Share

10). Zeus Murka

"Ana, bisakah kau ceritakan padaku apakah Istana Darken sekarang terlihat indah?"

Ana mengulas senyum manis begitu Hera bertanya padanya.

Seperti yang biasa Hera lakukan ketika masih tinggal di Goldenmoonpack, gadis itu membuka jendela dan merasakan sapuan angin yang menyapu kulit wajah hingga menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya yang indah.

Ana sendiri tengah duduk disofa tak jauh dari Hera, lalu segera menceritakan perubahan besar yang telah gadis itu buat di Istana Darken.

Semenjak Hera melakukan perubahan di Istana Darken, kesan horor mulai terkikis secara perlahan di dalam Istana yang terkenal angker itu.

Tanah yang semula gersang kini telah ditumbuhi begitu banyak macam bunga. Kolam ikan kini terawat dan airnya begitu jernih dengan banyak kehidupan didalamnya.

Semua pelayan selalu berwara-wiri di dalam istana, penjaga berdiri dan menyambut hangat setiap orang yang lewat.

Semua tirai yang ada telah Hera perintahkan untuk diganti warna menjadi putih, terdapat lukisan di setiap dinding ruangan.

Hera bahkan meminta semua pelayan meletakkan bunga di setiap sudut Istana semakin banyak.

Suasana mencekam yang tampak angker, secara perlahan mulai hidup karena berbagai kehidupan di dalam Istana Darken yang sengaja Hera ciptakan.

Hera tersenyum lebar ketika Ana menceritakan perubahan yang dibuatnya dengan nada suara antusias.

Meski dia tidak bisa melihat dan menikmati hasilnya, Hera cukup bisa merasakan kehangatan mulai terasa didalam Istana Darken. 

"Ratu Hera, apakah anda tidak ingin menikmati udara di taman bunga yang anda buat. Udara disana sangat sejuk sekarang."

Hera mengangguk dan meminta Anastasya untuk diantarkan kesana.

Dengan bantuan Marrine, Hera akhirnya tiba di taman bunga dan segera duduk di bangku panjang dekat kolam.

Gadis itu menghirup udara segar. Satu tangannya terulur, menyentuh beberapa tanaman bunga di dekatnya.

Namun suara cicitan burung bersamaan dengan hembusan angin yang tiba-tiba berhembus kencang, membuat perasaan Hera mendadak menjadi gelisah. 

Gadis itu tidak lagi mendengar suara Ana atau Marrine yang sebelumnya masih terdengar ditelinganya.

Yang ada, hanya kursi bangku yang ditempatinya terasa bergerak ketika seseorang duduk tepat di sebelahnya. 

"Yang Mulia Zeus?" tanya Hera sedikit tidak yakin.

Namun begitu sosok disebelahnya berdehem, Hera menyadari jika memang Zeus yang tengah duduk dibangku yang sama dengannya.

Tiba-tiba, suasana menjadi sangat hening.

Hera menarik tangannya dari bunga lalu meletakkannya di kedua paha.

Gadis itu masih bisa merasakan aura mencekam dari Zeus meski sudah seminggu berlalu sejak kejadian yang terjadi malam itu.

Zeus menatap lurus wajah Hera yang sedang merenung ditempat duduknya.

"Kau takut padaku?"

Hera menggeleng hati-hati.

"Ketimbang rasa takut, sepertinya aku lebih merasa jijik." Bisiknya dengan suara nada lirih, namun masih bisa dengar dengan sangat jelas oleh telinga Zeus.

Zeus cukup tersentil dengan kalimat yang barusaja Hera lontarkan.

"Jijik?"

Hera meremas rok gaunnya sendiri. Memantapkan hati, dan menimbang kalimat yang akan dia lontarkan pada Zeus.

Gadis itu akhirnya berani mengangkat kepalanya yang semula masih tertunduk dalam setelah merasa yakin.

"Yang Mulia, tidak bisakah anda berhenti melakukan semua itu, menikmati tubuh manusia tidak berdosa dan meminum darah mereka. Aku merasa mual tiap kali membayangkan anda melakukan hal keji seperti itu setiap malam."

Zeus menggeram. Menatap tajam Hera sebelum tiba-tiba pria iblis itu dibuat terkejut kala satu tangan gadis itu terangkat dan terulur hingga menyentuh sebelah wajah Zeus.

Hera menelusuri tiap jengkal lekuk wajah Zeus yang sering mendapatkan pujian dari semua orang itu menggunakan jemari tangan lentiknya.

Banyak pelayan yang diam-diam mengaggumi ketampanan Zeus.

Meski Hera mungkin sudah melakukan kesalahan besar karena sudah lancang mendaratkan tangannya diwajah pria iblis itu, Hera tetap melakukannya karena dia ingin.

Instingnya mengatakan untuk Hera melakukan itu semua.

"Apa kau memerintahku dan mencoba mengaturku Hera, kau sudah lupa siapa tuanmu?"

Hera terkejut ketika Zeus tiba-tiba menepis lengannya dengan kasar. Mendaratkan satu tangan kanannya mencengkram leher Hera tanpa di duga.


Hera terbelalak. Meremas lengan Zeus dengan kedua tangannya ketika Zeus mencengkeram lehernya semakin kuat, membuat napas Hera tercekat dan dadanya bergemuruh hebat karena kekurangan pasokan oksigen.

Zeus mencekik lehernya tanpa ampun.

"Meski kau pasanganku, bukan berarti kau bisa mengaturku sesuka hatimu. Ingat Hera, jangan lancang dan melewati batasanmu. Aku tetaplah tuanmu dan kau hanyalah seorang babu yang kebetulan menjadi belahan jiwa-ku."

