Share

Rumor

Rumor itu kaya wabah penyakit mematikan, menyebar dengan cepat tanpa bisa dikendalikan. Berdampak mematikan bagi korbannya.

—Reyana Stronghold—

Mati satu tumbuh seribu, semboyan yang melekat erat dalam percintaan Reya. Tak heran jika dirinya mendapat sebutan playgirl. Bukan maunya seperti itu, tapi salahkan saja mantan-mantan Reya yang selalu selingkuh.

Reya memang tak pernah beruntung dalam kisah asmaranya, selalu berakhir tragis seperti sinetron tengik. Buktinya ini yang keseratus kalinya Reya di selingkuhi, jumlah yang cukup fantastis bukan.

Mungkin setelah ini Reya harus mengadakan acara give away untuk perayaan keseratus.

Give away mantan laknat.

Entah kutukan macam apa yang menimpanya, tapi setiap kali Reya menjalin hubungan semua akan berakhir menyedihkan. Kalau gak diselingkuhin ya ditinggalin tanpa kepastian atau ngilang gak ada jejak kaya setan.

Beruntung hati Reya bakoh, sekuat semen tiga roda cap kaki tiga. Reya tipikal orang yang mudah jatuh cinta dan juga gampang patah hati, tapi ia juga mudah melupakan. Lihat saja sekarang.

Jika kebanyakan cewek akan menangis bombay setelah putus cinta, maka tidak berlaku untuk Reya. Ia justru melampiaskannya dengan bermain game online bersama teman-teman cowoknya.

Hatinya terus mengutuk Gilang, menyumpah serapah cowok gak tahu diri itu. Mungkin jika ada tante Vina, dia akan langsung meneriaki Gilang dengan sebutan MAGADIR.

MANTAN GAK TAHU DIRI!!!

Reya tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel sedetik pun, ia menganggap jika semua musuh di game itu para mantan durjana. Maka dengan kelincahan tangannya, Reya membabat habis mereka.

"First blood."

"Double kill."

"Triple kill."

"Maniac!"

"Savage."

Kelima temannya sampai melongo, pasalnya mereka tak diberi jatah musuh satu pun semuanya sudah dihantam habis oleh Reya.

"Reya kalau lagi mode marah serem ya," bisik cowok berwajah blasteran Indo-Belanda.

"Lo gak tahu, kalau cewek lagi patah hati bisa berubah jadi penyihir. Awas lo, bisa-bisa di kutuk jadi pangeran kodok," sahut cowok di sebelahnya, terkikik geli memandang wajah lawan bicaranya yang berubah tegang.

"Aissh!!" Reya mendengus, melihat permainan game-nya berakhir. Padahal tim-nya menang, tapi wajah Reya malah terlihat kesal.

Tentu saja, ia jadi tak punya pelampiasan untuk menumpahkan kekesalannya karena Gilang. Seandainya membunuh dilegalkan, Gilang sudah ia jadikan hantu kuyang dengan semua organnya ia jual ke tengkulak. Kulit mulusnya Reya jadikan gendang.

Akang gendang! Kalau saya bilang bunuh, bunuh.

Bunuh, bunuh, bunuh!

Reya mengembuskan nafas berat, memejamkan matanya sejenak. Bohong jika dirinya baik-baik saja, bagaimana pun Reya tidak bisa menyangkal kalau ia masih sayang sama Gilang. Kapten tim futsal kebanggaan sekolahnya.

Reya juga tahu soal rumor kalau Gilang itu playboy. Tapi gimana dong, Reya gak bisa menampik pesona Gilang, cowok tampan dengan kulit semulus pantat bayi. Gilang mirip oppa-oppa Korea yang sering Reya tonton.

Apalagi kalau cowok itu sedang di lapangan, mencetak gol dengan keringat bercucuran ditubuhnya. Reya bahkan bisa melihat kilauan cahaya yang keluar dari tubuh Gilang. Seperti Park Seo Joon ketika tampil di drakor kesayangannya.

Aura, Aura, Aura!

Reya membuka matanya, ketika bayangan papanya justru muncul dengan kenarsisannya menirukan gaya Park Seo Joon. Reya bergidik geli, papanya memang orang paling narsis dengan tingkat kepedean stadium empat. Tak tertolong.

