Sesuai janji, bab ini meluncur! :*
Ramein bab ini juga dengan taburan komenmu di paragraf yaa
(Cara komen di paragraf tinggal tekan lama di bagian paragraf yang dimau)
Enjoy!
-----
Gavriel dapat dengan jelas melihat bagaimana pupil di mata perak itu melebar ketika ia menyebutkan namanya. Menyingkap sinar mata yang sejak tadi tanpa sadar telah Gavriel nikmati.
Sebagai seorang pria, Gavriel tak akan bisa melarikan pandangannya dengan mudah dari sosok CEO muda yang tak pernah Gavriel perkirakan akan sememesona ini. Gavriel pikir, Daniel hanya membual ketika menceritakan tentang kecantikan yang dimiliki seorang Liora. Namun, rupanya Liora jauh di atas bayangan Gavriel.
Meski wanita itu memberikan ia tatapan dingin. Tidak, sejak kedatangan wanita itu, Gavriel melihat Liora menaburkan wajah dingin pada seluruh pria di sini. Tatapan dingin itu membuat jiwa Gavriel terusik. Ia tak mengira seorang wanita cantik nan anggun dapat memiliki tatapan seakan jiwa yang telah mati seperti ini.
"Senang dapat berkenalan dengan Anda, Miss Quinton."
Garis senyum di wajah Gavriel belum juga sirna, seakan itu selalu menjadi bagian dari pria itu. Lalu, tanpa Liora duga, Gavriel mengecup punggung tangan Liora dengan begitu sopan dan berkelas.
Tanpa ada kilatan menggoda, seakan itu juga bagian dari kebiasaan pria itu setiap kali berkenalan dengan para wanita. Sebuah perlakuan yang sudah jarang Liora temui di masa kini, gentleman.
Dalam hati, Liora tersenyum sinis. Ia dapat menduga bahwa telah banyak wanita yang jatuh di atas ranjang Gavriel selama ini setelah mendapatkan perlakuan pria itu. Terlebih melihat bagaimana tampannya wajah seorang Gavriel, sang Don Prospero.
"Saya dengar Anda kolektor wine," kata Gavriel seraya merelakan tangannya dari telapak Liora yang halus dan mungil. Gavriel merentangkan sedikit lengannya, mempersilakan Liora kembali duduk.
"Saya hanya penggemar. Keluarga saya di Valencia yang lebih tepat dikatakan sebagai kolektor," terang Liora yang memang memiliki darah campuran Spanyol dari garis sang ibu.
Gavriel kembali tersenyum. Ia tahu, ia hanya ingin melihat bagaimana respon seorang Liora yang berwajah dingin tersebut. Sepertinya, wanita itu tak sekeras dan sedingin yang terlihat, sepertinya.
"Kalau begitu saya harap Anda menyukai wine yang satu ini." Gavriel menjentikkan jari di udara, lalu seorang pelayan segera datang dengan membawa nampan botol wine dan gelas.
Mata Liora melirik pada botol wine berusia tua yang sudah dipastikan sangat mahal itu, lalu lingkaran peraknya segera menyeret menemui Gavriel. Mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan seorang bos besar mafia ini dengan kedatangannya?
Apakah ini masih tentang penawaran kerja sama yang telah ia tolak itu? Jabatan apa yang pria itu duduki di GStrom Company sebenarnya? Liora merutuki diri yang terlalu menyelekan dan melewatkan data perusahaan itu lebih lengkap.
Kini, mau tak mau ia harus waspada karena ia bukan lagi berhadapan dengan seorang pebisnis biasa. Ia dapat mengingat bagaimana cerita beberapa perusahaan konstruksi yang diperas dalam pembangunan gedung-gedung pencakar langit di San Francisco beberapa tahun silam oleh Prospero. Pemerasan untuk turut mendapatkan bagian keuntungan dari setiap truk yang masuk ke kota itu dengan mengangkut bahan bangunan.
