Share

07. Attention

Suara gemericik air yang berasal dari arah kamar mandi memecah keheningan suasana kamar milik Sara, menandakan jika seseorang di dalam kamar mandi sana masih melakukan aktivitasnyaㅡmandi.

Sedangkan si pemilik kamar, hanya bungkam dengan selimut membalut tubuh polosnya. Irisnya sesekali mengerjap, menatap tanpa ekspresi pada jendela kamar, di mana matahari semakin tinggi.

Ethan benar-benar membuktikan ucapannya, dia menyentuh Sara dengan begitu kasar. Menunjukkan dengan jelas kepada Sara, jika Ethan murka.

Dalam setiap sentuhannya, Ethan seolah memberitahu Sara. Bahwa Ethan murka, marah, kesal, dengan terang-terangan di ujung pelepasannya di barengi sebuah tamparan Ethan mengatakan sumpah serapah, jika ia begitu membenci Sara.

Sara tidak peduli, entah itu pada ungkapan kebencian Ethan di saat klimaksnya. Ataupun perlakuan kasarnya pada tubuh Sara, begitu juga ucapan menyakitkan yang acap kali keluar dari bibir Ethan.

Yang Sara khawatirkan hanyalah bayinya, Dokter Park bahkan mewanti-wanti Sara untuk jangan dulu berhubungan. Mengingat kandungan Sara lemah, dan itu berakibat buruk pada janinnya.

Kedua mata Sara memejam, satu tangannya menyentuh perut ratanya, mengusapnya pelan di balik selimut. Berharap janin itu baik-baik saja, terutama setelah perlakuan kasar Ethan.

Sara sudah memutuskan, ia akan tetap mempertahankan janinnya apapun yang terjadi. Ada gelenyar asing setiap kali Sara mengingat jika satu kehidupan tengah tumbuh di dalam rahimnya. Meski dengan kenyataan, bahwa tidak ada satupun orang yang menginginkan bayi tersebut, entah itu si ayahnya ataupun kedua orang tua Sara.

Karena Sara tahu, bagaimana menyedihkan dan menyakitkannya saat kau tidak diinginkan oleh siapapun. Semua orang seolah berbalik badan, enggan untuk memedulikan. Mereka semua membuang jauh-jauh rasa peduli mereka, Sara tahu itu, maka di sini Sara akan menjadi satu-satunya yang menginginkannya, bayinya. Meski semua orang menentangnya sekalipun.

...

Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, Ethan kembali bersiap untuk pergi. Melirik sekilas ke arah ranjang, di mana Sara masih tidak bergerak di tempatnya sejak Ethan memasuki kamar mandi.

Sudut bibirnya terangkat, membentuk lengkungan garis tipis. Kim Sara pantas mendapatkannya.

Lalu, ingatan Ethan memutar kejadian di mana Jooin tiba-tiba menerobos masuk ke kantornya, berteriak brutal memanggil-manggil Ethan.

Oh, dan jangan lupakan pukulan membabi buta yang lelaki Kim itu layangkan pada paras tampannya. Sial.

'Brengsek kau Lee Ethan! Berani-beraninya kau mempermainkan adikku!'

Ah, sial. Bahkan teriakkan memekakkan telinga itu masih saja berputar di benak Ethan, lalu dengan murka Kim Jooin menerjang Ethan yang masih bingung atas situasi yang terjadi.

Tentu, Ethan adalah lelaki yang tidak akan diam saja ketika dirinya di serang, Ethan tidak akan pernah terima. Terutama itu menyangkut baku hantam, apalagi Ethan paling ahli dalam bidang itu. Mengingat Ethan dulunya yang seorang berandalan.

Jika saja sekretaris Jooin yang saat itu tidak mendadak datang, mungkin Ethan sudah membuat Jooin terkapar tidak sadarkan diri di lantai kantornya. Setidaknya Jooin patut berterima kasih pada sekretarisnya tersebut.

