Share

Terperangkap Gairah Suami Butaku
Terperangkap Gairah Suami Butaku
Penulis: Rae_1243

Bab 1 • Ketahuan

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi masih terdapat aktivitas di salah satu kamar apartemen mewah.

Suara desahan dan erangan memenuhi seisi kamar. Aroma percintaan menguar dengan sangat pekat, bahkan pendingin ruangan pun seolah tidak berfungsi karena hawa yang tetap terasa panas.

Di atas tempat tidur yang berukuran besar, sepasang pria dan wanita yang sama sekali sudah tidak berbusana saling memadu kasih. Sementara sang pria bergerak bak kesetanan, wanita pun hanya bisa menggelepar merasakan nikmat.

"Di-on, akh!" erang sang wanita, menatap pria itu dengan sepasang mata sayu. "Dion!"

"Katakan padaku, Ans," geram pria yang bernama Dion itu di antara dengusan napasnya yang kian berat. "Katakan, siapa yang lebih bisa memuaskanmu, aku atau kekasihmu yang angkuh itu?"

"Dia-" wanita cantik bersurai hitam itu terlihat kesulitan berbicara di antara kenikmatan yang begitu menderanya. "Dia hanya berfungsi sebagai sumber uangku. Nggak lebih."

Ada seringai kepuasan di wajah tampan Dion ketika mendengarnya. Fakta bahwa Ansia, perempuan cantik yang tengah bersamanya ini, ternyata lebih mengakui kehebatannya di atas tempat tidur, sanggup membuat pria itu berbangga diri.

Permainan mereka semakin ganas, suara erangan dan desahan pun terdengar semakin nyaring. Bahkan tempat tidur yang empuk itu pun sampai terlihat ikut bergerak sementara kedua orang itu terlonjak-lonjak di atasnya.

Sampai kemudian, Ansia bisa mendengar suara password kunci pintu apartemennya ditekan, pertanda ada seseorang yang akan datang.

"Di-on, dia sudah datang," erangnya merasa panik, mencoba mendorong agar tubuh Dion menjauh darinya, tapi percuma. "Hentikan, kita sudah nggak punya wak-"

Entah apa yang ingin perempuan cantik bersurai hitam itu ingin katakan karena Dion sudah terburu menciumnya sementara tubuh mereka pun semakin erat dan menyatu.

Lalu ketika kedua orang itu akhirnya meraih puncak kenikmatan, di saat yang bersamaan pulalah pintu kamar tidur Ansia kemudian mengayun dan terbuka.

•••

Tidak ada kata selain keterkejutan saat pintu kamar tiba-tiba terbuka, menyusul seorang lelaki yang kini berdiri terpana di ambangnya.

Dion tergesa memisahkan diri dan menyambar selimut, tidak peduli dengan sisa kekacauan yang lain.

"Ansia!" bentak lelaki itu, tersadar dari rasa syoknya sementara perempuan bersurai hitam itu masih terlena dalam sisa kenikmatan yang ada.

"Aah, Ian," desah Ansia dengan tubuh lemas, masih belum tersadar sepenuhnya.

Lelaki yang dipanggil Ian oleh Ansia itu pun menggeram. Dengan rambut hitam dan warna mata segelap langit malam, juga perawakan yang tinggi dan atletik, membuat sosoknya kini terlihat lebih mengerikan.

Kemarahannya memuncak, tercetak jelas di wajah tampan yang mengeras. Menggertakkan rahang kuat-kuat, amarah Ian tidak tertahan lagi.

"Pengkhianat!" bentaknya. "Jadi ini rupanya yang kamu lakukan di belakangku? Hah!"

Mendengar bentakan Ian membuat kesadaran Ansia kembali seutuhnya. Gelagapan dia lalu menyambar seprei demi menutupi tubuhnya.

"I- Ian," gagapnya. "Aa—aku bisa menjelaskannya."

"Siapa si berengsek ini?"

Dion, yang tadi secara diam-diam memakai kembali pakaiannya, mendadak beku di tempat. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena Ian sudah melayangkan pukulan ke arahnya.

"Sialan!" umpat Ian, dengan beringas terus menghajar Dion. "Dasar sampah!!"

