Pagi-pagi sekali, Olivia bertandang ke kuburan Varen Omkara. Memberikan sebuah buket bunga di atas kuburan tersebut, lalu berceloteh panjang lebar seperti seorang anak TK yang sedang diminta menceritakan pengalaman liburannya di Kebun Binatang.
Celotehan Olivia Milan terhenti ketika gadis tersebut menyadari jika jam tangan di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Sudah saatnya ia pergi ke kantor, dan memulai hari baru dengan bekerja di dalam ruangan Tuan Griffin.
Olivia Milan menebak-nebak tentang tugas apa yang akan ia emban ketika ia bekerja di ruangan Tuan Griffin. Apakah Tuan Griffin akan menjadikannya seorang sekretaris pribadi? Untuk sejenak Olivia Milan memikirkan kemungkinan tersebut tetapi buru-buru ia singkirkan jauh-jauh pikiran itu. Ia tentu sadar diri jika kecakapannya jauh memenuhi syarat untuk bisa menjadi seorang sekretaris pribadi.
Setengah jam berselang, Olivia telah sampai di kantornya yang bernama Green Property Corp (GPC). Ia berjalan dengan langkah yang cepat ketika menyadari kedatangannya telah membuat banyak orang saling berbisik. Ya, semenjak mencuatnya kabar bahwa Olivia akan bekerja di ruangan Tuan Griffin, Olivia memang mulai menjadi bahan bibir di seluruh kantor.
Hampir seluruh orang di perusahaan GPC menganggap jika Olivia tengah menggoda Tuan Griffin dengan paras lugunya. Para pegawai yang menggunjingnya menyadari jika Olivia memang cukup menarik meski tak pernah berdandan. Bisa dibilang, Olivia tampil cukup cantik hanya dengan balutan pakaian yang biasa saja, tatanan rambut yang juga biasa saja, dan make up tipis yang bahkan tampak seperti tanpa make up.
“Dia pasti telah menyerahkan kegadisannya pada Tuan Griffin. Bukankah dia masih cukup muda dan lugu?” bisik seorang karyawan pada rekannya.
“Ya, banyak perempuan yang cantik di kota Gapi. Tapi mungkin sedikit yang masih gadis. Kukira, Tuan Griffin baru saja menemukan mainan baru yang menyenangkan. Lihat, Olivia memang cukup polos dan tampak tak berpengalaman!” balas karyawan yang lain, seolah mereka benar-benar berharap jika Olivia memang akan dipermainkan oleh Tuan Griffin.
“Benar, tak kusangka gadis sepolos itu justru memanfaatkan kepolosannya untuk mendulang untung di perusahaan ini. Ah, aku penasaran berapa uang jajan yang diberikan Tuan Griffin padanya!”
Meski orang-orang hanya berbisik, telinga Olivia cukup normal untuk bisa mendengar semuanya. Tak hanya sampai di situ, ketika Olivia memasuki lift untuk naik ke lantai ruang Tuan Griffin berada, ia juga mendapatkan perlakuan tak menyenangkan.
“Mari taruhan, menurutmu berapa hari wanita jalang ini akan tinggal di perusahaan kita?” ucap salah seoarang pegawai perempuan kepada teman lelakinya. Dari nametagnya, Olivia tahu jika nama perempuan tersebut adalah Angela.
“Tak lebih dari satu pekan! Mengingat aku adalah seorang lelaki, kukira waktu satu minggu menikmati mainan baru adalah waktu yang cukup lama. Lewat dari seminggu rasanya pasti membosankan!” jawab Si rekan lelaki itu sambil menunjukkan ekspresi yang menghina.
“Tapi jangan khawatir, gadis mungil, kau bisa berkencan denganku setelah dicampakkan oleh Tuan Griffin. Kurasa aku akan cukup terhibur jika bisa menikmati bekas mainan CEO. Ha ha ha!” pria itu berucap seraya menyenggol pundak Olivia Milan yang berdiri mematung.
“Jika kalian masih saja berasumsi buruk terhadapku dan Tuan Griffin, akan kupastikan aku akan melaporkan kalian berdua!” Olivia yang awalnya hanya diam saja, kini tergerak untuk melawan. Ia rasa ucapan si laki-laki dalam lift tersebut cukup tak mengenakkan didengar telinga.
“Hei, mulai kurang ajar kau rupanya?” Angela berteriak marah, satu tangannya tengah bersiap-siap untuk melayangkan sebuah tamparan ke pipi Olivia.
