Share

Bab 2

"Yang bersama akan kembali sendirian

yang jomblo akan berakhir bahagia di pelaminan," batin Joan dengan bibir menyungging.

Sejak tiga bulan terakhir, Joan sering mampir ke kedai unik yang terletak di pinggir jalan kota. Tempatnya sangat strategis dan tak jarang banyak pengunjung yang ikut makan pempek di sini. Biasanya hanya waktu luang saja yang menghantarkan Joan ke sini. Ia memilih keadaan yang tak terlalu ramai. Yaitu sepulang dari bascam menjelang petang.

Keunikan bukan hanya soal dari rasa. Namun, dari nama tempatnya saja sudah membuat ia tertarik. 'Yumarijomblo' itulah nama kedainya.

Di tiap meja terdapat quotes menarik tentang jomlo. Kata-kata yang sering Joan baca membuat ia senyum-senyum sendiri seperti sejak pertama ia datang ke sini dan membaca salah satu kata yang ia lihat,

'Mblo, jangan lupa sarapan karena perut butuh makan bukan harapan. Minumnya juga jangan lupa ya, karena ginjal butuh air minum bukan air mata.'

Kata-katanya seolah mengajak untuk memedulikan diri sendiri. Menghapus kesedihan perihal cinta-cintaan dan memperhatikan kesehatan diri.

Terkadang Joan mengira yang menulis kata-kata ini adalah seseorang yang tak pernah punya pasangan. Dia begitu antusias mengapresiasi dirinya sebagai jomlo sampai-sampai dengan kata-kata yang ia tulis secara tidak langsung telah mengajak para pelanggannya untuk ikut menjomlo. Hidup sendiri yang penting bahagia. Bebas pikiran. Ngga mikirin soal sakit hati. Pikir Joan.

Kedainya memang sangat sederhana, tetapi kebersihan dan kenyamanan tidaklah sederhana. Pemiliknya memang ahli dalam mengambil hati. Dari mulai pelayanan dan waktu yang sebentar dalam penyajian pempeknya, meskipun tengah dilanda orang banyak.

Joan menyantap pempek berisi tahu dengan penuh kenikmatan. Ia selalu jatuh cinta dengan rasanya.

"Wuenak, toh? Ini, ibu ada varian baru. Pempek isi wortel dan kentang."

Wanita medok bersuara indah itu meletakan satu mangkuk pempek yang sudah berkuah. Tampilannya sama seperti pempek yang barusan ia makan.

"Varian baru, Bu?"

"Iya, gratis buat kamu."

***

"Tumben udah pulang, Bu?"

Resti terlonjak mendengar anaknya bersuara.

Mengusap dada penuh kesabaran. "Kamu ngagetin ibu aja. Kenapa jam segini baru pulang?"

Kini Prita yang dibuat mengelus dada ketika suara ibunya naik satu oktaf.

"Habis dari rumah Cici. Hehe." Ia ikut mendaratkan bokongnya saat tadi lelah berdiri.

"Oiya, kamu lihat lipstick ibu yang model terbaru gak?"

Darah mendesir menggores pipinya. Jantung Prita mendadak berdegup kencang. Bagaimana jika ia tertangkap? Jujur saja Prita hendak mengembalikannya sepulang sekolah minggu kemarin, tetapi saat melihat bentuknya ia urungkan.

"Pri? Malah diam? Jangan-jangan--"

"Ibu tumben udah pulang jam segini?" tanya Prita mengalihkan.

Resti senyum-senyum tak karuan.

"Tau gak Pri? Pempek kita diborong sama pemuda tampan yang akhir-akhir ini sering mampir ke kedai kita. Kerugian dari kue yang kemarin udah keganti." Selorohnya bersenang hati.

"Wah, yang bener, Bu? Cowok itu siapa?"

"Yang waktu papasan sama kamu di pintu itu lho Pri. Kemarin juga kamu nanya dia 'kan?"

"Ooh, itu. Pri ngga tau sih Bu. Tapi kayaknya dia orang baik. Habisan pake topi terus si. Mana mukanya ketutupin lagi, udah kayak idol-idol K-pop aja."

***

"Berisik!"

Zain melempar bantal pada Bi Yem di ambang pintu membuat perempuan lima puluh tahun itu segera terbirit ketakutan.

Memang selalu serba salah jika sudah berhadapan dengan Zain Mahesa. Tidak dibangunkan marah. Jika dibangunkan juga marah. Pria itu selalu bersikap seenaknya.

Zain menggeliat. Mengumpulkan nyawanya kemudian bergegas melaksanakan ritual mandinya.

Usai mandi dan selesai memakai seragam, Zain berkaca. Memandang wajahnya sambil tersenyum bangga.

"Hehh, ganteng sekali wajah ini." Ia berucap dengan angkuh.

Zain berlanjut memakai minyak rambut dan menyemprotkam parfum ke seluruh tubuhnya.

Setibanya di bawah, Zain menelisik ruangan tak nampak  papahnya membuat moodnya kembali memburuk.

Bi Yem yang bisa menebak ekapresi wajah Zain lantas berseloroh,

"Tuan sudah ke Singapur lagi--"

Aksa Zain mendelik sinis.

