Share

Bab 7

"Matematika 'kan pelajaran favorit lo Zai. Kok, bisa-bisanya lo nyontek sama si Jaki?"

Deo dan Jali sibuk mengipas-ngipasi keringat Prita yang bercucuran setelah tadi gadis itu ketahuan mencontek dan disuruh lari keliling lapangan sebanyak tujuh kali. Ternyata guru kelas 12 lebih menakutkan daripada guru BK. Dan ini menjadi pengalaman pertama seorang Prita dihukum.

"Yang kenceng!" perintah Prita.

"Ternyata enak juga jadi dia. Punya pelayan yang siap gue suruh apa pun. Rasain kalian. Ini akibatnya karena udah berusaha mengintimidasi adik kelas." Lagi-lagi Prita menyergah dalam hati dengan penuh kepuasan.

"Eh, ngomong-ngomong si Joan mana, ya?" Deo mulai cari-cari pandang ke setiap sudut lapangan hingga koridor.

"Lagi sama si Joy kali. Lagian hubungan mereka itu gak jelas masih aja dipertahanin."

"Si Joy cantik-cantik kok buaya, yah. Si Joan juga bego. Masih mau aja sama tuh cewek."

"Sut! Sutt! Orangnya datang." Jali berbisik heboh.

Joan mengambil alih di dekat Prita.

Sebenarnya Prita terkejut mendengar Joan memiliki hubungan dengan Joy. Dia pikir Joan bukan tipikal orang yang suka didekati wanita, tapi ia tak bisa menampik juga, karena gadis itu adalah idaman semua pria--Joy Astella, cewek cantik, baik hati dan cerdas. Siapa yang tak terpesona akan kecantikannya? Daun pun dibuat jatuh hati.

Jatuh secara diam-diam.

"Lo masih marah sama gue?" Joan memulai.

"Hah?"

"Lo harus lakuin itu. Ini demi keluarga lo juga," lanjut Joan semakin membuat kebingungan Prita bertambah.

"Udahlah, gak usah bahas cewek. Yang terpenting kita udah kumpul di sini dan ayo kelarin rencana kita buat balas anak-anak ZAGGAR."

Dalam perbincangan mereka, Prita tak mampu menyahut sepatah kata pun. Ia hanya melongo di tempat, karena masih tak bisa menangkap apa yang tengah mereka bicarakan.

Seasaat kemudian, ia langsung teringat Cici. Hari ini ia tak berkesempatan untuk bersamanya lagi. Prita mulai tertunduk memikirkan persahbatan dirinya dan Cici. Apakah Zain akan bersikap baik pada Cici? Itulah yang sedang ada di kelala Prita. Ia takut Cici akan seperti dirinya. Diperlakukan seperti siswa buangan.

Desahan lolos dari mulutnya.

Tiba-tiba Prita terpikirkan sesuatu ....

"Tapi ... gue 'kan ini Zain? Mmm, ini bisa gue jadiin kesempatan untuk melakukan sesuatu yang semestinya gue lakukan. Cowok itu gak mungkin bisa berbuat apa-apa, toh dia sedang menempati raga gue." Pikirnya demikian.

"Ahaha!" tawa Prita tiba-tiba. Keempat cowok di depannya memandang bingung.

"Wah, kayaknya sekolah ini angker deh ...." Deo mengusap bulu kuduknya. Ia menerawang setiap pepohonan yang ada di sekitar.

Yudi mulai memegangi puncak kepala Prita dan berkata, "Nu timana ieu?"

***

"Pri mau ke mana sih?" Cici berhasil mencapai lengan Zain.

Cowok itu segera memepis Cici secara kasar. Cici tentu dibuat kaget dengan sikapnya yang dingin dan sinis.

"Gak usah ikutin gue! Gue ini bukan temen lo!" Zain pergi meninggalkan Cici di depan gerbang. Cewek itu memaku.

"Cici!" teriak Prita di sebrang sana. Ia tampak melambaikan tangannya ke arah Cici.

"Wah, gawat. Ada Kak Zain." Ia berlari menghindari jangkauan Prita yang dikira Zain.

Ketika Prita hendak mengejar Cici, sebuah tangan lebih dulu mencegahnya. Pemilik tangan itu adalah Joan. Ia meminta Prita untuk segera menyusul yang lain ke bescem.

"Gue gak bawa motor. Gue ... ikut lo aja Zai, gimana?" tanya Joan ragu-ragu.

Prita langsung mengangguk mantap, membuat Joan sedikit kaget. Ia pikir Zain akan menolaknya karena saat ini hubungan mereka sedikit renggang sedari kemarin sebab kedatangan Joy.

