Share

05. Hopeless

Hari itu Sara kembali bertemu Ethan lagi, setelah selama hampir satu bulan mengenal lelaki Lee itu. Sara semakin terpesona pada Ethan, Sara akui Ethan itu terlalu memikat. Ethan Lee sangat sulit untuk di abaikan begitu saja.

Di dalam mobil yang penuh dengan aroma Ethan. Sara mulai berpikir. Mungkin, Ethan merupakan sebuah pilihan yang takdir berikan padanya. Sara benar-benar buntu, kepalanya mulai gila karena memikirkan itu.

Sara berharap, dalam sudut hatinya. Mungkin Ethan lah orangnya, yang akan membawa Sara keluar dari lingkar keluarganya yang teramat menuntut.

Berharap, kedatangan Ethan membuat keadaan menjadi lebih baik. Seperti yang terjadi di dalam drama atau novel-novel picisan. Ethan datang, menyelamatkannya dari perjodohan konyol ini.

Terdengar tidak masuk akal, jelas itu hanyalah angan yang mampir di benak Sara. Wanita itu terlalu kalut.

"Aku harus mampir ke suatu tempat, tak apa 'kan?" Ethan menoleh singkat pada Sara, lalu kembali fokus pada jalanan.

Lamunan singkat Sara buyar, menoleh pada Ethan. Untuk beberapa sekon pertama Sara terdiam mencoba mencerna kata-kata Ethan.

"Ah, tidak apa." Jawab Sara akhirnya. Kembali menoleh pada jalanan di depan sana.

Entah urusan apa yang di maksudkan oleh Ethan, Sara mencoba untuk tidak terlalu mencari tahu lebih.

Dalam pertemuan yang entah ke berapa ini, sejak sekitar satu bulan yang lalu. Tepat setelah di hari pesta ulang tahun perusahaan tempo hari, Sara dapat memastikan jika Ethan sampai saat ini masih terlihat begitu baik. Bahkan teramat baik.

Ethan selalu memperlakukan Sara dengan begitu baik, lelaki itu terlihat seperti seorang lelaki yang tengah mencoba pendekatan pada lawan jenisnya karena dia tertarik.

Sara tidak tahu, jika tempat yang di maksud oleh Ethan adalah tempat mengerikan yang seumur hidup Sara selalu hindari. Klub malam.

Sara sering mendengar kabar, jika Ethan itu lelaki playboy, pemain wanita, pintar merayu. Sara bukan tidak memercayai rumor tersebut, Sara sendiri bahkan sering kali melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ethan yang terlihat bersama wanita yang berbeda-beda setiap saat.

Hanya saja, Sara merasa jika Ethan yang sedang bersamanya tidak menggambarkan sama sekali jika Ethan merupakan lelaki bejat.

Karena, Sara sudah terjerat ke dalam pesona lelaki itu. Jadi, apa yang Sara lihat maupun dengar tentang Ethan, semua itu rasanya tidak berarti apa-apa.

Di mata Sara, Ethan tetaplah Ethan. Lelaki memesona yang menolongnya di malam ia terjebak hujan.

Maka, ketika Sara melihat bagaimana Ethan yang terlihat berbicara pada seorang lelaki yang kemungkinan besar temannya itu, di tengah bisingnya suasana klub. Lalu ada seorang wanita berpakaian tidak layak pakaisangat terbukalalu mencium bibir Ethan santai, Sara merasakan dirinya begitu tidak suka melihat pemandangan tersebut.

Ethan itu berbeda, entah apa yang membuat lelaki itu berbeda dari deretan lelaki yang pernah menjadi teman kencan Sara, ketika masa sekolah maupun kuliah.

Padahal, jika dilihat dari sisi mana pun Ethan jelas bukan lelaki baik, bahkan jauh dari kata baik, Ethan Lee itu lelaki bejatPenjahat kelamin yang beruntung memiliki paras bak dewa, seperti yang sering orang-orang katakan tentangnya.

Meski Sara merasakan sesak yang teramat nyata, akhirnya ia hanya bisa mengangguk mengiyakan ketika Ethan pamit untuk menemui temannya di lantai atas klub, bersama si wanita yang mengenakan pakaian tidak layak pakai tadi, bergelayut manja di lengan Ethan.

