Share

Hasrat Tertahan

Tepat pukul satu siang, Olivia Milan tengah berdiri mematung di depan pintu ruangan Rainer Griffin. Ia telah berada di sana bahkan sejak setengah jam sebelumnya sebab ia terlalu khawatir kalau-kalau ia akan datang terlambat.

Sebelumnya, Olivia juga telah diberi tahu oleh seorang security jika Rainer Griffin adalah CEO di perusahaan tersebut. Ketika mengetahui fakta itu, Olivia yakin jika tak akan ada seorang pun yang bisa menolongnya jika Rainer Griffin memberinya perlakuan yang lebih buruk dari yang pertama.

Pintu ruangan Rainer Griffin tiba-tiba terbuka dari dalam. Seorang perempuan yang berparas cantik dan berbaju elegan muncul dari dalam ruangan. Gadis itu memicingkan matanya beberapa saat ketika mendapati ada sosok perempuan aneh di depan pintu ruangan.

"Demi Tuhan, mengapa ada gembel di tempat ini?" gadis itu memekik dan menunjukkan ekspresi seperti mau muntah kepada Olivia Milan. Gadis itu merasa aneh ada seorang perempuan dengan luka memar di bibir, tatapan sayu, dan tatanan rambut sedikit tak rapi sedang berdiri dengan tegang di depan pintu ruangan Rainer Griffin.

"Ma-maaf, Nona. Saya diminta Tuan Griffin untuk datang ke sini pukul satu siang," jawab Olivia Milan terbata-bata. Ia merasa gadis di depannya itu memang sah-sah saja menyebutnya gembel sebab penampilan gadis itu memang jauh lebih mewah dari pada penampilannya yang sangat pas-pasan. Belum lagi wajahnya kini sedang dihiasi luka memar yang mungkin akan membuat penampilannya kian menyedihkan. Tapi tetap saja, hatinya terluka ketika telinga Olivia mendengar sebutan gembel disematkan untuk dirinya.

"Apa katamu? Tuan Griffin memintamu ke sini? Jangan mengigau! Tuan Griffin akan mual dan muntah jika melihatmu, pergi sebelum aku meminta security untuk menendangmu keluar dari  jendela!" bentak gadis itu kini dengan satu tangannya menutup hidung, seolah-olah tubuh Olivia Milan mengeluarkan bau busuk yang menyengat.

"Tapi, saya berkata jujur, Nona. Apakah Tuan Griffin ada di dalam? Saya bisa celaka jika datang terlambat." Olivia Milan mendongakkan kepalanya untuk melihat sisi ruangan di bagian dalam yang terlahang tubuh gadis cantik semampai di depannya itu.

"Kau mulai kurang ajar ya rupanya!" Gadis itu memekik cukup keras seraya bersiap-siap memukul Olivia Milan menggunakan tumpukan berkas di tangannya.

"Sialan, ada apa ribut-ribut di luar?" Terdengar Rainer Griffin membentak dari dalam ruangan.

"Maaf, Tuan Griffin, di sini ada gembel yang bersikeras ingin memasuki ruangan. Tapi jangan khawatir, saya akan segera membereskannya!" gadis itu menoleh ke belakang, mencoba meyakinkan Rainer Griffin bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah ia mengusir gadis gembel di depannya itu.

“Adelyn, biarkan perempuan itu masuk. Sepertinya dia adalah perempuan yang merusak arcaku tadi pagi. Biarkan dia masuk karena aku ada urusan dengannya!” ucap Rainer Griffin dari dalam ruangan.

"Tapi, Tuan, dia sangat jelek dan penampilannya berantakan! Anda bisa saja terganggu ketika melihat gadis ini!" sosok perempuan yang bernama Adelyn tersebut mencoba meyakinkan atasannya bahwa merupakan ide buruk bagi atasannya jika ia mempersilakan gadis gembel itu memasuki ruangan. Bukan apa-apa, Rainer Griffin memang terkenal sangat jijik dengan perempuan yang jelek atau perempuan yang berpakaian layaknya gembel.

Gosip yang beredar mengatakan jika Rainer Griffin pernah mengalami pengalaman buruk bersama perempuan berwajah jelek di masa kecilnya. Diceritakan dari mulut ke mulut bahwa Rainer Griffin pernah diculik dan disekap oleh perempuan gila yang buruk rupa, hingga trauma itu ia bawa sampai dewasa. Membuatnya menjadi pria yang sangat selektif dalam urusan wanita.