Liora kemudian menunduk, membuka sling bag-nya dengan cepat dan mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada sekretarisnya. Tak membutuhkan waktu lama, pesan itu segera terbalas dan membuat pupil Liora melebar.
Untuk apa seorang chairman GStrom Company rela turun menemuinya seperti saat ini? Jelas ini bukan sebuah basa-basi seperti yang sempat Daniel katakan padanya beberapa hari lalu. Memberi komentar tentang restoran ini? Liora terkekeh konyol pada dirinya sendiri dalam hati.
Bertepatan dengan itu, gelas wine mereka telah terisi. Liora melirik pelayan itu agar segera menyingkir dari meja mereka, lalu menarik matanya yang tajam pada Gavriel.
“Apa yang sebenarnya Anda inginkan, Mr. Arvezio?” tanya Liora langsung.
Ia benci bertele-tele, terlebih menyangkut bisnis. Waktu terlalu berharga untuk sebuah omong kosong.
Sementara Gavriel hanya menjawab dengan senyuman seraya menaikkan gelas bergagang tingginya. Mengajak Liora untuk bersulang. Melihat hal itu, Liora membuang napas kasar. Ia pun akhirnya turut melakukan hal yang sama. Memilih bersabar, mengikuti permainan pria itu.
Denting gelas pun beradu di meja mereka. Keduanya menggoyangkan cairan merah pekat itu di dalam gelas, sebelum akhirnya membiarkan ruang mulut mereka terselimuti sensasi rasa menakjubkan dari red wine tua. Setelahnya, hidangan demi hidangan segera tersaji dan membawa mereka dalam pembicaraan rasa masakan itu, seperti yang disampaikan Daniel.
“Bagaimana jika kita berjalan ke taman belakang sembari membahas hal yang sudah Anda tunggu? Langit sore tampaknya akan sangat cocok dengan pemandangan indah di taman,” tawar Gavriel.
Liora mengangguk. Itu memang yang ia tunggu sedari tadi. Keduanya pun segera melangkah meninggalkan meja menuju pintu taman.
Namun, sebelum keduanya melewati pintu, Liora berbalik badan kala mendengar suara tangis bayinya. Di sana, Anna tengah berlari menghampiri Liora dengan raut penuh rasa bersalah karena mengganggu acara majikannya.
“It’s ok, An.” Liora mengangguk dan segera menggendong bayi mungilnya.
“Maafkan saya, Nyonya.” Anna nunduk dan segera mengundurkan diri.
“Apakah kau bermimpi buruk, Sayang? It’s ok, Mommy ada di sini untukmu. Mommy ada di sini,” ujar Liora penuh kelembutan dan tenang.
Ia menghapus air mata dari pipi kemerahan bayinya dan membawa tubuh mungil itu dalam pelukannya. Vierra mendekap erat leher sang ibu dengan tangisnya yang masih begitu nyaring. Liora tak memedulikan sedikit pun berpasang mata yang menoleh ke arahnya karena suara tangis Vierra.
Liora mengusap punggung bayi itu dan mengayunkan tubuhnya dengan perlahan. Ia lalu berjalan lebih dahulu menuju taman, melupakan keberadaan Gavriel.
“Kau lihat? Banyak bunga yang indah, Sayang,” bujuk Liora dengan menepuk bokong Vierra pelan.
Sementara itu, Gavriel yang memperhatikan sedari tadi tampak tertegun. Ia tak menyangka bahwa Liora telah memiliki seorang anak. Sepertinya ia telah melewatkan bagian dari data penting. Namun, lebih dari itu, ia seperti melihat pribadi yang berbeda dari Liora saat ini. Ke mana perginya sosok Liora yang sejak tadi begitu dingin dan bersuara datar?
“Apakah saya perlu mengganti panggilan menjadi Mrs. Quinton?” tanya Gavrielyang telah menyamai langkah dengan Liora.
