Yvonne tidak bisa menahan senyum memikirkan hal itu saat mandi jauh lebih cepat dari biasanya.Ketika ia keluar dari kamar mandi, ia tidak mendapati Henry ada di kamar. Hanya ada mantel yang biasanya ia lempar sembarangan ke sofa."Dia pergi ke mana?" Yvonne bergumam pada dirinya sendiri. Ia membenahi jubah mandinya, lalu keluar dari kamar tidur.Sue masih menyapu lantai di ruang tamu di lantai bawah dan menyapa Yvonne dengan ramah saat ia melihat majikannya menuruni tangga. "Nyonya.""Sue, apa kau melihat Henry?" Yvonne mencengkeram kerah jubah mandinya dan bertanya.Sue menghentikan pekerjaannya. "Iya. Tuan Lancaster baru saja keluar.”"Keluar?" Yvonne mengangkat alisnya karena terkejut.Kemana ia pergi pada jam selarut ini?Sue mengangguk. “Ya, beliau menerima panggilan telepon dan kemudian pergi dengan tergesa-gesa. Apa Anda tidak tahu, Nyonya?”Yvonne memaksakan senyumnya namun ia tak bisa menyembunyikan kekecewaan di matanya. “Dia tidak memberitahuku ….”“Mungkin ada masala
"Yvonne Frey?" Henry sedikit mengernyit.Orang di ujung telepon itu bergumam."Apa?" “Aku dengar kau ada di rumah sakit. Apa kau merasa tidak enak badan?" Yvonne mencengkeram ujung blusnya saat ia bertanya dengan hati-hati.Di ujung lain telepon, Henry melirik ke arah ranjang rumah sakit saat sorot matanya berubah serius. "Ya.""Apa keadaanya cukup serius?" Yvonne menegakkan punggungnya saat suaranya semakin keras. Ada kekhawatiran bercampur di dalamnya. “Kau ada di rumah sakit mana? Aku akan ke sana!" "Tidak perlu!" Wajah tampan Henry berubah menjadi masam. “Apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?”Kata-kata Yvonne seperti tersangkut di tenggorokan. “Kalau belum selesai, cepat kerjaan. Aku ingin melihatnya ketika kembali ke kantor nanti." Setelah mengatakan itu, Henry mengakhiri panggilannya."Henry, siapa?" Sebuah suara lemah dari seorang wanita terdengar di belakangnya. Ia terdengar penasaran.Begitu Henry mendengar pertanyaan itu, ekspresi dingin di wajahnya langsung mele
Sebelumnya, Jackie menatap Henry dengan mata cerahnya. Lelaki ini tidak menyangka jika wanita yang ada di depannya ini akan memandangnya dengan cara yang sama sekarang.Kedua memandangnya dengan cara yang sama, namun mereka tampak berbeda. Henry bisa melihat semangat yang tidak bisa ia mengerti dari mata Jackie, tapi mata wanita di hadapannya ini sangat jernih.Henry tiba-tiba tidak tahan melihat mata Yvonne. Ketika Henry menyadari perasaan aneh dalam dirinya, matanya menjadi dingin lagi. Ia membuang muka dan menahan emosinya, lalu mengambil dokumen dan mencoba mencari kesalahan di sana.Yvonne yakin bahwa ia tidak membuat kesalahan kali ini, jadi ia dengan tenang memperhatikan saat Henry memeriksa pekerjaannya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya.“Ngomong-ngomong, kapan kau kembali, Henry? Apa kau baik baik saja?"Henry menutup file itu dengan ekspresi yang agak tidak menyenangkan di wajahnya. "Tolong panggil aku dengan panggilan Pak Lancaster d
Lynette menatap mata Yvonne. "Kau tidak akan menyembunyikannya kalau memang tidak ada apa-apa! Ada sesuatu yang mencurigakan di sini! Biar aku lihat!""Jangan!" Yvonne menggelengkan kepalanya.Lynette mengabaikannya dan mengambil kertas itu dari meja. "Refleksi diri?"Yvonne mengusap lehernya dengan canggung."Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa kau menulis laporan refleksi diri?”"Itu .…"Ibarat kucing sudah keluar dari tas, tidak ada gunanya bagi Yvonne untuk menyembunyikannya, jadi ia menceritakan semuanya pada Lynette.Lynette menatapnya dengan kagum dan mengacungkan jempol. “Luar biasa! Kau baru saja ditunjuk sebagai sekretaris dan tertangkap basah tertidur di tempat kerja oleh Pak Lancaster! Kau masih beruntung karena beliau tidak memecatmu saat itu juga. Teruskan menulis kalau begitu, aku akan turun sekarang."Khawatir ia akan ketahuan bermalas-malasan di sini, Lynette mendorong kertas itu kembali ke Yvonne dan dengan cepat keluar dari kantornya.Sambil menghela nafa
