewekx
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status