"Gak nanya!" selanya memotong kata Bi Yem.

Mungkin jika tak ada PARPATI Zain akan bertahan di dalam kotak kekelaman. Bersendu sendiri. Menahan patah setiap hari. Untunglah semesta berbaik hati. Meakipun usia PARPATI baru menginjaki angka tiga tahun, tetapi pertemanan mereka sudah terasa sepuluh tahun. Mereka sangat dekat. Tali persahabatan kini sudah beralih pada ikatan kekeluargaan.

Zain melirik kaca spionnya, melihat motor gede seperti sedang mengikutinya. Zain memutar haluan, ia pun tak tahu ingin ke mana. Yang pasti ia hanya ingin menghindari seseorang yang menguntitnya dari belakang.

Ternyata benar, pria itu sedang mengintainya. Kini cowo itu mengejar laju kendaraannya.

"ZAGGAR?" Pikir Zain, tetapi tidak mungkin. Zain tak pernah melihat mereka ada yang menggunakan motor jenis antik begitu.

Set!

Akhirnya orang itu berhasil menghadang kendaraan Zain.

Perbuatan pria yang belum diketahui wajahnya itu terbilang lancang dan membuat Zain kesal. Zain turun dan langsung menyerang pria itu.

Bugh!

Bugh!

Zain meninju perutnya sebanyak dua kali. Kemudian Pria itu balik menyerang dengan jurus yang sudah diketahui Zain.

Pria itu kalah telak dan segera membuka helmnya.

"Gila lo!?" bentaknya membuat Zain kaget setelah melihat wajah pria di hadapannya.

"Bang Zeno?" Zain langsung melemparkan tubuhnya pada Zeno. Laki-laki itu pun membalas pelukan sepupunya dengan penuh kerinduan.

***

Plak!

"Ngaku deh lo! Kemarin ngapain Kak Joan nolongin lo?!"

Kemarin memang sempat terjadi kehebohan di depan mading. Pasalnya Prita tiba-tiba saja dibantu Joan. Anak PARPATI yang diketuai oleh Zain Mahesa Andara. Semua orang tahu bahwa anak PARPATI jarang sekali ada yang berempati terhadap para siswa. Cuma nasib Prita saja yang beruntung. Tetapi sekarang nasib keberuntungannya malah membawa petaka.

Prita membrontak. "Aduh, lepasin dulu. Kepala gue sakit."

Aul melepas jambakannya dari kepala anak malang itu setelah Pinka memberi perintah.

"Sekarang jawab!"

"Iya! Iya!" Pasrahnya. Prita memikirkan cara agar terbebas dari geng Pinka.

"Wah, Bu Ati--" Prita menunjuk ke arah kanan. Cewe yang sedang menyandarkan tubuhya di tembok mengikuti telunjuk Prita. Dan pada saat itu Prita langsung lari ke arah kiri. Arah kelasnya.

"Woi!" bentak Pinka, Aul dan Devi bersamaan.

Semenjak kejadian emosi dirinya pada Zain, ketenangan dalam hari-hari Prita seakakan lenyap. Ini sudah dua minggu berturut-turut dirinya terintimidasi oleh komplotan Pinka. Cewek bengal yang sebelas-duabelas sama nakalnya dengan Zain.

Prita terus berlarian di koridor dan Pinka bersama temannya juga masih mengejar.

"Berhenti cupu!"

Brak!

Tubuh Prita melayang layaknya kapas tertiup angin. Kakinya tak sengaja menabrak ember berisikan air pelan. Di depannya ada seorang cowok cool yang terdiam melihat tubuh Prita yang akan menimpanya.

Waktu berputar sangat lambat.

"Plis, tolong tangkap gue!" batin Prita berlirih keras.

Kehidupan Prita memang tak seindah di novel-novel. Ia berharap pria di depannya ini mengasihaninya dan mendekap tubuhnya. Ya, jika cowok itu Joan, Prita yakin cowok itu akan melakukan hal demikian.

Akan tetapi pria di depannya ini adalah manusia yang minim dengan rasa empati. Cowok tengil itu menggeser tubuhnya membiarkan Prita mencium lantai yang masih basah.

Koridor ramai dengan sorakan. Melihat tubuh Prita telungkup bersamaan dengan lipstik yang berceceran di lantai. Lagi-lagi Zain kembali menghancurkan benda curian dari ibunya. Benda keramat yang bisa membinasakan dirinya dari serangan mulut Resti. Ini kali kedua Zain tega menginjak lipstik  sampai muncrat ke wajah Prita yang malang.

Cici dan satu orang wanita menghampiri Prita yang kini mulai terduduk sambil meraup benda miliknya yang sudah penyek.

"Gue tau ini baru aja dibeli sama ibu."

Tangan beraroma vanila serta kulit putih  membuat jantung Prita berdesir hebat. Prita melirik pada seseorang yang tengah membersihkan wajahnya dengan sapu tangan.

Kemudian mereka terbangun.

"Lo gak apa-apa, Pri?" Cici membolak-balikkan tubuh Prita heboh.

"Maafin Zain, ya. Kadang cowok itu memang kekanak-kanakkan." Cewek itu memberikan permintaan maaf yang amat tulus.

***


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status