Share

09. Revulsion

Perasaan bangga memenuhi diri Ethan, kedua tungkainya melangkah lebar dengan sudut bibir terangkat. Menyusuri koridor yang sedikit lenggang, mengingat jam kerja kantor di mulai satu jam lagi. Tentu, ini masih terlalu pagi untuk para pegawai datang.

Perasaan Ethan sedang dalam keadaan baik, bahkan sangat baik. Sampai-sampai mendadak jadi begitu bersemangat datang ke tempat kerja lebih awal, tidak seperti biasanya.

Entahlah, Ethan hanya sedang merasa senang. Ini lebih dari sekedar memenangkan tender dengan nilai selangit. Perasaan ini, lebih dari itu.

Alasannya sederhana, hanya membayangkan Kim Sara dalam genggamannya, miliknya, seutuhnya.

Ada apa dengan dirinya? Mengingat itu semua saja, sudah mampu membuat Ethan menyeringai tipis, di sela-sela langkahnya yang melangkah di koridor.

Ahh, itu sungguh luar biasa. Batin Ethan.          

Ethan terlalu fokus pada lamunannya, sehingga tidak menyadari seorang wanita dengan rok span di atas lutut dan kemeja putih, pakaian khas pegawai kantor. Berjalan tergesa ke arahnya, dan menabrak bahunya cukup kuat. Sampai-sampai si wanita terjatuh dengan bokong mencium marmer juga kertas-kertas bawaannya berhamburan.

Sedangkan Ethan yang masih berdiri tegap, tidak goyah barang sedikit saja atas acara tabrakan kecil tersebut. Wajahnya kembali berubah datar dan malas.

Satu alisnya terangkat, menatap dengan kening berkerut pada sosok wanita yang tengah meminta maaf padanya berkali-kali, sambil mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di atas lantai.

"Maaf, maafkan saya Tuan," sesal si wanita.

Ethan masih berdiri tegak di tempatnya, dengan pandangan lurus mengarah pada si wanita. Terlihat jelas, jika Ethan tidak berniat untuk membantunya.

Mengingat suasan hati Ethan sedang dalam keadaan bagus, lantas Ethan hanya menghela singkat. Lalu mengangguk singkat saat si wanita selesai mengumpulkan kertasnya, lalu membungkuk hormat pada Ethan.

"Saya sungguh minta maaf Tuan, lain kali saya akan lebih berhati-hati," ucap si wanita, masih mencoba meminta maaf. Meski jelas-jelas Ethan sudah memaafkannya, meski tidak kentara.

"Tidak apa-apa, aku mengerti."

Iris Ethan meneliti penampilan wanita tersebut, dia masih menunduk enggan menatap Ethan. Siapapun tahu, jika wanita di hadapan Ethan bukan wanita biasa.

Dari gestur tubuh, cara berbicara, dan sorot matanya. Ethan bisa melihat, jika wanita ini bukan wanita ceroboh ataupun wanita bodoh.

Namun, suara dering ponsel milik Ethan membuat pertemuan singkat itu hanya berlalu singkat begitu saja. Satu panggilan darurat dari asistennya, membuat Ethan melangkah cepat meninggalkan si wanita.

...

Dulu, Sara sempat menjadikan Ethan Lee sebagai segalanya di hidup Sara.

Sara pernah mendeklarasikan Ethan sebagai segalanya di hidup Sara, sebelum kemudian semua itu di hancurkan oleh lelaki itu sendiri.

"Jangan mengikat rambutmu, aku tidak suka. Membayangkan kulit cantikmu di lihat oleh lelaki lain selain diriku, itu membuatku marah."

Seringkali Sara bertanya kepada dirinya sendiri, mengapa kalimat-kalimat sederhana dan terkesan picisan, tidak bermutu itu masih saja melekat di benaknya.

Padahal, itu hanya satu dari sekian banyak kalimat tolol yang selalu Ethan ucapkan pada setiap wanita.

