Share

8 – Suara Aneh

Li Xian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zhou Fu yang sepertinya tersinggung ketika Li Xian menyebut soal pertolongan Dewa.

“Baiklah-baik, kakek menunggumu terus-menerus dua hari ini. Kakek sepertinya takut jika ada bahaya dan kakek sendirian,” tutur Li Xian sekadar untuk membuat Zhou Fu merasa berguna keberadaannya.

“Jangan khawatir, Kek. Aku sudah di sini bersama kakek. Bahaya yang kemarin itu, sepertinya menyenangkan juga kalau datang lagi.”

Li Xian dengan refleks memukul kepala Zhou Fu sebab bencana seperti dua hari silam itu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan candaan. Binatang seberat 1 ton saja akan bisa tersapu dengan mudah lalu tenggelam di dasar lautan jika dihantam tsunami seganas itu.

“Jaga mulutmu, bocah!”

***

Tak hanya tsunami berkekuatan dahsyat, ternyata pulau Youhi juga memiliki beberapa gunung berapi yang aktif. Sesekali, pulau tersebut banjir air, dalam waktu yang lain, pulau tersebut juga tenggelam oleh lahar panas. Meski demikian, Li Xian dan Zhou Fu tetap merasa nyaman tinggal di pulau tersebut.

Bahkan, hari itu sudah hampir genap 3000 hari Li Xian dan Zhou Fu mendiami pulau Youhi. Itu artinya, Zhou Fu kecil sudah beranjak remaja. Usianya sudah genap 14 tahun saat itu. Tubuh kecil Zhou Fu mengalami banyak perubahan. Ia kini menjelma sebagai remaja lelaki yang berperawakan tinggi semampai dan berparas tampan. Sayangnya, paras tampan Zhou Fu seperti tenggelam karena pakaian yang ia kenakan cukup tak nyaman untuk dilihat.

Ketika berada di pulau Konglong, Zhou Fu biasa dibuatkan pakaian yang layak oleh kakeknya dari bulu-bulu binatang buas. Tetapi ketika di pulau Youhi, tak ada satupun binatang buas yang bisa ditangkap untuk dikuliti. Akhirnya, Zhou Fu berpakaian seadanya berbahan tanaman-tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai pelindung tubuh.

Di usianya yang sudah 14 tahun, Zhou Fu sudah menyerap banyak ilmu dan jurus-jurus dari kakek sekaligus gurunya, Li Xian. Meski Li Xian sudah cukup yakin jika Zhou Fu bisa dilepaskan ke alam bebas, ia masih harus mengajari Zhou Fu beberapa ilmu. Sayangnya, ilmu tersebut baru bisa dipelajari oleh seseorang ketika usianya menginjak 17 tahun dan tak ada sumber daya atau pil apapun yang bisa membuat seseorang bisa mempelajari ilmu itu sebelum batas usia minimal 17 tahun.

Masalahnya adalah, kesehatan Li Xian memburuk dan ia tak bisa memastikan apakah usianya akan bisa bertahan hingga tiga tahun ke depan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebenarnya Li Xian juga sudah menuliskan semua ilmu-ilmu yang perlu dipelajari Zhou Fu ke dalam sebuah kitab. Tetapi, hingga berusia 14 tahun itu, Zhou Fu nyatanya masih buta huruf. Ia masih tak bisa memahami bentuk dan susunan huruf.

Li Xian sudah memilih untuk tidak mengajari Zhou Fu ilmu baca tulis lagi. Itu adalah keputusan paling bijak sebab jika ia terus mengajarkan baca tulis pada Zhou Fu, pulau Youhi akan mengalami kekacauan akibat pertempuran dua manusia itu, Li Xian yang geram pada cucunya dan Zhou Fu yang berusaha menghindar dan kadang-kadang juga menyerang kakeknya.

Selama beberapa tahun tinggal di pulau Youhi, Zhou Fu kerap mendapat tugas untuk berburu binatang ke pulau terdekat menggunakan perahu rakit seadanya. Li Xian menyuruh Zhou Fu membuat perahu rakitnya sendiri dengan harapan Zhou Fu mengerti bagaimana cara membuat alat transportasi laut yang aman dan nyaman.

Tak jarang, di awal-awal Zhou Fu kerap berangkat berburu menggunakan perahu rakit tetapi kembali dengan cara berenang sebab perahunya rusak di tengah jalan. Suatu kali, pernah juga Zhou Fu pulang berburu dengan berenang, tetapi bukan karena perahunya rusak melainkan karena perahunya sudah penuh binatang buruan sehingga ia menyeret perahunya sambil berenang.

