Share

bab 3

Tadi adalah kegiatan penyambutan untuk para pimpinan aksi sosial dan ada beberapa anggota ketentaraan disana. Dimana para dokter dan para staff yang dipilih akan melakukan pidato tentang tema yang ditentukan. 

"Kak"

"Hm?" Aldo hanya bergumam, tapi fokusnya tetap di hp.

"Kak"

"Hmm"

"KAK"

"APAAN SIH NABILAH??!!"

Aku menyengir.

"Gimana?"

"Gimana apanya?" Dia menaikkan satu alisnya, pertanda bingung.

"Lo pasti udah pernah aksi sosial kan? Dinas. Kayak gue? Gimana? Disana ngapain aja, gue harus kaya apa?" Tanyaku menggebu nggebu.

"Gak, gue gak pernah. Beda rumah sakit gue koas nya, lagipula RS gue dulu gak ada tuh aksi sosial"

"Ck, dokter Ali gak ikut, cuma sama dia gue akrabnya, sama lo juga. Gue gak humble, gak pinter" Aku memberenggut bersender di sofa ruangan Aldo. Aldo merangkulku di pundak. 

"Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, perkiraan lo lebih pintar dari gue itu gede banget"

Aku menatapnya sambil memasang wajah tidak percaya, dia mengangguk.

"Iya, lo hebat banget tau gak-

-Gue aja nih ya waktu dulu gak menarik perhatian orang. Gue liat lo tadi banyak banget yang suka, diantara banyaknya dokter koas, cuma lo doang yang dipilih. Gimana? Hebat kan?" 

Aldo melepas rangkulannya lalu duduk dikursinya sendiri, dirinya langsung fokus ke kertas-kertas dihadapannya. Dan aku sedang memikirkan perkataan Aldo tadi.

"Gausah dipikirin deh, lo itu multifemale. Beda dari yang lain, lebih menarik" Aldo berkata begitu sambil menatapku dalam, mata dibalik kaca mata itu beradu pandang dengan mataku meski jaraknya berjauhan. 

"Iy-ya gue percaya sama lo, makasih udah nyemangatin gue" 

Ini kenapa jadi salting gini sih?

"Yaudah lo keluar sana, kerja!". 

"Lah ngusir?". Aku berdiri dan bersedekap dada.

"Lo tadi dicariin dokter Mina. Mau dijadiin as-op, abis maghrib tapi. Lo masih lusa juga kan berangkatnya?" Tanya nya, sambil melihat jam tangan.

"Hooh, tapi kak, lo juga kan nanti ikut operasi. Tuh, masih aja santai-santai" 

"Yee beda dong, gue kan residen lo, udah deh sana pergi. Lo telat nanti gue yang malu" 

"Cih"

Aku keluar ruangan, melihat arloji. Ternyata masih jam 5, berarti 1 jam lamanya aku ada di ruangan Aldo.

...

"Ya kamu bayangin aja ya Bil, dokter bedah itu berat banget kerjaannya. Apalagi yang takut sama darah, saya heran sama mereka niat jadi dokter atau tidak?"

Aku tersenyum simpul, entahlah, dokter Mina terlihat kesal.

"Kemarin lusa saya ajak koas Niken untuk jadi as-op, eh dia malah takut darah. Akhirnya perawat Evan yang saya tunjuk dan Niken nggak jadi ikut operasi" 

Kami sedang berjalan menuju ruang operasi, kebetulan tadi bertemu di musholla. 

"Ya, gimana ya dok. Gak semua orang-orang mau jadi dokter, ada yang dipaksa sama orang tua. Mungkin Niken ada err.... problem?" Aku menjelaskan dengan tidak yakin.

"Yah, walaupun bukan kemauan juga harus profesional dong. Masa nyawa orang dijadiin mainan?" Dokter Mina geleng-geleng kepala, setuju juga sih. Wah parah si Niken itu.

Kami masuk ke OK. Operation Komer adalah ruangan yang kami jelajahi. Ruangan para tenaga medis profesional, tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Dokter spesialis bedah yang selalu ada disini, dokter bedah, dokter anestesi, perawat anestesi, perawat operasi sebagai asisten, dan perawat lainnya sebagai penyedia keperluan perlengkapan.

Area operasi steril, semi steril dan area free. Sejak pertama kali datang kesini, aku dikenalkan dengan area-area tersebut.

Ruangan semi steril di ruangan operasi adalah ruang RR (Recovery Room) dan ruang free adalah ruang yang tidak steril, ruang steril adalah ruang yang memiliki pintu, dengan cat yang berbeda, mewajibkan menggunakan baju operasi, menggunakan sandal tertutup ruangan, memakai masker dan memakai topi operasi bagi orang yang tak mengenakan jilbab, sedangkan yang berjilbab, setelah mengganti baju dengan baju operasi, jilbab pun harus diganti dengan jilbab yang berbeda. Intinya, ketika memasuki ruangan atas ini, ada garis merah yang memiliki tulisan “Lepas Alas Kaki disini” artinya alas kaki tak boleh dipakai.