Tetapi, tetap saja. Sekuat apapun Sara meyakini bahwa itu tidak berarti, bukan apa-apa. Kalimat itu selalu terngiang di benaknya. Seperti saat ini, ketika Sara bangun tidur di jam sepuluh pagi, menatap pantulan dirinya yang acak-acakan dengan rambut di ikat asal.

Satu minggu berlalu, sejak pengakuan mengejutkan Ethan di rumah sakit hari itu, Sara tidak lagi bertemu Ethan sampai hari ini. Selama itu juga Sara menghabiskan waktunya untuk tidur, tidur dan tidur tanpa melakukan apapun. Mengunci rapat-rapat pintu apartemen, mematikan ponsel. Menolak siapapun yang mencoba menemuinya, terutama Ethan.

Meski jauh di dalam sana, meski sangat kecil. Sara berharap, seseorang akan mendobrak pintunya, mencarinya dan memastikan bahwa Sara baik-baik saja. Entah itu kakaknya, ataupun orang tuanya.

"Sekali-kali pakai pakaian yang nyaman untuk kau pakai, jangan seragam kantor terus menerus. Kau jadi terlihat seperti tante-tante."

Ethan tahu, betapa Sara begitu membenci seragam kantor yang setiap hari melekat pada diri Sara. Ethan tahu, betapa Sara sangat menginginkan untuk sekedar mengenakan celana jins dan kaos longgar, dengan sepatu kets membalut kedua kakinya dan berjalan santai menyusuri jalanan Seoul. Bukan sepatu hak tinggi, dan kemeja putih dan rok span yang tidak nyaman.

Sara benci mengingat Ethan yang begitu mengetahui banyak hal mengenai dirinya, sedangkan ia tidak tahu apapun tentang lelaki itu.

Yang sampai saat ini Kim Sara tahu, Ethan itu brengsek, Ethan Lee itu rusak. 

Jika di ingat-ingat kembali pada masa ketika Sara masih belum menjadi mendadak tolol hanya karena atas nama omong kosong cinta, karea hal-hal sederhana yang Ethan berikan, katakan, juga perlakuan lelaki itu. Seharusnya Sara tahu itu hanyalah cara Ethan untuk membawa Sara pada permainannya, untuk membuat Sara terjatuh pada lelaki itu.

Kini, Sara tidak baik-baik saja, ah bukankah sejak awal Sara memang tidak baik-baik saja, terutama setelah penolakan Ethan. Kendati demikian Sara mencoba, mencoba untuk kembali mengikuti alur permainan yang akan Ethan mainkan sekali lagi, dan lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya kali ini.

Dengan seulas senyum miris terpatri di bibirnya, Sara menyentuh rambut hitam sepinggang miliknya. Ia harus melakukan sesuatu sebelum datang ke kantor hari ini, setelah absen satu minggu lamanya. Mari kita lihat, apakah Ethan sudah siap dengan permainannya.

 ...

Dalam kurun waktu hampir dua puluh menit berlalu, Ethan tidak henti-hentinya menghembuskan napas panjang, sesekali irisnya menatap dalam pada pintu. Benaknya berkecamuk dengan berbagai hal terus menerus berputar.

Beberapa saat lalu sekretarisnya memberi Ethan sesuatu berupa surat pengunduran diri, terlalu mendadak. Kendati demikan, ternyata Han Shianㅡsekretaris Ethan sebelumnyaㅡsepertinya memang sudah merencanakan hal ini sejak awal. 

Ryu Seja, wanita itu. Shian bahkan sudah mempersiapkan pengganti dirinya, wanita sama yang tidak sengaja menabrak Ethan pagi tadi. Meski Ethan akui kemampuan dan prestasi yang di miliki Seja tidak main-main. Tebakan Ethan tidak pernah meleset, Ryu Seja memang bukan wanita sembarangan. 

''Anda memiliki rapat penting hari ini, jadi saya sudah mempersiapkan semuanya. Saya tidak ingin membuat Anda kerepotan tanpa sekretaris di sisi Anda. Sekali lagi saya minta maaf.''