“Saya tidak menikah,” jawab Liora kembali dengan nada datar dan dingin tanpa menoleh. Perlahan tangis Vierra telah menghilang dengan mata kecilnya yang sibuk mengamati sekitar.
Garis senyum yang sedari tadi Gavriel tampakkan, kini berubah menjadi seringai mendengar jawaban dan nada bicara wanita bersurai golden blonde itu. Keduanya menyusuri jalan setapak yang diapit taman hijau dan bunga berbagai warna yang bermekaran indah.
“Lalu bagaimana dengan panggilan Liora?”
Seketika Liora menoleh dengan mata peraknya yang tajam. “Kita sedang bekerja Mr. Arvezio.”
“Jadi Anda setuju dengan kesepakatan bisnis yang kami tawarkan?” goda Gavriel.
“Saya tidak mengatakan itu.”
Liora memalingkan wajah dengan kesal melihat raut menggoda itu. Pria bermata sapphire itu jelas tahu apa yang ia maksud.
Gavriel memasukkan kedua tangan pada saku celana. “Saya akan menyetujui harga yang Anda berikan dan kita sepakat untuk panggilan itu di luar kerja,” kata Gavriel santai, tak membutuhkan persetujuan.
Liora tertunduk sesaat dengan senyum sinis, lalu mendongak untuk menemui lingkaran sapphire Gavriel. “Kita tak akan bertemu di luar kerja dan saya tetap tak menyetujui tawaran bisnis perusahaan Anda.”
Ia tak sudi untuk berbisnis dengan kelompok mafia. Kini firasatnya beberapa hari lalu terasa tepat. Ia yakin GStrom Company hanya sebagai wadah money laundry dari banyaknya bisnis kotor Prospero. Ia tak akan membiarkan tangan licik Prospero menodai bisnis keluarganya.
“Well ....”
Gavriel menahan kalimatnya dan memutar tubuh menghadap Liora. Ia melangkah, mengikis jarak di antara mereka, meski ia dapat melihat tatapan waspada wanita itu yang tajam.
Dengan jarak sedekat ini, aroma parfum keduanya melebur menjadi satu, menelusup dan merasuki arus nadi. Wangi kayu-kayuan maskulin itu mengacaukan indra penciuman Liora, beserta aroma bunga yang segar dan manis dari tubuh Liora yang mencoba merenggut pernapasan Gavriel.
Gavriel lalu mencondongkan wajahnya, masuk ke bagian sisi kosong bahu Liora. Tarikan kuat napas pria itu begitu tajam, menyapu reseptor daun telinga Liora dan membuat napasnya tanpa sadar terhenti.
Bibir Gavriel nyaris menyentuh daun telinga Liora ketika suara berat nan dalam itu mulai berbisik, “Kita lihat apa yang akan terjadi nanti … Liora ….”
...To Be Continued...