Gara-gara ulah Kim Jooin, sekarang paras rupawan Ethan tidak layak konsumsi dalam beberapa waktu terakhir. Dan itu semua bermula karena seorang wanita yang kini tengah bergelung di balik selimut dengan santai.

Jadi, jangan salahkan Ethan jika ia melampiaskan kemarahannya pada Sara, wanita itu jelas pantas mendapatkannya.

Setelah selesai merapikan penampilannya, Ethan segera beranjak dari kamar milik Sara, tempat yang menjadi saksi bisu di mana ia menjadi begitu kejam pada seorang Kim Sara.

Meraih setelan jas dari atas sofa dekat ranjang, tanpa sepatah kata meninggalkan Sara yang masih bergelung di bawah selimut bersama debum rendah dari pintu kamar yang tertutup rapat.

Menyisakan keheningan menyelimuti Sara, dengan kepergiannya, Ethan kembali meninggalkan luka lain pada diri Sara.

...

Rutinitas kantor kembali berjalan seperti biasanya, wajah sumringah, sapaan ramah dari beberapa karyawan menyambut Sara pagi ini, ketika kedua tungkainya menginjakkan pelataran kantor.

Hampir seluruh karyawan kantor menghormati Sara, meskipun Sara hanya menjabat sebagai kepala divisi pemasaran. Tetapi, mengingat Kim Sara merupakan putri bungsu dari keluarga Kim, kebanyakan karyawan menjadi segan pada eksistensi Sara.

Senyuman menawan masih terpatri manis di paras Sara, ketika ia berjalan menuju ruangannya. Peran Kim Sara yang anggun, penuh pesona dan ramah masih melekat dalam diri Sara.

Dengan wajah yang dipoles riasan agak tebal tidak seperti biasanya, guna menutupi wajah pucatnya. Demi menutupi rapat-rapat parasnya yang menyedihkan, atau mungkin kesakitan yang sampai kini masih mendera Kim Sara, seolah kejadian kemarin pagi, dimana Ethan datang ke apartemennya bukanlah apa-apa.

"Setelah jam makan siang, Anda harus menghadiri rapat peresmian kontrak kerja sama, dengan perusahaan Ethan CorpMiss."

Sejenak, Sara terpaku pada lembaran kertas yang ada di tangannya. Ethan Corp. Tentu, Sara hampir lupa jika sebelum ini, ia sempat mengajak Ethan untuk bekerja sama dengan proyek yang tengah ia garap.

Kembali membaca sederet huruf yang tersusun rapi di atas kertas putih tersebut, Sara lalu berujar santai. "Apa tidak bisa di batalkan?"

Untuk sepersekian detik, Lee Jiran agaknya terkejut mendengar ucapan Sara. Untuk beberapa saat, hanya mampu mengerjap pelan.

"I...itu, itu tidak bisa Miss. Tim sudah mempersiapkan semuanya dan hampir mencapai seratus persen selesai. Di tambah, Ethan Corp merupakan perusahaan ternama, dan di pastikan kita akan sukses jika berhasil menandatangani kontrak." Lee Jiran menjelaskan kepada Sara, meski ada nada ragu yang terselip di antara katanya, kendati tidak kentara.

Benar, ini hanya bisnis. Kenapa juga Sara mendadak begitu benci mengingat sebelumnya, ia sangat mendambakan kerja sama ini. Pasti Jiran ikut kebingungan dengan ucapannya.

Baiklah, ini hanya sebatas bisnis. Itu saja. Tidak lebih.

Seulas senyum tipis tersungging di bibir tipis Sara, merapikan beberapa berkas yang tengah ia cek. Lalu mendongak pada Jiran, yang berdiri di hadapannya. "Aku tahu, aku hanya bercanda Jiran." Katanya, diikuti senyuman merekah di bibirnya.

