Kepergian Danu sudah seminggu lebih, tetapi Liana masih banyak melamun. Liana teringat Danu yang suka mengeluh karena selama ini ia belum mendapatkan apa yang ia mau. Anak itu ingin menjadi pewarisnya Delon, tetapi Delon sama sekali tidak mau membuat Danu menjadi senang. Yang Delon pikirkan hanyalah Zain. Zain si anak haram itu.
"Bi, tolong buatkan saya kopi!" seru Delon para pekerja di rumahnya.
Mendengar suara Delon, Liana jadi tertegun. Dulu ia pernah berusaha meracuni Delon. Akan tetapi, berhasil digagalkan oleh Zain. Dan sekarang adat kesempatan emas bagi Liana untuk meracuni Delon.
Karena tidak ada harapan lagi, Danu sudah tiada, Liana hanya tinggal mengakhiri kisahnya dengan membunuh Delon dan Liana akan berusaha melenyapkan Zain juga dan dengan begitu semua harta dan kekuasaan Delon akan jatuh ke tangan Liana.
Liana segera beranjak dari kursi dan secepat kilat menuju dapur.
"Biar saya aja, Bi!" cegah Liana pada Bi Ina.
"Baik, N
Zain menghela napas berat seolah mengeluarkan beban.Merasa gagal, karena belum juga menemukan Prita–ia menangis, menitipkan air matanya di rumah pohon."Seharusnya gue yang diculik! Bukan lo, Pri," kata Zain sembari memandang ke arah rumah tua yang dulu Prita lihat."Kenapa lo yang ngalamin ini?" Zain kembali menunduk dengan air mata yang mulai bercucuran.Tiba-tiba Zain teringat apa yang dulu Prita katakan mengenai Zeno yang akan membunuhnya. Zain teringat dengan kedatangan Misha. Zain mulai mengerti kemana Prita pergi. Mereka telah mengukir Prita."Zeno berniat membunuh lo!" kata Prita waktu itu.Zain bangkit untuk segera mencari keberadaan Zeno di rumahnya. Ia harap Zeno masih ada di sana. Zain akan meminta Zeno memberitahu padanya di mana keberadaan Prita. Zain tidak akan membiarkan Zeno menyakiti Prita.Zain lekas naik ke motornya–motor mewahnya yang ia ambil di pinggir jalan. Motonya yang ditinggalkan Prita begi
Joan melangkah masuk ke bandara. Setalah kejadian pertunangan Zain dan Joy yang gagal, Joan memilih meninggalkan Indonesia bersama kakeknya. Tepatnya Joan akan kuliah di luar negeri. Ia membawa kakeknya sekalian untuk dititipkan di rumah tantenya yang ada di Belanda selama Joan sibuk kuliah.Varos juga akan mendapat perawatan yang lebih baik di sana. Joan sudah menyiapkan semuanya.Joan memilih akan menjalani hidup baru. Keputusannya sudah bulat dan akan dijalankannya."Ayo, Kek," ucap Joan lalu membawa Varos masuk ke dalam pesawat.***Malam ini adalah malam yang berpengaruh bagi nyawa Prita. Sebab saat ini mereka bertiga sudah memegang pistol untuk melenyapkan Prita begitu saja jika Prita tidak menuruti apa yang mereka perintahkan.Seperti yang dikatakan Cici bahwa malam ini bertepatan dengan malam gerhana bulan Merah, malam yang langka bagi Prita dan Zain, namun agaknya akan terlewatkan sia-sia sebab Prita akan segara dileny
PUK!Seketika lamunan Prita terbuyarkan. Ia meringis lalu mengusap kepalanya yang baru saja digetok Cici--teman sekelasnya."Buruan ambil! Itu 'kan lipstik emak lo." Karena keadaan mendesak Cici terpaksa mendorong tubuh Prita hingga sampai di depan kakak kelas yang terkenal arogan itu."Ngapain di sini?" Mata elang pria itu menyorot tajam."Mau ngambil itu, Kak--"Jari Prita menunjuk benda yang sedang diinjak kakak kelasnya. Sumpah demi apa pun, saat ini Prita seperti sedang di ujung jurang yang siap terkena angin kencang lalu terjatuh ke lembah terdalam."O," katanya dengan bibir menyimpul. Aksa pria bernama Zain mengikuti arah telunjuk Prita. Ia menemukan benda itu tepat di kakinya."Ambil," imbuh Zain lagi.Perlahan Prita berjongkok dan ....Set!Zain menginjaknya hingga penyek kemudian menendangnya ke sembarang arah. Ia tertawa dengan nada menyebalkan. Setelah itu pergi bersama teman-temannya yang lain.