Makasi banyak sudah baca sampai bab ini. Novel lain karya saltedcaramel:
- My Devil Bodyguard (orang tua Liora)
- Trapped By Obsession (Jake, sahabat ayah Liora)
- Something Between Us (anak Jake)
Belum gabung di grup WA pembaca? Link grup WA, segala info dan visual novel, cek
di IG @saltedcaramely_
Enjoy!-----Seluruh orang berpakaian serba hitam memenuhi area sebuah pemakaman keluarga milik Arvezio di sudut kota Madison. Isak tangis menjadi pengiring suara seorang pemuka agama yang tengah memimpin doa di depan sebuah batu nisan besar bertuliskan ‘Dario Arvezio’.Tak jauh dari area pemakanan, beberapa orang berjaga ketat dengan megang senapan. Pandangan mereka begitu awas, demi menjaga kehikmatan prosesi pemakaman underboss Prospero tersebut dari segala macam gangguan.Sementara itu, mata Gavriel mengamati satu persatu orang yang hadir di sana. Mencari wajah-wajah pengkhianat yang mungkin saja tampak dari kematian saudara sepupunya.Matanya kemudian bertabrakan beberapa saat pada anggota keluarga Crossleight yang turut hadir. Mereka mengangguk dan dibalas hal serupa oleh Gavriel, menghargai kedatangan mereka. Bersama dengan itu, tangan Gavriel tak lelah mengusap punggung wanita yang seda
Makasi untuk antusiasnya di bab 4 :* Ti amo!Enjoy!-----Langkah kaki berbalut sepatu scarpin hitam milik Liora seketika terhenti ketika ia baru saja tiba di ruang tengah penthouse-nya. Vierra yang berada di gendongan sang ibu segera memekik menggemaskan, mengetahui kedatangan pria dewasa yang sedang berdiri di tengah ruangan tersebut.Pria dewasa dengan gurat keriput di wajahnya itu pun mengembangkan senyum pada Vierra. Dengan pakaian jas biru gelapnya, ia berjalan menghampiri Liora.Mata Liora melirik pada sebuah amplop di tangan pria itu. Lalu ia berdecak.“Kapan Dydy sampai kemari?” tanya Liora sekadar basa-basi pada sang ayah.Hubungan keduanya yang tak begitu bagus membuat Liora tak tertarik dengan kunjungan ayahnya kemari. Meski ia tahu sang ayah datang jauh-jauh dari Manhattan.“Sekretarismu berkata kau bertemu dengan Gavriel Arvezio beberapa hari la
Enjoy!-----Denver, Colorado-USALiora melangkah dengan dagu terangkat memasuki suasana pesta di salah satu mansion milik Arvezio. Pandangannya lurus membelah keramaian, meski ekor mata perak itu tak bisa lari dari pemandangan menjijikkan para tamu yang hadir.Ia tak terkejut dan tidak pula berharap ini seperti layaknya pesta elegan pada umumnya yang biasa ia datangi. Meski pada awalnya ia sempat terkecoh dengan suasana berkelas dan musik opera, tetapi ketika ia memasuki mansion ini lebih dalam, pesta sesungguhnya baru terlihat. Ini lebih tepat dikatakan sebagai pesta seks.Sepanjang langkah Liora, sepanjang itu pula ia melihat para tamu yang saling bercinta tanpa mengenal tempat. Di tengah mereka yang berpakaian gaun dan tuxedo mahal, beberapa di antaranya ada yang mengenakan seragam berpangkat dan beberapa yang lainnya juga Liora kenal sebagai politisi terkenal.Pemandangan itu s
Enjoy!-----Liora menyandarkan punggungnya pada kursi tinggi. Kedua tangan itu saling tertaut dengan siku bertumpu pada armrest. “Terdengar seperti seseorang yang baru saja bersusah payah mencari tahu informasi tentang CEO Quinton Resource Corp,” ujarnya datar. Ia mengendalikan diri dengan cepat.“Sayangnya aku tak perlu bersusah payah.” Seringai di bibir Gavriel kembali berubah menjadi senyum lembut. Berbanding terbalik dengan nada bicaranya yang justru terdengar sombong bagi Liora.Gavrial memutar armrest kursi Liora hingga tubuh itu menghadap padanya. Lalu tangan Gavriel bertumpu pada kedua armrest itu. Ia membawa wajahnya semakin dekat dengan wanita cantik bergaun merah tersebut.“Kau selalu membawa kejutan Liora,” ujar Gavriel penuh makna dengan matanya yang jatuh pada bibir bawah Liora yang sedang wanita itu gigit, menahan gejolak emosi.Meski demi