"Woy, si botak masuk!" teriak Boim, lari terbirit-birit ke bangkunya.

Si botak yang di maksud ialah guru matematikanya yang berkepala botak, guru paling garang dan tidak mengenal toleransi bahkan dengan perempuan sekalipun.

Kata-kata yang selalu Reya ingat jika ada anak yang tidak mengerjakan PR. 'Dengan kekuatan bulan, saya akan menghukummu.' Yups, itu kata-kata Sailor moon dan herannya guru matematikanya selalu menggunakan kata-kata itu untuk menghukum para murid.

Tapi percayalah jika kalian mendengar itu dari mulutnya, akan terdengar sangat mengerikan seperti ancaman psikopat diiringi suara tawa menggelegar.

"Mampus, gue belum ngerjain PR!" pekik Reya, memukul kencang jidatnya sendiri.

Teman-teman Reya menoleh, prihatin. Pasalnya tidak ada waktu lagi untuk menyalin jawaban.

"Tenang aja, udah gue isiin jawabannya." Teman sebangku Reya memberikan buku matematika milik Reya.

Reya memandang cowok itu dengan mata berbinar. "Ah, Ichi. Makasih. Lo emang bestfriend gue." Reya tanpa canggung memeluk cowok bernama Ricky itu.

Tanpa Reya sadari jika pelukannya membuat jantung Ricky hampir ingin meledak, merasakan gejolak di dalam dada. Napasnya saja sampai tersendat-sendat seperti orang kena asma.

"Yassshhh! Mata gue ternodai!" pekik cowok blasteran, ia langsung memalingkan wajahnya.

"Anjir, bikin jiwa jomblo gue meronta-ronta," gerutu cowok di sebelahnya yang ikut memalingkan badannya menghadap ke depan.

Reya tak peduli, ia sudah terbiasa dengan reaksi teman-temannya yang memang pada jomblo karatan.

———————

Bel istirahat berbunyi, Reya merentangkan tangannya. Melakukan sedikit peregangan setelah hampir dua jam tersiksa dengan pelajaran matematika yang membuat dadanya sesak dan otaknya insecure.

Reya akui, ia memang bukan gadis pintar. Meski ikut berbagai les tambahan, nyatanya otaknya tetap stuck di tempat. Apalagi kalau berhubungan dengan matematika, otaknya seperti berhenti berfungsi dan tiba-tiba amnesia.

"Re, ntar mau ikut gak?" Cowok blasteran merangkul Reya, mereka berenam tengah berjalan menuju kantin.

"Em, ke mana?" tanya Reya.

"Biasa, war," bisik cowok itu. Karena keduanya berada di belakang barisan, maka tak ada yang tahu apa yang tengah diobrolkan.

"Tawuran!" pekik Reya, suaranya yang lantang sukses membuat teman-temannya menoleh. Bukan hanya mereka bahkan anak-anak di sekitar koridor dan gilanya mereka tengah berada di depan ruangan BK.

REYA SIALAN! Umpat cowok itu dalam hati.

"Heh Mail, lo ngomongin apa ke Reya, jangan bilang lo ngajakin dia?" Ricky mendelik dengan bola mata melebar seperti kelereng, disusul teman-temannya yang lain menatapnya tajam.

Mail menyengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya nama dia Michael, tapi Reya sering memanggilnya Mail dan teman-temannya jadi ikut-ikutan manggil Mail.

Ismail bin Mail, kalian pasti tahu dari mana Reya terinspirasi.

Bukan hanya Michael yang namanya dirubah oleh Reya, tapi semua teman-temannya. Ricky contohnya, dipanggil Ichi, kata Reya cowok itu mirip tokoh anime bernama Ichi yang sering ia tonton.

Sementara Cakra dan Candra, si kembar sinting itu dipanggil upin-ipin karena kata Reya mereka mirip kartun dari negeri tetangga. Bahkan Reya juga menyarankan  keduanya untuk dibotakin dan Candra dikasih jambul di tengah, yang ada bukan mirip upin malah mirip cecep.