Untuk tata ruang pada OK (Operation Komer) yang mengatur adalah perawat kamar operasi, management pengaturan udara, peralatan, dan lainnya yang mengurus perawat, sedangkan dokter bertindak pada saat pembedahan di meja operasi.

Ada pula ruangan sterilisasi, yakni Central Sterilisasi Sampling Departemen (CSSD), diruangan inilah semua peralatan operasi di bersihkan, segala kuman di hilangkan, di dalam ruangan ini ada beberapa lemari besi seperti oven raksasa yang dibawahnya terdapat mesin disana terdapat berbagai tombol pengaturan dalam mensterilisasi alat, untuk membuka dan menutup lemari besi ini hati-hati, apalagi jika tanpa sarung tangan tebal, karena oven besi ini sangat panas, yap sterilisasi dengan merebus atau memanaskan alat, agar kuman mati seketika. Sedangkan jubah khusus ruangan operasi yang akan digunakan oleh dokter bedah dan perawat asisten operasi pun di cuci secara khusus tentu dengan steriltas yang tinggi.

"Halo dok, ini Nabilah. Koas bedah onkolog. Dia pintar dijamin tidak seperti Niken kemarin" Ucap dokter Mina berlebihan, membuatku deg deg ser di depan dokter bedah Reihan.

"Perkenalkan, saya Nabilah, koas bedah onkolog" 

"Sudah pernah ikut stase bedah?"

Aku mengangguk, "sudah dok"

"Ya sudah silahkan pakai baju steril kamu, sambil menunggu dokter Aldo datang" Dia menunjuk ke lemari bening disamping pintu. Aku langsung memakai baju steril itu. Lalu berjalan ke arah operator bedah. Tak lama, Aldo datang dan langsung memakai baju steril juga.

"Baik semua lengkap, kita mulai operasi sekarang"

Aku sudah pernah ikut operasi sebanyak 3 kali. Tapi tetap saja aku takut membuat kesalahan barang sedikitpun. Takut ditanya aneh-aneh oleh sang operator. 

"Ini kanker rahimnya masih belum menyebar, dan ukurannya juga belum terlalu besar-

-Nabilah kan? Kita perlu melakukan operasi apa?"

Aku menelan ludah, sudah kuduga.

"Operasi kuratif dok, karena kanker belum sampai parah dan insyaalloh jaringan kanker dapat kita angkat semua" Jawabku yakin, terlihat dokter Reihan mengangguk. Yes!

"Ovarium sebelah mana?" Tanyanya lagi.

"Di sisi kanan dan kiri rongga panggul, tepatnya bersebelahan dengan bagian rahim atas"

Dokter Reihan terlihat puas dengan jawabanku, matanya sampai mengerut karena tersenyum lebar dibalik maskernya.

"Oke Nabilah kamu memang dapat diandalkan, saya senang"

"Terima kasih dok"

...

Operasi itu selesai saat tepat pukul 9 malam, ketika tenagaku terkuras habis. Sehabis operasi tadi, aku mandi sejenak dan sholat isya' lalu sekarang, sedang menulis data-data pasien yang tadi di operasi.

"Hai capek ya? Sama kok aku juga"

Aku menatap Aldo sinis, dih apaan itu tadi sok gaul banget.

"Inget umur gak cocok main tiktok- Aw!"

"Rasain, adek nistain abang. Sakit hatiku" 

Wow, aku tertawa keras. Aldo benar-benar random. Usia boleh 29 tahun, tapi selera humornya receh banget!

"Kak, lo gak pulang? Nebeng dong, mobil gue mogok dibengkel"

Aldo menumpu kepalanya di kedua tangan, seperti berpikir keras. Halah cuma bilang mau apa nggak aja susah amat.

"Ada syaratnya" Ucapnya sok misterius.

"Apaan?"

"Besok fix dinner sama gue mumpung libur" Jawabnya sambil melepas jas dokternya. 

"Kok gitu? Kalo gue gak mau gimana?"

"Yaudah lo pulang aja send- "

"Gue mau!"

...

Mamaku, dia tahu aku diantar oleh Aldo tadi. Dan berfikiran aneh-aneh. Yang ditanya inilah, itulah.

"Kak, itu pacar kamu?"

"Ganteng banget"

"Kapan kapan kenalin ke mama papa dong"

"Dia dokter juga?"

Dan sekarang aku berada dikamar, setelah menjawab pertanyaan nyeleneh dari mamaku tadi, aku lelah. Ingin beristirahat, sudah sekitar 1 minggu ini aku kurang tidur.

Good night world.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status