Enjoy!-----Gavriel dan Daniel hanya menatap lurus pada Liora dan akhirnya membuat wanita itu kembali memaksakan diri untuk menatap foto dalam map itu. Liora menggeleng beberapa kali.“Ini bukan dirinya,” gumamnya gusar.Di dalam foto itu tampak sebuah tubuh di dalam galian liang lahat dengan wajah yang telah sukar dikenali karena termakan binatang tanah. Namun, jaket dan kaus yang dikenakan oleh mayat pria di dalam foto itu terasa begitu familiar. Meski pun tanah membuat pakaian itu tampak begitu lusuh.Namun, bukankah orang lain juga bisa saja mengenakan pakaian yang sama? Pabrik pakaian membuat potongan yang sama begitu banyak. Liora menjejalkan otaknya dengan segala kemungkinan.“Mayat ini bukan Alex, bukan Alex,” gumamnya lagi.Namun, gumaman itu seketika menghilang ditelan keterkejutan kala ia melihat mayat itu tak memiliki kelingking kiri. Liora akhirnya tak bisa lagi m
Enjoy!-----“Sayang apakah kau baik-baik saja? Mommy dari kemarin tak bisa berhenti memikirkanmu,” ujar Vello, ibu Liora di sambungan telepon. Suaranya begitu gusar sejak panggilan itu terangkat.“Aku baik-baik saja, Mom. Jangan khawatir,” jawab Liora dengan helaan napas kasar.“Liora Brylee Quinton!” sentak Vello yang seketika membuat Liora memejamkan mata. Jika sang ibu sudah menyebut nama lengkap yang jarang diketahui orang seperti ini, itu berarti ibunya sedang benar-benar marah. “Jangan coba-coba membohongi Mommy.”Liora kembali mendesah, kali ini pelan, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. Ia menoleh pada jendela kaca mobil yang sedang melaju. Berandai ia dapat melarikan diri dari kenyataan pahit.“Alex telah meninggal, Mom,” terang Liora akhirnya.“Apa? Dari mana kau tahu?” Vello yang sedang
Jam berapa kalian baca bab ini??Enjoy!-----Seluruh keramaian di dalam ballroom terasa sunyi seketika. Reseptor tubuh Liora seolah mati dan hanya menyisahkan reseptor di sekitar bibir yang berbalut lipstick berwarna soft pink itu. Ia dapat merasakan kelembutan dan kelembapan yang hangat pada rengkuhan bibir Gavriel.Tidak, ini kesalahan besar. Berani sekali pria ini menciumnya?Jiwa Liora memberontak, tetapi tubuhnya terasa tak berdaya, terlebih ketika Liora dapat melihat Gavriel terpejam. Bibir pria itu melumatnya lembut seakan Gavriel tengah menyentuh suatu benda rapuh. Rasa ini seolah bukan dari seseorang yang telah melukainya sejak awal. Rasa ini seolah sebuah bahasa atas pengaguman yang terpendam.Cara Gavriel menyelimuti bibirnya terasa begitu mengusik debaran jantung Liora sampai ia dapat mendengar jelas suara genderang di dadanya. Tidak. Ini sala
Enjoy!-----Hunter terkekeh melihat kebingungan Liora yang tampak menggemaskan di matanya. “Aku baru saja menawarimu untuk berdansa. Maukah kau berdansa denganku?”“Y-ya, tentu saja.” Liora mengangguk dan segera menyambut tangan Hunter.Pria berambut brunette dengan bulu tipis di sekitar garis rahang itu tersenyum. Ia membawa Liora ke tengah lantai dansa dan bergabung bersama para tamu lain yang telah mendahului mengisi lantai dansa tersebut.(Playlist Suggest: When I Fall In Love – Céline Dion & Clive Griffin)Liora membiarkan Hunter merengkuh pinggangnya dan merapatkan perut mereka. Sedang jemarinya tenggelam di dalam telapak Hunter yang lebar dan hangat. Serta satu tangannya yang lain memegang pundak Hunter yang terasa begitu keras. Ia dapat membayangkan tubuh atletis di balik tuxedo biru tua yang sedang pria itu kenakan.Mata perak dan hijau itu saling menyatu. Liora tak b