Henry menjatuhkan tas kerjanya dan pergi ke dapur. Saat ia tiba di pintu dapur, Henry berhenti dan menatap orang di dapur keheranan.Ternyata Yvonne sedang memasak!Yvonne memakai celemek dan sibuk menyiapkan bahan-bahan di samping kompor. Pisau dapur di tangannya mengeluarkan suara mencincang.Kepala wanita itu sedikit menunduk, memperlihatkan leher jenjangnya. Kulit pucatnya disinari oleh cahaya.Henry menatapnya sebentar dan jakunnya naik-turun.Ini adalah ketiga kalinya ia bereaksi terhadap wanita ini!Henry tidak mengetahui apa alasannya, ia dengan kesal melepas dasi di lehernya dan memanggil wanita itu dengan suara yang dalam. "Yvonne Frey."Yvonne yang terkejut karena tiba-tiba dipanggil, hampir memotong jarinya.Namun, ia tak memedulikan hal itu dan menoleh karena terkejut. "Kamu pulang!"Yvone mengira Henry tidak akan kembali!Henry menjawab dengan bergumam dingin saat tatapannya tertuju pada panci di belakang Yvone. "Kamu masak apa?"“Mie. Aku belum makan malam." Y
Joe sepertinya menyadari sesuatu. Ia melirik Henry yang sedang marah, lalu membuka pintu.Yvonne berdiri di depan pintu dengan kepala tertunduk dan bahunya yang lemah gemetar karena isak tangisnya.“Yvonne Fr … tidak, Nyonya, mengapa Anda ada di sini?” Joe memaksakan senyum canggung di wajahnya yang biasanya tegas.Yvonne mengabaikannya. Ia mengangkat wajahnya yang pucat berlinang air mata dan menatap pria di dalam ruang kerja dengan tatapan terluka.Pria itu langsung merasa gundah saat melihat Yvone seperti ini."Pulanglah sekarang." Henry melambai pada asistennya.Joe sudah lama bersiap untuk pergi. Ia mengambil tasnya dan dengan cepat pergi.Henry mendekati Yvonne dan melihat ke bawah untuk melihat kekacauan di lantai. Emosi melintas di matanya. "Kamu mendengar semuanya?"Yvonne mengepalkan tangannya dan tersedak. “Kenapa … kenapa kamu memperlakukanku seperti ini …?”"Maafkan aku." Mata Henry meredup.Permintaan maafnya hanya membuat Yvonne merasa lebih buruk. Wanita itu b
Yvonne meninggalkan ruang kerja, turun untuk mengambil beberapa alat pembersih, dan membersihkan kekacauan di depan ruangan Henry sebelum kembali ke kamar.Keesokan harinya, Yvone datang ke kantor dengan muka panda. Lynette terkejut saat melihat Yvonne. “Sial, apa yang kamu lakukan tadi malam? Mencuri sapi tetanggamu?”“Jangan duduk di sini, kamu akan mendapat masalah jika seseorang melihatmu.” Yvonne mendorong Lynette dari mejanya. “Aku tidak mencuri sapi. Aku hanya bermimpi buruk sepanjang malam.""Sepanjang malam?""Ya. Mimpinya terjadi berulang kali. Tersiksanya." Yvonne menguap, terlihat lesu dengan mata merahnya.Sepanjang malam ia hampir tidak bisa tidur. Begitu Yvone memejamkan mata, ia terus melihat dalam mimpi Henry meminta seseorang untuk mengambil sumsum tulangnya dengan paksa ketika Yvone menolak menjadi donor.Mimpi itu terasa begitu nyata dan menakutkan sampai Yvone bertanya-tanya apakah Henry benar-benar akan melakukan hal itu padanya jika ia tidak setuju untuk me
"Pesan saja yang lain." Henry melambaikan tangannya acuh tak acuh dan suaranya dingin.Saat ini Jackie tidak bisa menari, jadi ia tidak bisa memainkan peran angsa putih di atas panggung. Daripada menyimpan kalung itu untuk membangkitkan perasaan Henry yang dalam, ia sebaiknya memberikannya untuk Yvonne Frey saja.“Baiklah.” Karena Henry yang mengatakan itu, Joe tentu saja tidak keberatan. Ia mengangkat kacamatanya dan menerima perintahnya.Setelah Henry selesai dengan pekerjaannya di sore hari, ia mengenakan mantelnya dan hendak pergi ke rumah sakit.Namun, asistennya kembali dengan setumpuk kotak hadiah dan banyak berkeringat. "Tuan Lancaster!”"Ada apa?" Henry menatapnya.Joe meletakkan kotak-kotak kado di atas sofa. "Nona Frey tidak ada di vila."“Tidak ada di villa?” Wajah Henry berkerut.“Ya, Sue memberi tahu aku kalau Nona Frey pergi berbelanja.”"Berbelanja?" Wajah Henry menjadi gelap.Ia memberi Yvone libur setengah hari agar bisa beristirahat, tapi ia malah pergi ber