PLAAAK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Olivia. Pada waktu yang bersamaan, pintu lift terbuka dan beberapa orang sempat melihat adegan Angela menampar pipi Olivia dengan sangat keras. Meski ada beberapa orang yang melihat, ternyata hanya ada satu orang yang turut masuk ke dalam lift. Orang tersebut langsung menghujamkan tatapan marah ke Angela.
“Angela! Apa yang kau lakukan pada Olivia?”
Sekonyong-konyong, Nyonya Zuri masuk ke dalam lift dan menarik siku Olivia untuk menjauh dari Angela. Angela tak begitu khawatir atau takut dengan kedatangan Nyonya Zuri sebab posisinya dan posisi Nyonya Zuri adalah setingkat, hanya saja mereka berada di lain divisi.
“Terima kasih, Nyonya Zuri,” Olivia menganggukkan kepala kepada Nyonya Zuri seraya masih terus memegangi pipinya yang merah.
“Nyonya Zuri, mengapa kau tampak baik pada gadis yang telah kau caci maki ini? Oh, apakah karena dia sekarang adalah peliharaan Tuan CEO?” celetuk Angela sinis, rekan lelaki Angela juga sama-sama memandang sinis ke arah Nyonya Zuri.
Hampir saja Nyonya Zuri hendak mengucapkan sumpah serapah, tetapi sayang lift berhenti, membuat Angela dan rekannya harus turun sebab di lantai itulah mereka bekerja.
“Awas kau bocah yang tak punya tata krama!” Nyonya Zuri mengacung-acungkan telunjuknya tepat ke arah Angela yang mulai berlalu pergi. Sebelum pintu lift benar-benar tertutup kembali, Nyonya Zuri dan Olivia sempat melihat Angela menoleh ke belakang seraya mengacungkan jari tengahnya ke Olivia dan Nyonya Zuri.
“Perempuan jalang!” Nyonya Zuri mengumpat tatapi tentu umpatannya tak mungkin terdengar sebab lift sudah tertutup dan kembali naik.
“Meladeni orang seperti itu sebenarnya sangat melelahkan, Nyonya!” gumam Olivia dengan senyum tipis. Ia jadi teringat bagaimana kisah pilunya yang kerap dibully ketika di bangku kuliah. Varen Omkara, adalah pria yang selalu menyelamatkan Olivia ketika gadis itu menjadi bulan-bulanan teman sekelasnya.
Tiba-tiba, Olivia menjadi sangat rindu pada Varen Omkara. Tanpa lelaki itu, siapa sekarang orang yang akan melindunginya jika ia berada dalam masalah? Adakah sosok pria lain yang akan peduli dan membantunya di masa-masa yang sulit?
"Ah, sudah saatnya aku turun. Olivia yang manis, jangan membuat kesalahan ketika diberi tugas oleh Tuan Griffin. Oke?" Nyonya Zuri menepuk-nepuk pundak Olivia Milan sebelum ia keluar dari lift. Nyonya Zuri memang mulai bersikap baik pada Olivia Milan semenjak ia mencurigai jika Tuan Griffin memiliki ketertarikan khusus pada gadis itu.
Jika dugaannya benar, maka langkah terbaik yang harus ia lakukan adalah berbuat manis pada Olivia agar gadis itu berkenan memberinya bagi hasil ketika Olivia Milan mendapatkan uang jajan dari Sang CEO.
"Baik, Nyonya Zuri. Terima kasih atas perhatian yang Nyonya berikan," balas Olivia seraya melambaikan tangannya pada Nyonya Zuri. Tentu Olivia sangat paham atas perubahan drastis sikap Nyonya Zuri padanya. Gadis itu hanya tersenyum kecut, hidup memang seperti lelucon menurutnya. Orang-orang modern memilih teman berdasarkan seberapa banyak keuntungan yang akan mereka peroleh dari temannya. Jika seorang teman dirasa tak menguntungkan, maka orang meodern akan dengan sangat tega pergi menjauh dengan segala alasan yang dibuat-buat.
"Andai Tuan Griffin memukuliku lagi, aku yakin orang seperti Nyonya Zuri akan turut memaki-makiku demi menjilat Tuan Griffin." gumam Olivia Milan dalam hati sambil satu bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
Lamunan Olivia Milan terbuyar tatkala ia mendapati pintu liftnya telah terbuka. Ia telah tiba di lantai tujuannya. Takdir baru telah menantinya, tentu saja.