"Tenang, aku bisa mengatasinya!" gumam Rainer Griffin. Dari nada suaranya itu, sepertinya Tuan Griffin sedang sibuk mengerjakan sesuatu.

"Baiklah, Tuan!" Adelyn menjawab dengan menoleh ke arah belakang, lalu ia kembali memandang penampilan Olivia Milan yang berantakan.

"Masuklah, tapi ingat, jangan membuat kontak mata dengan Tuan Griffin! Kau akan membuatnya mual dan muntah jika melakukannya." seru Adelyn pada Olivia Milan dengan cukup serius.

"Terima kasih, Nona. Saya akan mengingat pesan Nona, permisi." jawab Olivia Milan seraya membungkukkan badannya sebentar pada gadis menawan tersebut. Harga diri Olivia Milan terasa seperti terinjak-injak saat itu. Apakah penampilannya cukup hina hingga bisa membuat seseorang mual dan muntah karenanya, batin Olivia antara sedih dan kesal.

Pagi hari tadi, ia telah menerima tamparan yang membuat pipinya berdarah. Kini hatinya sedang ditampar dengan perkataan buruk yang dilontarkan Adelyn. Membuat dadanya nyeri dan juga ngilu meski tak berdarah. 

"Aneh, mengapa Tuan Griffin meminta seorang gembel memasuki ruangannya?" Adelyn membatin seraya mengamati tubuh Olivia dari belakang. Ia yakin jika Tuan Griffin setidaknya akan terganggu begitu bertatapan mata dengan perempuan gembel itu. Tak sekali dua kali Tuan Griffin menunjukkan respon jijik yang berlebihan ketika ia melihat perempuan berwajah jelek atau berpenampilan buruk. 

Perempuan bernama Adelyn tersebut sepertinya tak akan menduga jika akan terjadi hal yang sebaliknya ketika Olivia Milan memasuki ruangan Rainer Griffin.

***

Ruang kerja Rainer Griffin lebih mirip seperti ruang apartemen yang berada di dalam kantor perusahaan. Ruangan tersebut cukup luas jika hanya dihuni oleh satu atau dua orang saja. Olivia berjalan pelan-pelan seraya menoleh ke segala arah, desain interior di ruangan tersebut mengambil tema green property hingga membuat mata Olivia berbinar cerah meski hatinya sedang kalut.

“Siapa namamu?”

Tiba-tiba sebuah suara berat terdengar di telinga Olivia.  Suara itu berasal dari sebuah kursi kerja yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Olivia cepat-cepat menundukkan kepalanya, akibat terlalu berkonsentrasi memandangi desain interior ruangan, ia sampai tak menyadari jika ada Tuan Muda Rainer Griffin yang duduk tak jauh darinya.

“Saya, saya Olivia Milan, Tuan. Saya biasa dipanggil Oliv,” jawab Olivia dengan kepala menunduk.

"Sial, perempuan ini benar-benar seperti gembel. Kau telah membuatku merasa mual! Pergi ke toilet dan benahi wajahmu. Tutup memar di bibirmu dengan apapun, lalu kembalilah ke sini setelah penampilanmu rapi!"

Bagi seorang perempuan, kalimat tersebut adalah kalimat yang cukup menyinggung perasaan. Setidaknya, hari itu adalah untuk yang pertama kalinya ada seseorang menyebutnya gembel dan menganggap penampilannya tak menarik. Selama ini, Olivia bahkan dijuluki sebagai ratu kecantikan di kalangan teman-temannya sebab gadis itu bahkan masih cukup cantik meski tak memakai make up sedikit pun.

"Baik. Baik, Tuan. Saya akan segera membenahi penampilan saya," seru Olivia Milan pada akhirnya. Di kantor barunya itu, sepertinya penampilan menarik dan tidak menarik diukur dari seberapa bermerknya pakaian dan aksesoris yang menempel di tubuh seseorang. Tentu saja jika hal tersebut tolok ukurnya, wajar jika Olivia kemudian disebut sebagai gembel gelandangan sebab ia memang gadis cantik yang miskin.

Olivia Milan membalikkan badan dan bergegas pergi mencari toilet untuk memperbaiki penampilannya. Setelah sepuluh menit berlalu, ia datang kembali ke ruangan Rainer Griffin dan menyapa lelaki itu dengan sangat sopan dan hormat.