Kalau Remi lebih parah, dia dipanggil Rembo. Kalian tahu siapa Rembo? Bukan tokoh dalam film action yang terkenal itu, tapi Rembo sendiri nama ayam milik tok Dalang.

"Jadi kalian sembunyiin ini dari gue?" Reya mengerucutkan bibirnya, menatap kelima cowok itu dengan mata berkaca-kaca.

Mana tahan mereka semua. Reya terlalu menggemaskan. Seperti bayi panda dengan mata bulat dan bibir mungil, hidungnya yang kecil dan mancung terlihat kembang kempis. Apalagi kalau sampai pipinya mengembung, ikan dory saja kalah apalagi Nemo.

"Bukan gitu Re, gimana ya jelasinnya."  Remi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung memberi pencarahan pada Reya.

"Terserah, pokoknya gue gak mau tahu. Gue nanti ikut. Titik!" Reya langsung berjalan mendahului mereka.

"Ah, dasar combro. Ember banget si mulut lo," gerutu Cakra. "Re, tungguin." Cakra mengejar Reya yang berjalan cepat menuju kantin disusul yang lainnya setelah mengomeli Michael habis-habisan.

Kantin yang tadinya ramai seperti pasar seketika sepi layaknya kuburan ketika Reya masuk. Reya sadar jika dirinya jadi pusat perhatian dan bahan gibah. Gak heran si mereka semua begitu, kalau tontonannya acara gosip dan rumpi gibahin aib orang, ditambah folowingnya akun gosip.

Memang rumor lebih gesit dari pada virus penyakit, berpindah tempat dari mulut ke mulut tanpa mempedulikan dampak yang ditimbulkan. Bahkan mereka juga tidak peduli jika korbannya mati.

Beruntung Reya bermental baja, tapi bagaimana dengan mereka yang bermental seperti wafer. Baru digenggam saja sudah remuk apalagi kalau dipatahkan, diinjak-injak.

"Gak usah dengerin," kata Ricky membawa semangkuk bakso untuk Reya. Mereka berenam duduk di tengah dan jadi pusat perhatian penghuni kantin.

"Apa perlu gue yang turun tangan? Ngomong-ngomong gue bisa membunuh tanpa menyentuh loh, keren kan?" celetuk Michael.

"Oh, ya?" Reya menaikkan sebelah alisnya, jelas Reya meragukan ucapan Michael.

"Lo raguin gue? Apa perlu gue kirim santet online?" Michael mengeluarkan ponselnya. "Sebutin siapa yang mau lo santet, gue bakal kirim secara online."

"Lo pindah profesi jadi dukun Il," sahut Cakra.

"Iya, dukun gaul yang udah glow up," balas Michael. "Buruan sebutin Re, oke biar lo percaya gue bakal kirim santet ke Rembo. Siap-siap Rem." Michael melirik Remi.

Remi sendiri memutar bola matanya, tak heran dengan tingkah ajaib Michael yang selalu absurd dan garing.

"Dah selesai, santet terkirim."

Tiba-tiba ponsel Remi berbunyi, mengalihkan perhatian mereka semua. Remi membukanya, ia langsung melempar tatapan tajam ke Michael yang sedang cengengesan.

"Kampret!" umpat Remi.

Candra yang penasaran, melihat layar ponsel Remi. Seketika ia tertawa terbahak-bahak. "Sinting lo, kalo cuma kirim stiker gue juga bisa," kata Candra, lalu mengirimkan stiker ke nomor WA Michael.

"Kambing lo!" Michael langsung menclak-menclak, karena yang dikirim Candra adalah stiker dirinya yang diedit jadi Lucintah Lunar dengan tulisan yang menyertai. 'Korban Santet'.

Tawa mereka pecah, bahkan Reya juga ikutan tertawa terbahak-bahak. Teman-temannya selalu bisa mencairkan suasana, tawa mereka juga menular ke dirinya. Reya beruntung punya teman seperti mereka meski terkadang gila tapi mereka yang terbaik bagi Reya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Syakila Jessica
keren saya suka
goodnovel comment avatar
Baby RJ
Seru nih ceritanya ...
goodnovel comment avatar
Acong Tea
menarik tp sayang aq blum tertarik membaca nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status