Hari pertama bekerja di ruangan Tuan Griffin akhirnya dimulai juga. Pagi itu jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, Olivia Milan telah tiba di lantai tempat ruangan Tuan Griffin berada. Meski cukup yakin jika Tuan Griffin belum tiba di sana, Olivia Milan tetap datang tepat waktu. Kedatangan Tuan Griffin adalah sepenuhnya hak Tuan Griffin sementara kewajibannya adalah datang tepat waktu. Maka, betapa kagetnya Olivia Milan ketika ia keluar dari lift, di sudut lift yang lain yaitu tepat di seberang dia berdiri, ia juga melihat Tuan Griffin sedang menuju ke arah yang sama dengannya. Tak seperti biasanya yang selalu berjalan diiringi pengawal, kali itu Tuan Griffin hanya berdua saja dengan seorang pria yang sepertinya seuasia dengan Tuan Griffin. Olivia buru-buru menundukkan kepalanya ketika pandangannya tak sengaja bertabrakan dengan tatapan tajam Tuan Griffin. Ia takut kalau-kalau hal tersebut dihitung sebagai kesalahan lagi. Buuug!!! “Aduuh!” Kaki O
Saat itu, Olivia Milan seperti melihat pemandangan yang cukup ganjil di depan matanya. Bagaimana bisa seorang manusia waras dengan sengaja menumpahkan minuman kopi kemasan ke permukaan sofa putih bersih miliknya sendiri. Manusia itu tak lain tak bukan adalah Tuan Rainer Griffin. Setelah marah-marah dan menuding Olivia Milan menggoda Harry, Rainer Griffin lantas mengambil minuman dari dalam lemari pendingin di ruangannya. Lalu, tanpa ragu pria itu menumpahkan isi minuman berwarna hitam tersebut ke permukaan sofa. Ajaibnya lagi, setelah minuman pekat itu tumpah ruah ke permukaan sofa, Rainer Griffin kembali marah-marah dan meminta Olivia Milan untuk membersihkan sofa tersebut. Andai Olivia menceritakan apa yang baru saja ia lihat kepada seseorang, Olivia yakin siapapun tak akan mempercayai ceritanya. Seorang CEO muda yang dibangga-banggakan banyak orang, mana mungkin melakukan hal-hal absurd macam itu. Maka dari itu, sekuat apapun Olivia ingin bercerita tentang pemand
Melihat pundak Olivia Milan yang masih bergetar-getar karena menangis, Rainer Griffin hampir tak bisa menahan rasa terbakar di dadanya. Kemarahannya meluap-luap karena tak terima gadis manis itu mendapat perlakuan buruk dari entah siapa. Rainer Griffin pun akhirnya menyambar sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja, ia berniat menghubungi seseorang yang bisa menunjukkan siapa pelaku yang telah berbuat semena-mena pada Olivia Milan. “Halo, Sean, aku butuh rekaman CCTV di sekitar ruangan Cleaning Service selama setengah jam terakhir! Kirimkan padaku segera!” “Baik, Tuan Muda. Akan saya kirimkan secepat mungkin!” terdengar, seseorang di seberang itu langsung mengiyakan perintah dari Rainer Griffin tanpa banyak bertanya, menandakan jika orang tersebut memang ditugaskan untuk menjalankan perintah-perintah yang diberikan oleh Rainer Griffin. Tak lama berselang, sebuah video masuk ke ponsel pintar Rainer Griffin. Pria itu membuka isi video yang tela
Dalam hitungan detik, Olivia Milan telah menyambar kotak merah di atas meja. Buru-buru ia membukanya dan mendapati di dalam kotak merah tersebut ada atasan blouse berwarna mustard dengan bahan yang super lembut dan sedikit berkilau. Gadis itu hampir memekik karena saking gembiranya mendapat hadiah sebagus itu. Beruntung, ia segera ingat jika ia sedang berada di dalam kandang singa jantan. Jika ia membuat singa jantan itu terganggu, habislah riwayatnya. “Tuan Griffin, ehm, saya mohon izin keluar dulu untuk berganti pakaian. Saya janji tidak akan lama. Setelahnya, saya akan segera membersihkan sofa Tuan Griffin.” “Mengapa kau tak berganti pakaian di kamar mandiku saja?” Rainer Griffin menjawab dengan nada datar. “Begitu? Saya boleh meminjam kamar mandi Tuan Griffin lagi?” Olivia bertanya ragu-ragu. “Apa kau bodoh? Mengapa kau selalu tak mengerti ucapanku? Ah, ya, kau bahkan bisa berganti pakaian di sini! Siapa yang peduli!” jawab Rainer Griffin