"Yang bersama akan kembali sendirianyang jomblo akan berakhir bahagia di pelaminan," batin Joan dengan bibir menyungging.Sejak tiga bulan terakhir, Joan sering mampir ke kedai unik yang terletak di pinggir jalan kota. Tempatnya sangat strategis dan tak jarang banyak pengunjung yang ikut makan pempek di sini. Biasanya hanya waktu luang saja yang menghantarkan Joan ke sini. Ia memilih keadaan yang tak terlalu ramai. Yaitu sepulang dari bascam menjelang petang.Keunikan bukan hanya soal dari rasa. Namun, dari nama tempatnya saja sudah membuat ia tertarik. 'Yumarijomblo' itulah nama kedainya.Di tiap meja terdapat quotes menarik tentang jomlo. Kata-kata yang sering Joan baca membuat ia senyum-senyum sendiri seperti sejak pertama ia datang ke sini dan membaca salah satu kata yang ia lihat,'Mblo, jangan lupa sarapan karena perut butuh makan bukan harapan. Minumnya juga jangan lupa ya, karena ginjal butuh air minum bukan air mata.'Kata-katanya seolah me
"Ibu pasti marah banget, nih Ci. Aduh gimana, yah. Lipstick yang minggu lalu aja belum gue ganti."Kini Cici yang dirundung rasa bersalah. Sebab dirinyalah yang meminta Prita untuk membawa lipstick ibunya. Alasannya karena tante Iren memerintahkan Cici untuk mencari tahu apa merek lipstick yang digunakan ibunya Prita, karena katanya pemikat dalam diri Resti berasal dari lipsticknya yang teramat langka itu.Iren dan Resti memang tidak akur. Keduanya sama-sama janda, tapi yang satunya lebih banyak diidolakan dibandibgkan Iren. Padahal Iren lebih muda dua tahun dari Resti. Mungkin itu yang membuat Iren iri terhadap janda satu anak itu.Meskipun begitu, Prita juga gemar memakai lipstick ibunya. Bukan karena ingin terlihat cantik seperti yang dikira Iren pada Resti. Hanya saja Prita sudah terbiasa memoles sedikit bibirnya. Ia hanya tidak nyaman melihat bibirnya terlalu pucat. Ya, Prita memang tidak memiliki bibir semerah natural.Bukan hanya Iren dan Prita yang te
Orang-orang berhamburan menghampiri mobik BMW milik Zain. Mereka membuka pintu mobilnya dan menarik sang pemilik dari mobil tersebut. Sedangkan Prita sudah keluar duluan dan memuntahkan isi perutnya. Dari kecil Prita memang tidak kuasa apabila berlama-lama di dalam mobil. Jangankan naik, mencium aroma mobil saja kadang membuatnya suka mual dan pusing tiba-tiba.Saat Prita mendongak, ia tampak tak asing dengan tempat ini. Ini adalah jalan di mana ia dan Zain bertemu kemarin malam. Tetapi anehnya saat ini Prita tak nampak pohon besar yang Prita lihat malam itu.Prita membersihkan mulutnya dengan tangan dan melihat seorang wanita dengan dandanan ala orang pintar masuk ke mobil, sebelumnya, wanita itu memberikan senyuman yang sulit diartikan oleh Prita."Neng, gak apa-apa?" tanya bapak-bapak heboh memeriksa keadaan Prita.Saat itu juga Prita baru tersadar bahwa dirinya dan Zain menambrak mobil orang dari belakang."Eh, g-gak apa-apa, kok, Pak." Prita menelu
Sayup-sayup suara seseorang masuk ke gendang telinganya. Ia perlahan membuka kelopak matanya. Lalu pandangannya mulai jernih setelah beberapa saat."Wah, apa gue lagi mimpi?" Prita mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar yang tampak mewah.Ia beranjak dari kasur dan mulai mendatangi meja make up yang hanya terdiri dari lotion, minyak rambut dan parfum saja."Ini mah buat cowok semua," desahnya. Kemudian terduduk pada bangku dan memandang wajahnya ....Prita langsung menjerit ketakutan ...."Aaa!""Wajah gue kenapa jadi kayak gini?""Wah, ini mimpi buruk si!" Ia langsung kembali ke ranjang dan memejamkan matanya. Di cermin tadi wajahnya berubah menjadi seseorang yang familiar tetapi ia tak ingat wajah siapa ini.Prita memaksakan dirinya untuk tertidur kembali. Namun nihil, ia tak bisa jatuh ke alam tidurnya."Wah gawat nih. Apa jangan-jangan gue terjebak di alam mimpi?"Untuk memastikan Prita mencoba menampar pipinya sendi
Yudi tampak menimang-nimang apa yang akan mereka lakukan, sebab jarang sekali cewek yang menjadi target mereka."Mmm, kita apain, yah?"Deo dan Jali masih menahan tubuh seseorang dalam karung yang mereka duduki di kursi kudang yang tampak sudah usang termakan waktu."Gelitikin aja gimana?" Jali menautkan alis."Ini cewek bro ... sensitif kalo main raba-raba aja.""Gagabah maneh teh!" Semprot Yudi pada Jali."Eh! Eh! Buka dulu karungnya. Kasian dia kehabisan napas atuh!"Napas Zain terdengar ngos-ngosan setelah Jali dan Deo membuka benda yang menutupi dirinya."Kurangajar?!" Zain berontak dan menendang lutut Yudi yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya.Kedua cowok itu makin mengeratkan tali yang mengikat Zain. Mereka terkejut dengan tenaga yang barusan dikeluarkan cewek itu, sampai-sampai hampir saja Yudi terjungkal."Wah, buas nih! Gawat atuh ieu mah ...." Yudi mengelus dada."Ngapain kalian ngarungin