Jiran mengangguk mengerti, meski tidak dapat menutupi kecanggungan di wajahnya. Atasannya ini, sulit untuk di terka.

Jiran kembali mengerjap pelan, tepat ketika Sara beranjak dari duduknya. Lalu menghampiri Jiran, tentu masih dengan senyum ramahnya. Ah, Jiran pikir Kim Sara ini selalu tersenyum ramah setiap saat, di setiap kesempatan. Kim Sara terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita, Jiran jadi iri.

"Jiran, ini sudah waktunya makan siang. Bagaimana jika kita ke restoran mie dingin di seberang jalan?"

Suara ketukan dari hak tinggi hitam yang membalut indah kaki Sara, menggema ketika beradu dengan lantai. Sara berjalan melewati Jiran, menuju pintu. Melihat hal itu, Jiran Segera menyusul sang atasan.

"Kedengarannya cukup bagus."

Keduanya lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut, bersama dengan debuman rendah dari pintu yang tertutup rapat, dan kedua wanita tersebut hilang di balik pintu.

...

Ethan merasa jika keadaan saat ini terlalu dramatis. Oh ayolah, di sini Ethan hanya sedang melakukan bisnis dengan salah satu pembawa pundi-pundi uang yang akan mengalir ke perusahaannya.

Melakukan kontrak kerja, hanya membubuhkan sebuah tanda tangan di atas kertas, lalu membiarkan mereka menggunakan nama perusahaannya untuk melakukan penjualan, anak buahnya yang akan menangani segalanya. Dan tara, uang pun berdatangan padanya.

Ya, hanya sesederhana itu.

Tapi, untuk kali ini sepertinya Ethan merasa jika segalanya tidak akan pernah menjadi semudah yang ia pikirkan.

Mendapati seorang Kim Sara yang tengah menyimak persentasi salah satu timnya, sesekali mengangguk ataupun memberikan masukan. Juga, jangan lupakan senyum menawan yang tidak pernah absen dari parasanya.

Benar, begitu. Itu Kim Sara yang Ethan tahu selama ini, namun mengapa Sara seolah berubah seratus delapan puluh derajat belakang ini. Terutama setelah pengakuan tidak masuk akal itu. Dia hamil, anaknya. Sialan! Ethan sungguh tidak perduli sama sekali. Segalanya menjadi sangat rumit sejak hari itu.

Maaf sekali, Ethan bukan kesal karena Sara hamil. Hanya saja, Ethan benci berurusan dengan hal rumit seperti, keluarga, hubungan, bahkan perasaan. Semua itu tidak ada dalam kamus seorang Ethan Lee.

Sejak dulu sekali, Ethan tidak pernah memiliki orang tua. Ia hanyalah seorang anak muda sebatang kara yang memiliki ambisi, tanpa orang terdekat, maupun uang. Hanya seorang anak yang besar di panti asuhan, yang begitu berambisi. Semuanya di mulai dari nol, hingga mengantarkan Ethan pada titik sekarang ini.

Kim Sara jelas bukan apa-apa, dia hanyalah salah satu mainan yang Ethan pakai selama ini. Sama seperti wanita-wanita lainnya.

"Miss! Anda baik-baik saja?"

Tetapi, Ethan seharusnya tahu. Jika Kim Sara berbeda, wanita itu berbeda. Ya, berbeda. Karena Kim Sara selalu membawakan masalah padanya, membuatnya semakin murka setiap bertatap muka dengan wanita itu.

Terutama, saat ruangan rapat tersebut berubah kacau. Tepat saat Kim Sara kehilangan kesadarannya di tengah rapat. Lihat, Ethan benar. Kim Sara hanya membawa masalah, di setiap pertemuan mereka.

Benar, Kim Sara adalah masalah. Yang selalu sukses membuat amarah Ethan tersulut di setiap kesempatan. Jangan berharap lebih, Ethan tidak memiliki perasaan apa pun pada wanita Kim itu. 

[]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status