"Tuan Griffin, saya sudah membenahi penampilan saya. Sekarang, apa yang harus saya lakukan?" tanya Olivia Milan dengan sedikit ragu-ragu. Ia bahkan tak memiliki gambaran apapun tentang mengapa dia dipanggil ke sana.

Rainer Griffin menghentikan kesibukannya sesaat. Pria itu mulai menoleh sedikit-sedikit ke arah Olivia Milan. Ia melihat gadis itu kini telah berpenampilan lebih rapi dari pada sebelumnya. 

"Siapa namamu tadi?" Rainer Griffin bertanya kembali, ia sepertinya sedang mencoba menggali ingatannya di alam mimpi, mencoba mengingat apakah perempuan yang datang ke alam mimpinya itu pernah menyebutkan sebuah nama.

"Olivia Milan, Tuan Griffin." jawab Olivia Milan dengan membungkuk sopan.

“Olivia, hem.... " Rainer Griffin terlihat sedang berpikir sambil memegang ujung dagunya.

"Olivia. Via, mengapa nama itu juga terdengar tak asing. Mengapa aku ingin memanggilnya dengan sebutan Via," gumam Rainer Griffin cukup pelan, seolah ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Saat itu, ia memang merasa ada yang aneh dengan dirinya. Ia seolah sudah cukup familiar dengan sebuah nama yaitu Via, tapi siapa itu Via, Rainer Griffin masih tak menemukan jawabannya.

“B-Baik. Baik, Tuan. Tuan bisa memanggil saya Via,” ucap Olivia pelan dan hatinya merasa setengah kesal. Meski Rainer Griffin mengucapkan kalimatnya dengan cukup pelan, Olivia bisa mendengar jika lelaki itu sempat mengatakan ingin memanggilnya Via. Dan itu membuatnya cukup tak senang, sebab, sebenarnya tak ada seorang pun yang boleh memanggilnya Via karena panggilan itu adalah panggilan kesayangan yang kerap diucapkan Varen untuknya.

“Kau bilang apa? Ulangi sekali lagi!” Perintah Rainer Griffin kepada Olivia sebab ia merasa cukup tersinggung dengan respon Olivia terhadap gumamannya tadi. Ia bahkan tak sedang bergumam dengan gadis itu melainkan hanya berbicara pada dirinya sendiri.

Olivia tampak tergeragap dengan suara Rainer Griffin yang lantang dan mengandung intimidasi di dalamnya. “Ehm, maafkan saya, Tuan. Ya, Tuan bisa memanggil saya dengan sebutan apapun,” jawab Olivia dengan menggigit-giti bibir mungilnya karena merasa gemetar ketakutan.

"Apa kau bilang? Hei, jika aku ingin memanggilmu dengan sebutan gembel sekalipun, aku bahkan tak perlu meminta izin padamu! Siapa dirimu dan di mana posisimu seenaknya saja berlagak sok memberi izin padaku!" Rainer Griffin merasa marah dan kesal atas apa yang diucapkan oleh Olivia Milan.

Olivia Milan seperti tersengat listrik mendengar kemarahan Rainer Griffin. Ia kembali gemetaran seraya menggigit-gigit bibirnya sendiri karena teramat ketakutan. Sementara itu, Rainer Griffin menyorotkan mata tajamnya ke arah Olivia Milan seolah ia akan menghabisi gadis itu dengan segera.

Anehnya, ketika melihat wajah Olivia yang ketakutan, ada perasaan asing yang muncul tiba-tiba. Rainer Griffin menelan ludah lalu matanya turun pada sebentuk bibir merah muda yang digigit-gigit sendiri oleh pemiliknya itu. Sejenak, otak Rainer Griffin berkelana dan membayangkan jika dia yang sedang menggigit bibir mungil nan ranum itu. Beberapa saat kemudian, Rainer Griffin mendengus kesal dan merasa cukup marah pada perempuan di depannya itu.

“Hei, apakah Kau mencoba menggodaku?” celetuk Rainer Griffin dengan nada marah dan curiga, dadanya sungguh dipenuhi gairah setiap kali dua matanya menangkap bibir ranum milik Olivia. Ia marah karena terjadi perubahan yang cukup mendadak di kepalanya, dari amarah yang memanas lalu tergantikan dengan perasaan asing serupa gairah yang membuncah.

