Share

Bab 16 Henry Lancester Ingin Tinggal Dengannya

Setelah melewati hari yang sibuk di perusahaan, Yvonne terlalu lelah bahkan untuk mengangkat tangannya dan langsung pergi tidur begitu sampai rumah.

Tak berselang lama, pintu kamar tidur dibuka. Henry menginjak karpet dan memasuki ruangan. Lampu jalan di luar jendela membuatnya bisa melihat Yvonne tidur di atas ranjang.

Henry memperlambat langkahnya dan merangkak ke sisi tempat tidur.

Tubuh Yvonne tertutup yang berserakan, dan pakaian tampak kusut karena postur tidurnya.

Yvonne tampaknya tidak pernah mengenakan pakaian yang telah Henry minta Sue persiapkan untuknya.

Mengingat penampilan Yvonne, wanita mungkin tidak akan terlihat cocok mengenakan pakaian itu, tidak peduli seberapa mahal harganya. Oleh karena itu, ia lebih baik mengenakan pakaian yang lebih sederhana.

Henry memandang Yvonne yang terbaring di tempat tidur dengan sedikit rasa jijik di matanya.

“Mmm ….”

Wajah Henry sedikit berkerut karena gerakan tiba-tiba dan tanpa sadar ia mundur beberapa langkah. Ternyata Yvonne hanya membalikkan tubuhnya dengan suara rintihan lembut. Ia kesulitan menarik kerah untuk membuka kemejanya, mungkin ia tidak nyaman tidur dengan pakaian kantor.

Yvonne membalikkan badannya lagi dan kemudian memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya. Setelah meraba-raba beberapa saat, ia melepas bra-nya. Ia nampak lega, mengganti posisi tidurnya menjadi lebih santai dan melanjutkan tidurnya.

Tatapan tajam Henry terarah ke tubuhnya.

Yvonne merasa jauh lebih nyaman setelah melepas bra. Ia berbaring sebentar, lalu berpikir untuk bangun mandi.

Ia tidak menyangka akan melihat seseorang berdiri di samping tempat tidurnya begitu ia membuka matanya.

“AHHH!”

Ia berteriak kaget dan hampir jatuh dari tempat tidur.

“Kenapa kau berteriak?" Henry mengerutkan keningnya sambil membuka kancing kemejanya karena kesal.

"T-Tidak ada ... aku hanya heran melihatmu di sini."

Yvonne lega mengetahui bahwa orang ini adalah Henry. Namun, dengan sangat cepat memandangnya curiga.

“Kenapa aku tidak boleh ada di sini?"

Ekspresi wajahnya menjadi lebih masam.

“Yvonne Frey. Ingat, kita ini sudah menikah. Apa kau merasa single karena aku jarang ada di rumah beberapa tahun terakhir ini?"

"Tidak, tidak sama sekali."

Yvonne menyadari bahwa ia telah mengatakan sesuatu yang salah lagi dan dengan cepat, ia duduk untuk menjelaskan dirinya.

“Aku tidak tahu kau akan pulang malam ini. Aku akan minta Sue untuk menyiapkan kamar tamu!"

"Kamar tamu? Kenapa aku harus tidur di kamar tamu? Apa aku sedang bertamu ke sini?"

“Tidak, bukan itu maksudku!"

Yvonne dengan cepat berdiri. Ia lalu bertanya dengan hati-hati sambil melihat ke wajah masam Henry.

"K-Kau tidur denganku malam ini?"

“Apa tidak boleh?"

Ekspresi wajah Yvonne membuat Henry semakin marah.

Wanita ini benar-benar tidak menyadari bahwa dia telah menikah, apalagi menganggapnya sebagai suaminya. Kalau ia sadar, kenapa Yvonne begitu terkejut melihatnya?

Selama tiga tahun terakhir, Henry tidak pernah peduli dengan hal-hal macam ini. Sekarang ketika ia memikirkannya, ia tidak tahu untuk apa wanita ini mau menikahinya!"

“Tentu saja boleh, tapi ...."

Yvonne memainkan jemarinya.

"Kenapa kau tidur denganku di sini malam ini? Apa kau terlalu banyak minum?"

"Apa aku terlihat seperti orang mabuk?"

Henry menyipitkan matanya.

“Lalu kenapa kau kau tidak melihat dirimu sendiri sekarang?”

"Aku?"

Sejenak, Yvonne terkejut, lalu dengan cepat dia merunduk ke bawah menatap dirinya sendiri. Ia langsung mencengkeram kerah bajunya karena terkejut.

"Aku ... aku ..." Yvonne tersipu dan tidak bisa berkata-kata.

Henry menatapnya sinis tanpa repot-repot menyembunyikan nada mengejek dalam suaranya.

“Bukankah kau begitu terampil melepasnya tadi? Kenapa kau menutupinya sekarang?”

"Aku pikir tadi aku sendirian di sini!" Yvonne buru-buru mengambil branya dari tanah dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

Henry mengerutkan bibirnya.

“Meski kau sendirian, kau masih harus lebih memperhatikan citramu sebagai Nyonya Lancaster. Jangan mempermalukan keluarga Lancaster atau membuat dirimu bodoh!"

"Aku tahu."

Yvonne menundukkan kepalanya karena malu.

"Aku tidak akan melakukannya lagi lain kali," gumamnya.

Henry mendengus dingin dan membiarkan pergi. Lelaki itu melepas mantelnya dan pergi ke sofa.

Yvonne meliriknya beberapa kali, lalu menghela napas lega sebelum masuk ke kamar mandi. Begitu ia berendam di bak mandi, ia menutupi wajah dengan tangannya. Ia begitu gugup dan bersemangat.

Dia tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Henry. Selain rela pindah kembali untuk tinggal bersama Yvonne secara tiba-tiba, lelaki itu bahkan ingin berbagi kamar dengannya!

Mungkinkah ia akhirnya memutuskan serius untuk menjadi suaminya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status