Share

3). Raja Dari Segala Raja

Zeus duduk dikursi kebesarannya dengan jubah hitam besar yang membalut punggung kokohnya.

Pria iblis itu menatap tajam kearah depan, tepatnya pada beberapa kawanan makhluk yang tengah bersujud dibawah singgasananya.

Zeus masih diam, sudah lebih dari satu setengah jam dan membiarkan seorang raja Vampir hingga beberapa makhluk lain memohon ampun karena telah melakukan satu kesalahan besar.

Membunuh para penyusup dan mata-mata tanpa menunggu perintah darinya yang merupakan penguasa di dunia kegelapan adalah kesalahan fatal yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Bahkan meskipun Zeus dalam keadaan tidur panjang sekalipun, tidak ada satu pun yang boleh menghabisi musuh tanpa menunggu keputusan darinya.

Zeus merasa tidak di hargai.

Dirinya adalah seorang penguasa di dunia penuh kegelapan ini.

Raja dari segala raja.

Seluruh makhluk harus tunduk dan patuh dibawah kakinya.

Bahkan makhluk paling keji sekalipun akan menunduk jika bertemu dan bertatap muka langsung dengan pria iblis itu.

"Yang mulia, mohon maafkan kesalahan kami. Kami hanya berusaha melindungi kastil istana selama anda pergi. Kami tidak mencoba bersikap lancang apalagi mencari perhatian seperti yang anda pikirkan. Tolong ampuni kesalahan kami, Yang mulia Raja."

Raja Vampir bersujud kaku dengan wajahnya yang memang sudah pucat pasi.

Hembusan angin terasa kuat hingga menggetarkan bangunan Istana Darken. Seorang penyihir tiba-tiba sudah jatuh terpelanting dan tubuhnya langsung membentur dinding. Tubuhnya telah hancur dan berubah menjadi butiran debu adalah sebagian kecil dari bukti betapa murka-nya sang penguasa kegelapan saat ini.

Semua makhluk disana tetap tunduk, tidak berani mengangkat kepala dan hanya melirik singkat dengan prihatin kearah seorang penyihir bernama Nori tanpa mau membantu.

Mereka semua lebih memilih melindungi nyawa masing-masing dari amukan Zeus yang sedang murka.

"Siapa yang akan bertanggungjawab!" Zeus berteriak dengan suara lantang.

Bahkan suaranya mampu menggetarkan bangunan kastil istana hingga orang yang berada disekitarnya gemetar. Beberapa petinggi dari ras, makhluk dan bahkan para siluman sudah bersimpuh dan mencium lantai ketika sang raja berdiri dengan wajah bengisnya.

"Katakan padaku siapa yang ingin bertanggung jawab, Sialan ?!"

BUGH!

Sekali lagi, kali ini sang raja Vampir yang terlempar jatuh hingga merobohkan guci besar di dekat pintu masuk.

Wajah kesakitannya telah berganti menjadi abu dalam kurun waktu singkat, hingga membuat semua makhluk disana menahan napas mereka tanpa sadar.

"Lancang sekali kalian semua membunuh para penyusup itu tanpa meminta persetujuan dariku!"

"Yang Mulia, tolong ampuni kami. Kami akan mencari tahu siapa para penyusup itu, kami bersumpah akan membawa tubuh mereka kehadapan Anda hidup-hidup agar Anda bisa mencari tahu sendiri siapa tuan mereka."

Edward yang baru saja buka suara langsung jatuh terduduk setelah tubuhnya terasa dibanting oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Beberapa tulangnya terasa remuk dan tidak bisa digerakan.

Suasana semakin terasa mencekam.

Tidak ada yang berani buka suara, sebelum tiba-tiba ...

"Yang Mulia, saya datang membawa kabar baik!"

Seluruh makhluk disana secara serempak menolehkan kepala mereka kearah ambang pintu masuk ketika terdengar suara teriakan dari arah luar pintu.

Mereka segera memberi salam hormat ketika melihat Enrico, orang kepercayaan Zeus yang sudah masuk secara tiba-tiba bagaikan seorang pahlawan kesiangan.

Menyadari Enrico yang datang dengan maksud untuk meredam sedikit Kemarahan Zeus, semua makhluk diruang rapat itu segera menyingkir pergi dengan langkah hati-hati. Meninggalkan Zeus dan Enrico di dalam ruang rapat dengan helaan napas lega.

"Kabar baik macam apa yang membuatmu sampai mengganggu waktu rapatku Enrico?"

Enrico menunduk sambil meringis pelan, memberi salam hormat sebelum kembali mengangkat kepalanya.

Ditatapnya wajah tuannya itu dengan serius.

"Ada seorang manusia di Goldenmoonpack, Yang Mulia."

Sontak saja iris mata Zeus berubah menjadi semerah darah. Sosok manusia Iblis itu menggeram ketika membayangkan darah segar manusia murni yang ingin di santapnya malam ini.

"Manusia?"

"Ya. Lebih tepatnya ... pasangan dari manusia setengah serigala, Alpha Elios."

Zeus menatap Enrico dengan alis terangkat, "Seorang Luna?"

"Benar Yang Mulia."

Zeus melangkahkan kedua kakinya menuruni anak tangga secara perlahan dan menyeringai senang ketika berada tepat satu jengkal di hadapan Enrico.

