Share

Jadi Menikah

“A-aku berakhir seperti ini?” Richelle bergumam. Dia memandang pantulan seluruh tubuhnya yang mengenakkan gaun pengantin di depan cermin panjang. Ruangan tunggu untuk pengantin wanita sebelum masuk ke altar pernikahan.

Untuk permukaannya saja, Richelle sudah mengetahui siapa Daimaro. Founder perusahaan mobil yang bahkan mendapatkan penghargaan tahun lalu berskala internasional, dialah putra sang walikota di tempat asalnya.

Lalu kenapa dari sekian banyak wanita, Daimaro memilih dirinya? Ini perihal balas budi di masa lalu yang Daimaro sudah katakan kepada Richelle, meskipun Richelle masih belum tau pasti tentang itu.

“Nona Richella! Sudah waktunya!” seorang wanita dengan gaun putih, dan rambut yang ditata sanggul formal datang menghampirinya. Dia Mona, sekretaris yang sudah bekerja dengan Daimaro enam tahun lebih. Boleh dibilang, keluarganya sudah melayani keluarga besar Daimaro sejak dulunya.

“A-apa? Sekarang?” Richelle tersentak

Daimaro hanya memberikan waktu satu malam untuk mendengarkan jawaban Richelle. Ucapan terakhir yang dia ingat, ketika Daimaro mengatakan ‘Jika kau memang sangat ingin mati, bawalah penyesalan itu sementara orang –orang yang menyakitimu bahagia, mayatmu tidak akan berarti apapun’

Daimaro pria yang tegas, beredar kabar dia pernah gagal dengan pertunangannya dan memutuskan untuk tidak mengenal wanita lagi, hingga usianya menginjak 30 tahun. Ketampanannya tentu memikat wanita, tapi dia malah membuat dirinya terkesan berbahaya dan memiliki hobi tembak.

“Jangan ragu! Untuk pertama kalinya dia bertemu seorang wanita dan langsung melamar mu seperti ini, aku terkejut!” Mona berpendapat

Ia mengambil buket bunga, dan menarik lengan Richella. Ia memberikan ketenangan sebanyakan yang Richelle butuhkan. Ini tentang bagaimana segalanya menjadi mungkin untuk satu situasi saja.

“Bukankah jelas diantara kami tidak ada cinta? Dia orang asing, begitupun diriku?”

Mona tersenyum tipis “Ayolah, daripada melihatmu menjadi mayat ditutupi kain putih, lebih bagus baginya melihatmu menikah dililit gaun putih kan?”

“Mona, ucapanmu mengerikan!”

“Mau bagaimana lagi? Kau sudah mengatakan iya, lalu sekarang ragu!”

“Aku menikahi pria yang sepertinya berperan penting dalam keluarganya, kalau saja sebelumnya aku dicampakkan, bagaimana dengan….”

“Dia sudah terobsesi dengan mu!” Mona menghentikan ucapan Richelle

“Hah?”

“Iya, Tuan Dai,  dia tidak akan diam saja! Dia memang agak kasar, tapi lebih baik turuti saja ucapannya, itu akan membuatmu aman!”

Richelle tidak mengerti pasti apa maksud dari kalimat itu, ada semacam saran atau lebih seperti gertakkan. Entahlah!

Aula pernikahan mewah, memberikan getaran di lututnya. Entah bagian mana yang harus dia kagumi. Dia wanita yang terusir, tidak ada siapapun yang membimbing langkahnya, tapi….

Seorang pria dengan jas pengantin hitam menunggunya di atas altar, para tamu undangan bertepuk tangan dengan kehadirannya, dua wanita mendampingi langkahnya, dan kelopak bunga bertaburan untuk menghujaninya.

Dari sudut mata Dai, dia tersenyum tipis. Mungkin ini keputusan yang terlalu nekat, dia tidak pernah berfikir akan menikahi wanita itu pada akhirnya.

“Kau cantik juga!” bisik Daimaro ketika Richelle sudah berdiri disampingnya. Setidaknya mulutnya memang harus berkata jujur tentang kecantikan itu.

“Ini berlebihan! Aku baru saja kehilangan bayiku dari pria lain, dan berakhir menikahi pria asing!”

“Ironi memang!”

“Apa lagi setelah ini?”

“Apalagi?Tentu kau harus melayaniku sebagai suami mu kan?”

“Memangnya masih ingin dengan tubuh kotor seperti ku?”

“Richella! Aku harap sore ini sekembalinya kita ke Jerman, kau sudah menjadi gadis yang berbeda!”