Lagi-lagi karena Joy. Joy--gadis yang disukai Joan semenjak kecil dan gadis yang Zain benci.

Awal mula, Joy berteman baik dengan kedua cowok itu. Akan tetapi, semenjak ibu Zain meninggal semuanya berubah.

Waktu umur enam tahun, Joan selalu mengajak Joy bermain dengan Zain. Ketiganya memiliki ikatan persahabatan yang erat dan kebetulan para orang tua mereka juga sangat dekat.

Di pagi yang sangat cerah, ketiga anak kecil terduduk di bangku taman samping rumah Joy. Mereka baru saja main kucing-kucingan. Alhasil anak-anak itu merasa kehausan.

"Aku ambilkan kalian minum dulu, ya. Nanti kita main lagi," ucap Joy kecil.

Zain kecil ikut beranjak dan menyusul Joy.

Sedangkan Joan masih duduk sambil membuka buku cerita bergamar di sana.

"Joy tungguin Zain!" teriak Zain kecil sambil berlari ke arah Joy.

Mereka berdua masuk ke dapur, berniat mengambil minuman dingin. Namun, langkah Zain mendadak kaku diikuti Joy yang ikut terhenti ketika seorang pria yang dikenali adalah ayahnya Joy melirik ke sana ke mari dengan gerak-gerik mencurigakan. Saat itu Zain dan Joy hanya memperhatikan saja, mereka berdua tidak tahu bahwa ayahnya Joy sedang memasukkan racun ke dalam minuman.

Racun yang membuat hubungan Zain berakhir bersama gadis kecil itu. Minuman itu berakhir di tangan ibunda Zain. Kejadian kelam beberapa tahun silam membuat ia sangat membenci Joy dan keluarganya.

Ibunda Zain meneguk minuman itu dengan penuh rasa hormat. Hanya sesaat kehormatan itu bisa ia rasakan. Sesudah itu, dadanya merasa sesak dan dari mulutnya keluar busa.

Disitulah, Zain tersadar. Papanya Joy berniat jahat. Pria setengah baya itu mencoba membunuh ibundanya.

"Om Jef jahat!" Pukul Zain pada Jefry.

"Joy jelaskan, kita melihat itu," sambung Zain lagi.

Joy mendadak beku. Ia menjauh dari Zain dan pergi ke pangkuan ibunya.

"Aku tidak tahu apa maksudmu," kata Joy mengelak. Saat itu Joy dirundung rasa takut. Ia tidak mau dipisahkan dengan ayahnya.

Dan yang lebih parah kasus pembunuhan ini malah tidak dilanjutkan hingga sekarang.

"Tapi lo yang bawa yah!" Prita melemparkan kucinya kepada Joan.

Saat motor yang mereka tumpangi sudah meninggalkan area sekolah, munculah Zain bersama wajahnya yang masam.

"Kurangajar cewek itu! Gue harus naik motor butut dia lagi?." Zain mengejar Prita dengan motor butut yang sering mogok mendadak.

***

"Kapan lagi dibonceng Kak Joan." Prita senyum-senyum. Menurutnya ada untungnya juga ia menjadi Zain.

Di sepanjang perjalanan Joan merasa janggal dengan seseorang yang sedang diboncengnya ini. Prita begitu erat memeluk pinggang Joan.

Set!

Tiba-tiba beberapa motor menghadang mereka. Jantung Prita hampir saja loncat saat Joan me-ngerem mendadak.

"Jadi ini ketua PARPATI yang gak ada nyali itu?" Danu tertawa sinis.

"Mental kambing bos!" sindir anak ZAGAR yang lain.

"Mau kalian apa?" sergah Joan kesal.

"Gue mau satu lawan satu." Danu melangkah mendekati Prita. Dan cewek itu segera bersembunyi di balik tubuh Joan.

Semua bersorak. "Ngapain lo sembuyi? Takut lo? Ha ...." Danu dan yang lain kembali tertawa.

Tak berapa lama Joan ditarik lalu ditinju oleh anak Zaggar yang tidak Prita ketahui namanya. Joan memang berusaha melawan tetapi jumlah mereka lumayan banyak. Sedangkan dirinya sudah ada di genggaman Danu.

"Mental lo ... mental kambing?!" Wajah Danu semakin mendekat membuat Prita nekat mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu, membenturkan kepalanya yang keras ini pada kepala Danu.

Bruk!

Tubuh Danu ambruk. Pria itu merasa seperti sedang di kelilingi banyak burung di atas kepalanya.

Selang beberapa menit, seorang gadis datang dan ikut dalam perkelahian tersebut.

"Zain?"

***


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status