Hera terbatuk ketika Zeus sudah melepaskan cengkraman pada lehernya secara tiba-tiba.

Bibir gadis itu bergetar pucat, wajahnya memerah dengan keringat yang mengalir membasahi kening.

"Cukup dengan aku menuruti keinginanmu untuk mengubah istana ini, tapi bukan berarti kau bisa mengubah jati diriku sesuka hatimu."

Zeus lalu menghilang begitu saja. Meninggalkan Hera yang sudah menangis terisak menahan sesak.


Tak lama kemudian, tubuh Hera rubuh hingga jatuh pingsan di dekat kolam.

***

"Apa kita tidak bisa pergi kesana?"

Alpha Elios memeluk Luna Alexa semakin erat. Sejak kepergian Hera dari Goldenmoonpack, Alexa tidak pernah berhenti terus merengek dan meminta untuk diantarkan bertemu dengan Hera.

Tidak bisa dipungkiri jika Alpha Elios sebenarnya juga sangat merindukan adik kecilnya itu.

Mengingat bagaimana tabiat Zeus yang dikenal kejam dang bengis, membuat Alpha Elios diserang rasa cemas yang luar biasa. 


Sebagai seorang kakak, Elios memiliki naluri untuk bisa terus melindungi adiknya itu. Namun dia tidak punya kuasa. Alpha Elios tidak mungkin melawan sang penguasa kegelapan sekelas Zeus.

"Tidak ada yang tahu dimana letak pasti Istana Darken Luna Alexa. Sekalipun kita tahu dimana tempatnya, tidak akan mudah untuk kita bisa menginjakan kaki di Istana kegelapan itu."

Alexa semakin menenggelamkan wajahnya, menangis dengan diam karena kehilangan adik iparnya.

Sejak gadis itu pergi, hari-hari Alexa terasa sangat sepi. Alexa merasa asing karena tidak memiliki teman selain Hera di Goldenmoonpack ini. 

Meski Jessy selalu menemaninya dan mencoba akrab bahkan dekat dengannya, berusaha terus menjadi sosok teman yang selalu ada untuk Alexa. Tetap saja Hera adalah teman terbaik untuk bertukar cerita.


Bertemu dengan Hera tetap menjadi hal yang sangat Alexa inginkan saat ini. 

Alpha Elios yang bisa mengerti dan memahami perasaan mate-nya itu. Elios hanya bisa mengusap rambut dan punggung Luna Alexa untuk menenangkan hati pasangannya yang tengah merasa gundah.

"Jika beruntung, Hera pasti datang kemari dan mengunjungi kita, Alexa."

Alexa menggeleng sedih.

"Aku tidak yakin Alpha. Hera mungkin saat ini sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan kita, firasatku mengatakan demikian."

Alpha Elios segera mengangkat tubuh Alexa dan membawanya masuk kedalam kamar mereka.

Alexa lalu mengalungkan kedua lengannya pada leher Elios, menatap tepat kedalam manik mata sang pria yang seakan mampu menghipnotis kaum hawa.

Seakan memiliki mantra, Alexa tiba-tiba merasakan tubuhnya secara perlahan menjadi lebih tenang ketika keduanya telah berbaring nyaman diatas ranjang pribadi kamar mereka.

Alexa mendekap erat tubuh Alpha Elios dan berusaha memejamkan kedua matanya erat.

"Besok aku ingin melihat para warrior berlatih lagi Alpha. Jadi jangan cemburu," katanya dengan gumaman suara pelan. 

Elios mendengus, lalu mengecup puncak kepala Luna-nya berkali-kali.

"Sampai kapan?" 

"Apa?" Alexa mendongak.

"Sampai kapan kau terus membuatku cemburu dengan menonton tubuh setengah telanjang para warrior Goldenmoonpack yang sedang berlatih. Apakah tidak cukup dengan tubuhku saja yang kau gerayangi setiap malam Luna Alexa?"

Alexa tersenyum malu-malu dan menggigit dada bidang sang Alpha karena gemas.

Namun kepalanya masih sembunyi dileher pasangannya dan terlihat enggan untuk sekedar mengangkat kepala guna melihat sepasang manik sang Alpha yang penuh dengan kilat jenaka.

"Setidaknya, aku tidak memintamu mengajariku cara menggunakan pedang. Padahal aku sangat ingin melakukannya karena mengidam."

Elios menarik tubuh Alexa kian merapat kearahnya.

Puncak kepalanya, Elios kecup cukup lama dan enggan menjauhkan bibirnya dari sana.

"Aku sanksi, itu pasti murni  karena keinginanmu. Bukan ngidam seperti yang kau katakan itu. "

Alexa tekekeh pelan karena merasa ketahuan.

"Aku hanya merasa jenuh dan ingin mencari pelampiasan Alpha. Dan hanya warrior Goldenmoonpack dan barak pelatihan Istana yang bisa mengalihkan fokusku dari Hera. Tak kusangka, ternyata aku malah mendapati para warrior yang bertelanjang dada ketika berlatih ...," Alexa menoleh dan tersenyum jahil, "lumayan juga. Hitung-hitung aku cuci mata." 

Alpha Elios berdecih lirih.

"Aku juga melakukan hal yang sama ketika berlatih. Jadi besok nikmati saja tubuhku sesuka hatimu. Sekarang tidurlah."

Alexa menurut, membalas dekapanAlpha Elios dan segera memejamkan kedua matanya. Alexa berharap bisa bertemu dengan adik iparnya di dalam mimpinya kali ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status