***

Singkat saja, Daimaro tidak tahan melihat penderitaan gadis itu, bahkan hampir berfikiran untuk bunuh diri. Dimata mereka yang memang tidak punya perasaan, kematian Richelle hanya akan seperti satu semut mani di antara kelompok lainnya.

“Kenapa harus kembali ke Jerman? Kau bilang, menikahiku untuk membantuku  kan? Kau membawaku kesana, sama saja dengan membunuhku perlahan!”

“Diamlah! Tidak perlu banyak bicara!”

“Aku tidak mau pergi!” Richelle menolak, padahal mereka sudah sampai di bandara

Daimaro sama sekali tidak ahli untuk membujuk wanita. Dia sudah lupa caranya membujuk wanita, setelah terakhir kali dia menenangkan Hanabi yang menangis di pelukannya. Sebelum gadis blasteran Jepang itu lari dari pertunangan.

“Mona? Seret dia!” perintah Daimaro

Mona mengangguk, dia menarik lengan Richelle. Dibandingkan Richelle, tentu Mona jauh lebih tangkas. Apalagi dia dibesarkan di akademi bela diri. Ia sudah megantongi berbagai teknik untuk itu.

“Aku sudah bilang kan? Jadlah penurut kalau kau tidak ingin dalam masalah lain!” Mona sedikit berbisik

“Ini pemaksaan!” Richelle bersuara lantang

Sudut mata Daimaro membuat Mona bergedik ngeri, dia tidak boleh melewatkan apapun. Tidak ada pilihan lain, dia mengeluarkan pisau bermata kecil, cukup tajam membuat lubang di tubuh “Bersikap baiklah, sebelum pisau ini melubangi punggungmu” ucap Mona

Ternyata Richelle masih takut mati, dia tidak bisa mengabaikan diri dari apa yang sudah ada. Perihal masalah yang terjadi, dan caranya untuk bertahan.

“Iya!” Richelle mengalah

Mona membuang pisau itu ke tong sampah, dia menuntun Richelle dan mereka tiba di Jerman berkejaran dengan langit yang mulai menghitam.

Mata Richelle terbuka, dibandingkan melihat kota itu dia memilih tidur, dan terbangun di perkarangan rumah mewah, halaman hijau yang luas, lalu pagar tembok setengah memperlihatkan perbukitkan kecil di ujung sana.

“Di-dimana kita?”

“Kita sudah sampai Richi!” Daimaro membuka kan pintu mobil untuk wanita yang masih terasa asing. Kalau bukan karena balas budi di masa lalu, dia mungkin tidak akan mau bersusah payah untuk menjaga Richella

Richella masih ragu untuk keluar, aroma langit kota menjijikkan baginya masih saja sama “Aku tidak mau!”

“Jangan membuatku memaksa lagi! Keluar, atau kau berakhir tidur di kolam renang malam ini!” ucapnya

Richella menatap sayu pria yang sudah sah menjadi suaminya “Kau kasar, tidak sesuai dengan tampang mu!”

“Oh, sudah terlambat untuk menyesal!”

Richella tersenyum tipis “Apa ini artinya aku lari dari kematian hanya untuk masuk ke liang neraka dunia?”

“Masuklah sekarang!” pintanya

Ada air mancur tepat di halaman rumah, terletak ditengah-tengah depan rumah. Berbentuk akar pohon dan air mengalir dari berbagai arah, sepertinya ketika siang rumah itu akan terkesan semakin mewah. Dengan berat hati Richella memaksa masuk.

Langit-langit rumah itu sangat tinggi, tangga berbentuk lengkungan dengan sisi pagar bercorak dan dilapisan balutan hitam gabungan emas.

“Apa ini penjara?” Richelle menyadari kalau dia  sudah sangat jauh dari kebahagiaan.

“Ditempat ini, kau harus berubah untuk menghadapi masalahmu! Ada syarat yang harus kau tau tentang ini!”

“Syarat apa? Kau ingin mengatakan aku berhutang nyawa padamu? Bahkan hutang uang juga untuk perawatanku kan?”

“Yah, kalau kau beranggapan seperti itu, terserah! Ingatlah, kau istriku dan aku berhak atas apapun itu tentang mu, lalu…”

“Lalu apa?”

“Kalau kau tidak bisa menjadi kuat dengan permainan ini, aku akan membunuhmu di tempat ini, meskipun dengan air mataku!”

Richella tersentak, sesak di tenggorokannya terasa ngilu “K-kau? apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status