***

Perahu rakit Zhou Fu mendarat di sebuah pulau kecil yang sebelumnya belum pernah ia pijaki. Ia berharap akan bertemu hal baru di pulau itu, entah itu sesuatu yang disebut ancaman bahaya atau hal-hal lain yang menurutnya cukup baru untuk diketahui.

Ada suara jeritan dari dalam pulau kecil itu. Dan suara tersebut cukup membuat Zhou Fu tertarik untuk segera mendatanginya.

“Ah, itu pasti suara binatang yang belum pernah kuketahui! Suaranya aneh dan belum pernah kudengar sebelumnya!”

Zhou Fu berlari menuju ke sumber suara. Ia sangat tak sabar untuk melihat bagaimana bentuk binatang dengan suara aneh tersebut, “Kuharap makhluk satu ini cukup berbahaya hingga aku bisa sedikit bermain-main,” gumam Zhou Fu selagi tetap berlari.

Akhirnya, Zhou Fu berhasil tiba di sumber suara. Suara jeritan itu terhenti ketika Zhou Fu berdiri mematung tak begitu jauh.

“Siapaun, tolong aku…. Tolong usir bab* hutan ini!”

Mata Zhou Fu terbelalak, ia menemukan manusia! Tetapi manusia itu aneh, tidak seperti kakeknya, tidak seperti dirinya, tidak juga seperti pendekar yang ia bunuh beberapa tahun silam. Zhou Fu kesulitan menemukan di mana anehnya manusia itu, yang jelas ia merasa jika manusia itu lain dan berbeda.

“Jangan diam saja, cepat tolong aku, kumohon.”

Zhou Fu menggaruk-garuk kepala, seingatnya, kata tolong itu baru digunakan jika seseorang mengalami keadaan terdesak atau dalam keadaan yang sangat berbahaya. Tetapi, manusia di depannya itu berteriak meminta tolong ketika seekor bayi bab* hutan menggelayut di kakinya. Sepertinya bab* hutan itu ingin bermanja-manja tetapi manusia itu malah bergetar seperti ketakutan.

“Kau tuli ya, cepat tolong aku singkirkan binatang ini!”

Merasa telinganya terganggu, Zhou Fu menendang binatang kecil itu dengan kaki kirinya. Binatang tersebut pun sepertinya langsung kehilangan nyawa.

“Kau jahat sekali… Dia kan masih bayi!” Orang yang ditolong Zhou Fu itu kini justru menunjukkan ekspresi yang kesal dan marah kepada Zhou Fu. Tentu saja hal tersebut membuat Zhou Fu semakin bingung.

Tetapi, ada hal lain yang lebih membuatnya bingung. Ia pun mematung untuk beberapa saat sambil berpikir tentang segala kemungkinan. Karena tak menemukan jawaban dari kebingungannya, Zhou Fu menyentuh manusia di hadapannya itu tepat di bagian yang membuatnya bingung. Zhou Fu pun bertanya,

“Apakah ini bengkak karena sakit? Mengapa bisa bengkak dua-duanya?”

Zhou Fu menyentuh salah satu bagian dad* perempuan di depannya itu sambil terheran-heran bagaimana bisa tubuh seseorang mengalami bengkak bersamaan dengan ukuran bengkak yang sama persis.

PLAAAAKKKKKK!!!!

Perempuan itu menampar Zhou Fu dengan sekuat tenaga, ia pun menjerit lebih keras dari sebelumnya. Zhou Fu mengaduh kesakitan, ia pun bertanya mengapa orang itu memukulnya. Karena bertanya seperti itu, Zhou Fu mendapat tamparan yang kedua. Perempuan itu pun marah-marah dan mengeluarkan beberapa kata yang tak diketahui artinya oleh Zhou Fu.

Ya, nyatanya kakek Li Xian memang sepertinya lupa untuk memberi pengetahuan kepada Zhou Fu tentang makhluk yang bernama perempuan. Itu adalah pertama kalinya Zhou Fu bertemu dengan perempuan dan tentu saja sebuah hal yang wajar jika ia bingung dengan beberapa bagian tubuh perempuan itu yang cukup berbeda dengan dirinya.

“Kau ini kenapa? Apa yang aku lakukan keliru? Biasanya kakekku baru akan marah jika aku melakukan kesalahan,” Zhou Fu bertanya heran.

Bukannya jawaban, sekali lagi ternyata Zhou Fu menerima tamparan. Meski demikian, ia tak berniat membalas, hati nuraninya mengatakan jika orang itu tidak berbahaya karena tamparannya saja hanya sebegitu saja rasa sakitnya. Sepertinya, malah perempuan itu yang berulang kali mengaduh kesakitan setelah ia menampar Zhou Fu.

“Jika kau orang baik, tolong aku dan bawa aku pulang ke Caihong!” perempuan itu kembali mengatakan sesuatu yang tidak begitu dipahami oleh Zhou Fu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status