"Dion!" seru Ansia, ngeri melihat Ian yang kalap sedangkan Dion tidak berdaya. Sebentar saja pacar gelapnya itu sudah babak belur. "Ian! Hentikan! Kamu bisa membunuhnya!!"

"Memang itu niatku! Jadi tutup saja mulutmu, dasar wanita murahan!"

"Jangan sebut Ansia seperti itu!"

Dion balas memukul rahang Ian, tapi itu malah menjadi sebuah kesalahan besar. Dengan punggung tangannya, Ian mengelap darah di sudut bibir. Ada kebencian mutlak saat dia memandang Dion. "Mati kamu," desisnya.

Hal yang terjadi berikutnya lebih seperti sebuah kekacauan. 

Penuh nafsu membunuh Ian menerjang Dion. Pukulan dan tendangannya menyasar tepat, sama sekali tidak ada kesempatan bagi lawannya untuk membalas. Bahkan saat Dion akhirnya tersungkur dan memuntahkan darah, Ian malah memberi tendangan keras dan menginjaknya tanpa ampun.

"Hentikan!" Dengan cepat Ansia menarik Ian, lalu mempererat pelukan demi menahan Ian. "Lari, Dion!"

Sesaat Dion kesulitan untuk bangun. Dari rasa nyeri di dada setiap kali dia bernapas, kemungkinan ada tulang rusuknya yang retak. Mengerang kesakitan, dia mencoba berlari sebisanya.

"Lepas, Ansia! Jangan sampai aku berlaku kasar!"

"Dengarkan aku dulu, Ian. Beri aku waktu untuk menjelaskan!"

"Menjelaskan, ya?" Ian balas mencengkeram kuat pergelangan tangan Ansia, membuat gadis itu berteriak kesakitan. "Apa lagi yang perlu dijelaskan?"

"Lagi pula," kali ini Ian melepaskan pelukan Ansia dan balas mencengkeram rahangnya. "Kenapa kamu repot-repot membantunya kabur? Apa menurutmu, aku nggak sanggup menangkapnya?"

"Jangan khawatir." Ian melempar Ansia begitu saja, membuatnya terjerembap di sebelah kaki tempat tidur. "Akan kukirimkan potongan tubuhnya untukmu."

Ansia bergetar dalam ketakutan, kemarahan Ian terasa ngeri dan membekukan. Namun saat Ian berbalik pergi, dia memekik, "Ian, jangan! Berhenti!"

Menyadari bahwa Ian tidak memberi respons dan tetap berlari menjauh, tergesa dia mengenakan kimono tidur dan menyambar kunci mobil. Ansia tahu, bahwa Dion tidak akan memiliki kesempatan bila sampai tertangkap. Bahkan mungkin Dion bisa saja tewas.

Ian memang lelaki tampan dengan berjuta pesona, tapi tidak banyak orang tahu kalau sebenarnya dia bisa sangat mengerikan. Lelaki itu sanggup menyingkirkan siapa pun yang dianggap sebagai musuh atau pengganggu.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah melesat keluar dari parkiran apartemen, menyusul dua mobil lain yang sudah terlebih dulu melaju.

Lamborghini emas yang dikendarainya membelah jalanan malam. Di balik kemudi, Ansia menyetir dengan gelisah.

Apa dia sanggup menghalangi Ian agar tidak bisa menangkap Dion? Bagaimana pun dia mencemaskan keselamatan Dion.

Lalu, bagaimana dengan nasibnya saat harus menghadapi kemarahan Ian nanti? Sekedar membayangkannya saja sudah membuat Ansia bergidik. Dia tahu kalau Ian bukanlah orang yang mudah memberi ampun.

"Sial," makinya, menginjak pedal gas lebih dalam dan menambah kecepatan mobilnya. "Killian Ardhana Putra, kamu memang cowok mengerikan."

•••

Komen (17)
goodnovel comment avatar
Srikandi Majalengk
mati saja lhu Ansia ,,cewe selingkuh lhu benci gua sama lhu semoga lhu tabrakan sampai mati
goodnovel comment avatar
Sitti Aisah Icha
hammmmm menegangkan
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
ljjxljduofhldouxuofouduofuoflucupfuldckfhlculdhkdkhxhlclb
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status