“Menggoda? Saya? Ti-Tidak, Tuan Muda. Saya tidak pernah melakukannya,” jawab Olivia antara kaget dan ketakutan, bagaimana bisa CEO-nya itu menganggapnya telah menggodanya. Apakah ia telah mengerling-kerlingkan mata? Apakah ia barusan mengangkat roknya ke atas? Apakah ia telah mengenakan pakaian yang tidak sopan? Apakah ia telah menggeliat dan mendesah dengan manja?

“Dasar perempuan rendahan! Jelas-jelas baru saja kau sedang menggodaku!” geram Rainer Griffin seraya bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Olivia yang menundukkan kepala.

Rainer Griffin mendekati tubuh Olivia, menyentuh dagu gadis tersebut lalu mengangkatnya dengan kasar. Pria itu mencengkeram dagu Olivia dengan sangat kuat hingga membuat kepala Olivia dipenuhi dengan ketakutan yang maha besar.

Sial! Mengapa wajahnya begitu tampan? Seharusnya Tuhan tak membiarkan orang congkak seperti ini memiliki wajah yang rupawan!

Olivia membatin di tengah-tengah ketakutannya. Ia kesal sebab pikirannya justru sempat terpesona pada aura ketampanan Tuan Griffin. Kemudian, perasaan terpesonanya itu perlahan-lahan terganti lagi dengan kekhawatiran. Ia melihat dua mata pria itu kini telah menatap wajahnya dengan tatapan yang cukup bengis. Pria itu seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat, tanpa dikunyah. Ia yakin, sesuatu yang amat buruk akan segera terjadi padanya.

Sial! Mengapa aku justru ingin menggigit bibir perempuan mungil ini?

Rainer Griffin tertegun menyadari ada hasrat yang tak terbendung di dadanya. Ia lantas melepaskan cengkramannya dengan kasar, membuat kepala Olivia seperti dihempas dengan sangat kuat. Gadis itu pun akhirnya terjatuh dan merintih kesakitan.

Amarah Rainer Griffin meningkat kembali ketika ia merasa memiliki hasrat pada perempuan gembel seperti Olivia itu. Ia seolah ingin menampar pipi gadis itu, menendang perutnya, dan memaki-maki dengan makian paling kasar sebab ia tak terima dengan sensasi aneh di kepalanya. Bagaimana bisa, ia yang selama ini cukup selektif pada wanita, tapi kini justru sangat ingin melumat bibir seorang perempuan gembel seperti Olivia.

Bersamaan dengan hasrat ingin menampar dan memukul Olivia, Rainer Griffin juga merasa ada pikiran lain yang mengganggu kepalanya tepat ketika ia mendengar Olivia merintih kesakitan Mendengar rintihan Olivia Milan itu, telinga Rainer Griffin seperti kepanasan. Ia ingin mendekap gadis itu, merengkuhnya dan... Ah, bahkan Rainer Griffin kesal hanya karena terpikir akan hal itu.

“Pergi dari sini!” tukas Rainer Griffin seraya mengarahkan telunjuknya ke wajah Olivia dan ke arah pintu ruangan secara bergantian.

Olivia yang masih bingung dengan keadaan, memaksa tubuhnya untuk bangkit berdiri, membungkuk ke arah Rainer Griffin lalu berjalan cepat ke arah pintu. Sebelum punggung Olivia menghilang dari pandangan, tiba-tiba Rainer Griffin memanggilnya.

“Kau! besok pukul sembilan pagi kau harus sudah berada di sini!” Rainer Griffin kembali memberi perintah.

Olivia menoleh dengan takut-takut, lalu ia mengangguk dengan sangat sopan, berharap pria itu tak lagi menganggapnya sedang menggoda. Setelah ia menganggukkan kepala, ia sempat melihat wajah Tuan Muda Rainer Griffin seperti sedang menahan sesuatu, tangan pemuda itu mengepal kuat-kuat, dan ia seperti sedang menahan sesuatu dengan sekuat tenaga.

Apa sebenarnya yang terjadi pada orang itu?

Olivia membatin keheranan. Baru kali itu ia bertemu dengan Rainer Griffin dan ia mendapati jika CEO-nya itu merupakan orang yang aneh. Sementara itu, Rainer Griffin juga menganggap Olivia adalah gadis yang aneh. Bagaimana bisa gadis biasa saja seperti itu mampu membangkitkan hasrat kelelakiannya. Bahkan ia harus menahan sekuat tenaga supaya tak melakukan hal yang bodoh terhadap karyawan perempuannya itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bambang
okk sekali njj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status