Obrolan Rainer Griffin dan Olivia Milan tentang pengganti Adelyn terpaksa terputus sebab Rainer Griffin menerima sebuah telepon penting dan ia harus pergi untuk meeting mendadak. Akhirnya, hanya ada Olivia Milan seorang di dalam ruang kerja Rainer Griffin kala itu. Gadis itu masih mengerjakan tugas membersihkan sofa hingga waktu telah menunjukkan pukul empat sore hari. Olivia Milan membereskan perkakas kebersihan dan mulai bersiap-siap untuk pulang. Ketika hendak pulang dari kantornya, gadis itu terlebih dahulu pergi ke toilet untuk mengganti roknya yang ia rasa terlalu pendek. Olivia memilih untuk mengenakan roknya sendiri meski terasa sedikit lengket dan kotor, setidaknya rok tersebut sesuai dengan penampilannya sehari-hari yang tak terlalu berani mengumbar keindahan tubuhnya. Setelah mengganti rok pendeknya, tak lupa Olivia Milan juga mengenakan outer oversize sebab udara sore hari di kota Gapi memang dingin dan angin kerap berhembus cukup kencang di beberapa wila
Nasib Olivia Milan sore itu tak ubahnya bak seekor kucing yang baru saja lolos dari terkaman tiga anj*ng. Kakinya berjinjit-jinjit melewati tiga perempuan yang sedang bersimpuh di lantai toilet perusahaan. Tiga gadis itu tak memedulikan keberadaan Olivia lagi sebab ada hal yang lebih krusial untuk dihadapi dan juga diratapi. Tak lupa, Olivia Milan memungut outer kusamnya yang kini tergeletak di lantai. Bagaimanapun juga, outer itu adalah pemberian Varen Omkara, ia akan tetap menyimpannya sekalipun benda tersebut telah tak berbentuk sebagaimana mestinya. Gadis itu memang merupakan satu dari sedikit perempuan yang setia pada cinta di hatinya, meski nyatanya Varen telah meninggal dunia. Ketika berada di dalam kereta NGC Subway, Olivia Milan duduk sembari menyandarkan punggungnya yang kaku. Hari itu, ia telah melewati beragam peristiwa yang cukup membuat kepalanya penat. Untuk melemaskan ketegangan, Olivia akhirnya membuka sosial medianya untuk melihat-lihat News Feed di
Pagi-pagi di hari berikutnya Olivia melompat dari ranjang karena ia telah bangun kesiangan. Sebelumnya Olivia memang baru bisa tidur setelah lewat dini hari. Dunia maya telah menyita perhatiannya dan membuat gadis itu begadang semalaman hanya untuk membaca rentetan berita tentang Angela Stronovsky. Riwayat gadis itu telah berakhir, setidaknya jika ia masih selamat dan sehat kembali pasca mengalami pengeroyokan, ia toh akan mendekam di dalam jeruji besi untuk waktu yang cukup lama. Angela akan didera dengan pasal-pasal berlapis, dan tentu saja, sebagian besar dari sisa umurnya akan dihabiskan di dalam penjara. “Sial, aku sudah hampir terlambat!” Olivia Milan memekik kesal sembari berjalan cepat menuju kamar mandi. Usai mengguyur tubuhnya, Olivia Milan langsung mengeringkan tubuh dengan handuk, menyambar pakaian yang tergantung di lemari lalu merapikan rambutnya di depan cermin. Seorang gadis sederhana seperti Olivia bahkan hanya membutuhkan waktu kurang dari lima meni
Kegembiraan Olivia Milan luntur tak bersisa ketika ia mengintip isi dari kotak hitam yang diulurkan oleh Edward untuknya. Kotak hitam itu berisi pakaian ganti untuk Olivia, tetapi, itu bukanlah seragam pramusaji di Bluefin Seafood. Nyatanya, kotak hitam yang Edward berikan pada Olivia Milan hanya berisi dua helai kain yang amat tipis dan ringan. Dua helai kain itu terdiri atas bikini dan G-string saja, tak lebih. “Maaf, Tuan Edward, sepertinya Tuan keliru memberikan saya baju ganti. Ehm, ini, ini bukanlah seragam pramusaji di Bluefin Seafood.” ucap Olivia Milan tatkala ia mengintip isi kotak hitam yang diulurkan Edward. “Ngomong-ngomong, aku tidak pernah keliru dalam hal apapun, Nona Manis. Segera ke ruang ganti karena klien spesial kami sudah menunggu!” seru Edward sembari membuat gerakan tangan mengusir, menandakan jika pria itu ingin Olivia segera mengganti pakaiannya dengan bikini yang sudah ia persiapkan. “Bagaimana ini, bukankah saya melamar pekerjaan d