"Hanya karena kabar seperti itu, kau sampai harus menjadi pahlawan kesiangan Enrico?"

Enrico menelan ludah susah payah.

"Mohon ampun, Yang Mulia .... "

"Baiklah." Ditepuknya dua kali bahu Enrico dan meremasnya dengan sedikit kasar. Enrico sedikit meringis dan mengeluarkan taringnya karena menahan rasa sakit ketika kuku jari Zeus menusuk tepat dagingnya hingga mengeluarkan darah anyir.

"Lalu bagaimana dengan gadis yang kutemui di perbatasan?"

Tubuh Enrico menegang untuk beberapa saat.

"Sa-saya kehilangan jejaknya, Yang Mulia"

"Kehilangan jejaknya? Yang benar saja." Zeus mendengus sinis.

"Baru kali ini kau lengah hanya untuk tugas kecil mengawasi seorang gadis lemah Enrico." Enrico meringis merasa bersalah.

"Ampun, Yang mulia."

"Lain kali, cari alasan yang lebih berkelas untuk mengelabuhiku bodoh!"

BUGH!

Enrico mengumpat tanpa suara. Ketika satu tonjokan dari kepalan tangan Zeus berhasil mematahkan tulang hidungnya.

Zeus jelas menyadari apa yang terjadi pada tangan kanannya itu. Enrico yang tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya sampai lengah seperti saat ini. Dan semua itu terjadi karena tidak sengaja malah dipertemukan dengan pasangannya.

Setelah lebih dari ratusan tahun hidup, pada akhirnya penantian Enrico menemui titik terang. Hingga dirinya dibuat lupa pada tugas dan tanggung jawab yang Zeus perintahkan. Dirinya malah terbangun dalam keadaan telanjang didalam sebuah goa tanpa bisa menemukan partner pasangan bercintanya berada.

Zeus mendesis dengan gigi taring yang sudah mencuat, "Jangan culik manusia itu. Aku sendiri yang akan datang untuk menjemputnya."

Enrico menoleh cepat kearah Zeus dan menatapnya tidak setuju.

Seorang penguasa tertinggi ingin kerajaan kecil antah-berantah seperti Goldenmoonpack, apakah Zeus sedang bercanda?

Sejak kapan makhluk arogan itu mau repot-repot hanya untuk mendapatkan seekor mangsa.

"Yang Mulia, apakah Anda yakin?"

Zeus menatap jauh kedepan, dengan wajah yang kembali berekspresi datar.

Netra merah pria itu juga telah berubah kembali menjadi normal.

"Aku ingin memastikan sesuatu."

Enrico segera menundukan kepala ketika Zeus melangkah pergi melewatinya.

Setelah langkah ketiga, kepulan asap hitam muncul dan menghilangkan tubuh Zeus yang tinggal angin lalu.

Enrico kemudian berdecak saat menatap bahunya yang terluka lebar dengan aliran darah yang mengalir karena luka yang sengaja diberikan oleh Zeus.

"Oh sayangku, kau harus dihukum karena menggodaku disaat aku tengah bekerja." Decak Enrico kesal.

Enrico sudah melesat secapat angin, meninggalkan kastil yang berubah menjadi kosong dan sunyi.

Begitu dingin dan mencekam.

Siapapun yang masih berada disana, akan merasakan aura mistis yang begitu kental karena dipenuhi dengan aura magis.

Sementara Zeus telah masuk kedalam sebuah ruangan gelap dimana seorang manusia telah menunggunya untuk disantap.

Seorang gadis yang ia temukan tak jauh dari hutan perbatasan.

Zeus menyeringai keji, dengan netra berwarna merah menyala-nyala ketika tubuhnya melesat dan segera meraih leher gadis itu- yang sudah menangis keras dalam genggaman.

Zeus mendekatkan mulutnya, bersama dengan pasangan gigi taringnya yang telah mencuat keluar.

"Berapa usiamu?"

"D-dua ... dua puluh tahun Tuan," jawabnya dengan suara terbata.

Zeus menghirup sebentar aromanya, meresapi harum darah suci yang sangat segar. Dijilatinya dengan sensual sebelum menancapkan sepasang gigi taringnya tepat di antara perpotongan leher dan bahu hingga manusia itu menjerit dan menangis keras. 

Zeus menyedot habis darahnya hingga makhluk lemah itu mati tak berdaya sebelum tubuhnya dilemparkan begitu saja hingga masuk kedalam sebuah kandang bawah tanah, berisikan empat binatang peliharaan kesayangannya. 

Dua ekor macan betina dan dua ekor singa jantan itu dengan begitu suka rela menikmati daging manusia bekas tuannya itu.

Zeus mengusap pelan sudut bibirnya yang terdapat bercak darah lalu menyeringai kejam.

Matanya terpejam mengingat kembali bayangan tubuh mungil seorang gadis yang ditemuinya di sungai Dewarabiru. 

Seorang gadis yang tampak begitu manis, lugu dan juga rapuh.

Gadis itu buta.

Seorang gadis yang suka bunga teratai.

"Hera Aquinsha, dia milikku."

Desisnya dengan kedua tangan mencengkram kuat pagar yang menjadi pembatas kandang binatang buas dibawah sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status