Begitulah ucapan selamat tinggal dari Han Shian, bahkan di saat dia akan lepas tangan dari segala urusan mengenai Ethan Lee pun dia masih saja memikirkan atasannya. Jadi Ethan merasa sedikit tidak terima saat Shian memutuskan untuk mengundurkan dirinya.

Seja bekerja dengan baik, bahkan sangat terbilang cekatan mengingat ini hari pertamanya bekerja. Semua keperluan sudah siap dalam waktu singkat dan Ethan hanya duduk manis di kursinya, menunggu rapat di mulai. Bukankah itu sangat bagus, setidaknya Shian melakukan pekerjaan terakhirnya dengan sangat baik. Dianmeninggalkan harta karun dengan cuma-cuma.

...

Akhirnya, hari ini tiba juga. Sudah berapa lama? Ethan tidakterlalu ingat, mungkin satu minggu? Sejak Ethan melakukan pengakuan gilanya. Yang jelas untuk beberapa waktu belakangan ini, jam seolah berdetak lambat, hari tidak segera berlalu. Entah apa yang terjadi dengan diri Ethan, yang jelas hari ini Ethan merasa lega, entah untuk hal apa. Ethan sendiri tidak mengerti.

Semua orang sudah berkumpul di ruang rapat sejak bermenit-menit yang lalu. Mereka semua tengah menunggu, termasuk Ethan dengan Seja yang duduk di sampingnya. Menunggu pemeran utama rapat yang di selenggarakan hari ini. Rapat peresmian kerja sama mengingat sebelumnya gagal karena Sara pingsan ditengah rapat, dimana sebentar lagi akan segera di mulai.

Mendadak semua orang di ruang rapat sunyi, tepat ketika suara langkah menggema dan pintu utama ruang rapat terbuka lebar. Seolah eksistensi seorang Kim Sara, adalah sesuatu yang luar biasa. Tentu saja, mengingat wanita itu absen dari kantor satu minggu lamanya. Bahkan, beberapa karyawan dan rekan timnya sempat mengira Sara tidak akan datang.

Tetapi, Sara mematahkan semua prasangka semua orang. Hari ini, Sara menampakkan dirinya, beberapa orang bahkan sempat melongo.

Kim Sara datang, dan dia masih terlihat baik-baik saja seperti biasanya. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian semua orang termasuk Ethan yang sejak awal kedatangan Sara, kedua irisnya tidak henti-henti menatap tajam tidak suka pada Sara.

Jiran yang sudah menanti-nanti kedatangan Sara, segera mempersilakannya untuk duduk. Lalu berbisik pelan.

"Anda terlihat berbeda Miss."

Sara tersenyum tipis, membalas tanpa menatap Jiran. "Kau suka rambut baruku?" tanya Sara yang mengerti maksud dari pernyataan Jiran.

Jiran tersenyum canggung, menatap Sara yang mulai sibuk dengan berkas rapat. "Anda jadi terlihat lebih cantik."

Sara melirik sekilas pada Jiran di sampingnya, "terima kasih."

Sedangkan di ujung meja sana, iris Ethan tidak meninggalkan Sara barang seinci pun. Tatapan tajamnya seolah mengatakan dengan jelas bahwa Ethan sedang dalam mood tidak baik.

"Kau tahu, aku sangat tidak menyukai wanita yang mewarnai rambutnya. Jadi, jangan sekali-kali kau mewarnai rambutmu."

Ethan pernah mengatakannya, dengan sangat teramat jelas pada Kim Sara dulu. Mengutarakan ketidaksukaannya, pada si wanita.

Tapi hari ini, Sara seolah tengah menantang Ethan. Dengan mewarnai rambutnya yang hitam legam menjadi perak menyala. Satu hal kecil namun berefek besar pada Ethan.

Baiklah, jika ini yang kau inginkan. Kau duluan yang menantangku Kim Sara.

[]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nenaa
curiga pokoknya 🙄
goodnovel comment avatar
M dhen
hayoloooh 😅
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status