Jadi, setelah Ethan pergi dan menyisakan kebisingan dari suara musik DJ yang berdentum menggema di seluruh penjuru klub, bersama orang-orang yang semakin sibuk menyenangkan diri masing-masing. Menegak minuman keras, bercumbu di setiap sudut ruangan, ataupun menari di atas lantai dansa.

Malam itu, Sara akhirnya tahu siapa Ethan Lee yang sebenarnya. Namun, Sara terlalu menyukainya, sampai-sampai mata hatinya dibutakan akan hal benar maupun salah.

Karena, Sara telah jatuh. Kim Sara telah membiarkan seseorang seperti Ethan mendekam di bagian terdalam dirinya.

Sara jelas tidak waras, tentu saja. Siapa memangnya yang akan merasa waras ketika berdekatan dengan lelaki macam Ethan. Tampan, panas, menggoda, dan memesona dalam setiap kesempatan.

Maka, hal itu juga yang membawa Sara semakin tidak waras. Ketika untuk pertama kalinya menegak alkohol hingga beberapa botol hanya karena merasa kesal melihat wanita murahan itu merangkak di atas pangkuan Ethan, dan membawa Sara ke dalam kesalahan yang begitu Sara sesali seumur hidupnya.

Malam itu, Ethan menyentuhnya. Ethan adalah yang pertama, dan Sara di bawa ke titik tertinggi yang tidak pernah Sara rasakan sebelumnya. Sesuatu yang membuat Sara tidak bisa berhenti, menolak ataupun lupakan.

...

Sara sering kali berpikir.

Ah, bagaimana jika dirinya terlahir bukan dari ayah dan ibunya? Hanya terlahir sebagai gadis biasa yang setiap pagi sarapan diselingi tawa renyah dari kakaknya yang terus menjahili.

Sara sudah terlalu putus asa, dengan segalanya. Hidupnya, keluarganya, dan semua masalah yang selalu saja datang bertubi-tubi.

Pintu kamar di belakangnya tertutup rapat, bersamaan dengan Sara yang merasakan sesak yang masih setia mendekam di dadanya.

Dengan langkah terseok-seok, kaki Sara berjalan menuju ranjang. Hari ini akhirnya Sara bisa keluar dari rumah sakit, setelah hampir seminggu hanya berbaring tak berdaya.

Sara merebahkan tubuhnya di atas ranjang, meringkuk memeluk lututnya seperti janin. Sudut bibirnya yang terluka dengan darah kering tersemat, bergetar menahan isakan.

Ayahnya datang, tepat ketika Sara bersiap pergi dari rumah sakit. Setelah kedatangan ibunya hari itu, tidak ada yang datang lagi, entah itu Jooin maupun kerabatnya.

Lalu tanpa di duga, Kim Jisang datang. Kedatangannya jelas bukan pertanda baik, mengingat sang ayah hanya akan datang pada Sara jika putrinya itu tengah terkena masalah. Ataupun ada urusan yang harus ia selesaikan dengan sang anak.

Sensasi panas yang menjalar dari bekas tamparan Jisang masih dapat Sara rasakan, mengingat tenaga yang di keluarkan Jisang cukup kuat, sampai-sampai sudut bibir Sara terluka.

Isak tangis yang terdengar pilu, mengalun pelan di tengah kamar lenggang itu. Mengusir hening yang selalu hadir di sana, Sara menangis.

Sara menangis bukan karena kekerasan yang ayahnya lakukan, Sara sudah terlalu sering mendapatkan perlakuan semacam itu dari ayahnya.

Sara menangis karena ia merasa tidak baik-baik saja, perasaannya tidak baik-baik saja. Dulu sekali, ketika Sara masih berada di bangku sekolah. Sara pernah mendapatkan tamparan keras maupun bentakan kasar lainnya dari sang ayah, di karenakan membolos sekolah bersama beberapa temannya. Sara tidak menangis, sama sekali tidak. Karena perasaannya baik-baik saja saat itu.

Mengapa garis takdirnya menjadi begitu terasa amat sulit, setiap harinya Sara hanya menemukan dirinya semakin muak dengan omong kosong yang mereka sebut takdir.

Sara ingin menyerah saja rasanya.

Tapi... ia tidak bisa.

[]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Faried Fadillah
alurnya maju mundur y thor mumet
goodnovel comment avatar
jiannaa
😭 nahkan apa kubilang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status